fix you

271 39 1
                                    

selamat membaca🤍

-

kalau biasanya arka harus membiasakan diri untuk pergi ke kantin sendirian, kali ini ia sudah terbiasa. hubungannya dengan yasa belum membaik, arka yang terus menjauh dari yasa juga turut menjadi perhatian teman-teman kelasnya, karena mereka tidak pernah bertengkar seperti ini. terutama arka, yang tidak pernah bisa jauh dari yasa.

arka juga menunjukan sikap yang sama kepada jaren, tentu, karena jaren jelas ada dipihak yasa yang menurut arka itu adalah keputusan paling bodoh. apa jaren tidak merasa sakit hati setelah apa yang yasa dan sankara lakukan dibelakangnya?

selain itu, sankara juga terus berusaha mendekati arka. seperti saat ini, sankara duduk didepan arka dan bersikap seolah-olah mereka tidak ada apa-apa, dan hal itu cukup membuat arka risih.

"lo bisa pergi dari sini ga sih? risih gue lama-lama", ketus arka.

"ngga ka, gue ga mau"

"yaudah kalo lo ga mau, gue yang pergi", arka lantas beranjak dari duduknya, mood untuk makan siang pun seketika hilang begitu saja.

namun lagi-lagi, sankara menahan lengan arka untuk tetap duduk disini bersamanya. sankara yang terus memaksa dan arka yang memberontak membuat orang-orang disekitar mereka menatap ke arahnya.

"apaan sih? kok lo maksa?! gue bilang ga mau ya ga mau! lepasin!"

"arka please, lo bahkan belum denger penjelasan gue"

"penjelasan apa lagi? soal lo berduaan di mobil sama yasa?! soal lo meluk dia diruang musik?! atau soal lo ngerangkul dia didepan gue?!"

bukan sekali arka melihat mereka berduaan, jelas ia kecewa.

"ka.. itu semua ada alasannya"

"lepas!"

satu tangan besar yang tiba-tiba saja muncul menarik arka dari hadapan sankara, menyembunyikannya dibelakang punggung sambil menatap sankara dengan tajam. siapa lagi kalau bukan mahesa.

"lo budeg? dia bilang lepas ya lepas"

"lo ga usah ikut campur urusan gue sama arka!"

diam-diam arka berterimakasih kepada mahesa karena sudah datang disaat yang tepat.

"oh ya? coba lo inget-inget lagi siapa yang bikin masalah ini jadi lebih rumit? udah lama gue ngingetin lo biar hal ini ga kejadian dan bikin orang-orang salah paham, udah terbukti kan sekarang?", mahesa menatap lawan bicaranya diikuti suara kekehan yang meremehkan sankara.

sankara hanya bisa diam, karena apa yang diucapkan mahesa memang benar adanya.

"mending lo pergi dari sini, atau gue kasih tau ke semua orang yang ada disini soal-"

"bangsat, tutup mulut lo mahesa! urusan itu biar jadi tanggung jawab gue", sebelum benar-benar pergi dari sana, sankara sempat melirik ke arah arka yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, "kita belum selesai ka", dan sedetik kemudian ia pergi dari sana meninggalkan arka dan mahesa.

bugh!

satu pukulan mengenai punggung mahesa.

"bukannya bilang makasih malah ngajak berantem ni bocah, tau gitu ga gue bantuin tadi!"

"habisnya lo bikin sankara kesel, gue ga suka!"

"aduh sorry deh kalo gue bikin gebetan lo itu kesel, lain kali lo cari tau dulu kehidupan gebetan lo itu biar lo tau dan ga salah paham sama dia. lebelnya doang anak aksel pinter, giliran urusan cinta mah tetep aja bego. gue pamit, titip salam buat kakak lo"

"JANGAN DEKETIN KAKAK GUE DASAR PREMAN!!"

-

"jadi.. gara-gara belain san didepan bokap lo?"

lebam di wajah dan bekas kemerahan di telapak tangan harsa adalah hasil membela sang adik di depan papanya. sedari kecil, harsa memang dibesarkan oleh papa dengan keras, terbukti dari caranya membimbing sankara.

oleh sebab itu, papa tidak akan segan-segan menggunakan kekerasan jika anak-anaknya berbuat kesalahan atau hal yang tidak disukainya.

dhista ikut meringis saat melihat harsa yang tidak bisa menggunakan sendok karena telapak tangannya masih terasa sakit.

"salah gue juga sih, jadi yaudah mau gimana.. gue terima aja"

"terus san?"

"dia juga kena imbasnya. hm.. gue lupa bilang sama lo ta, adek lo sama san lagi deketkan? mereka pasti berantem sih gara-gara salah paham, gue minta lo tenangin dia dulu, kemarin san bilang dia mau jelasin sendiri ke arka"

dhista mengangguk paham. pantas saja arka selalu mengalihkan topik pembicaraan saat dhista bertanya tentang hubungannya dengan sankara.

"by the way ta, aku pernah liat kamu masuk ke kosan deket rumahku sama cowok, siapa dia?", pergerakan dhista berhenti sesaat, ia menatap bintang dan harsa bergantian.

"itu.. dia temen gue kak, satu sekolahan sama arka, dia juga temennya san"

"hah? temen adek gue?", harsa nampak kebingungan, namun sesaat kemudian satu nama terlintas dipikirannya.

"mahesa?", tanya harsa. dhista mengangguk kecil.

"lahh, dunia sempit bener. si esa tuh temenan sama adek gue udah lama, kok lo bisa kenal sama dia?"

dhista lantas menceritakan awal pertemuannya dengan mahesa di danau malam itu-saat dhista dihukum ayah-ia juga sempat meminta maaf karena malam itu dhista tidak meminta pertolongan bintang dan harsa.

"beneran cuma temen ta? ga mau lebih?", bintang bertanya dengan nada jahil.

"beneran temen kak, temen.."

temen tapi ciuman, batin dhista.

entah salah atau benar, tapi sampai disini dhista paham kalau ada perasaan yang tumbuh secara perlahan-lahan dihatinya, perasaan yang belum pernah dhista rasakan sebelum mahesa tiba-tiba datang dikehidupannya.

dhista tidak mau terlalu percaya diri dengan perasaan ini, lagipula mahesa belum tentu merasakan hal yang sama kan?

gue ga salahkan kalo suka sama mahesa?





















aku tiba-tiba pengen up fix you, moodku lagi bagus banget hehe.

semoga suka ya, jangan lupa tinggalkan jejak, have a good night semuanya!<3

Fix You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang