dhista menatap langit langit kamarnya, ia mengerutkan kening, berusaha mengingat sesuatu. lebih tepatnya ia berusaha mengingat suara papa.
"ayo dhista inget inget lagi suara papa", gumamnya.
saat rindu biasanya dhista akan mengingat kembali suara papa atau sekedar membuka album foto yang berisikan kenangan tentang papa, mama, dan dhista sewaktu kecil. terkadang dhista ingin kembali ke masa lalu, masa dimana ia masih bisa mendengar suara papa, masa dimana ia masih bisa memeluk papa dan mamanya tanpa harus meminta.
dhista tersenyum, dalam diam ia berdoa supaya papa tenang di alam sana.
papa dan mama berpisah sejak dhista duduk di bangku SMP tahun pertama, hak asuh dhista jatuh ke tangan mama dan hari itu di persidangan adalah hari terakhir dhista bertemu dengan papa.
karena setahun setelah perceraian itu, papa meninggal dunia.
saat itu dunia dhista hancur untuk yang kedua kalinya. satu tahun tidak bertukar kabar dengan papa, dhista tidak pernah tau kalau papa sakit parah sampai tidak ada yang merawat. dhista memang tidak pernah bertanya tentang sakit yang diderita papa, ia tidak mau sakit terlalu dalam. bahkan saat dhista datang ke pemakaman papa, dhista tidak sempat melihat wajah papa untuk yang terakhir kali.
dhista menyesal, sangat. dhista juga saat itu membenci mama, ia menuduh mama menutupi segalanya agar ia tidak tau apa apa soal papa. tapi penjelasan mama waktu itu bisa membuat dhista kembali luluh.
dhista meringis kesal, ia tidak berhasil mengingat suara papa. "dhista tolol! nginget suara papa aja ga bisa!", bentaknya pada diri sendiri.
ucapannya terhenti ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"kak? kakak?", panggil arka.
dhista membuka pintu kamarnya, perbedaan tinggi badan diantara keduanya membuat dhista harus menunduk sedikit saat berbicara dengan arka. "kenapa?", tanyanya.
"ih kakak masih marah ya sama adek?", tanya arka. dhista tersenyum, "kenapa adekk", ia bertanya kembali sambil mencubit kedua pipi arka.
"itu ada kak binbin sama kak harsa di depan, katanya mau ketemu kakak"
dhista rasa ia tidak punya janji dengan siapapun malam ini? ada hal apa sampai kedua orang itu datang malam malam begini?
"makasih ya dek, kakak kebawah dulu kalo gitu", arka mengangguk, memberi dhista jalan.
ia berjalan pelan supaya tidak menimbulkan suara karena seluruh lampu dilantai bawah sudah dimatikan, tandanya mama dan ayah sudah beristirahat dikamar. ia berjalan keluar melalui pintu dapur yang terhubung dengan garasi.
dan benar saja, harsa dan bintang sedang duduk di kursi teras rumahnya.
"sini", panggil bintang dengan pelan. dhista mengangguk sambil menutup pintu garasi.
"kalian ngapain kesini? udah malem tau"
bintang memberikan satu keresek makanan ringan juga beberapa botol air putih, karena bintang tau dhista jarang sekali minum air putih.
"banyak banget kak", ucap dhista.
harsa menyunggingkan senyuman, "kecil buat gue mah", katanya.
dhista berdecih saat tau kalau makanan dan minuman ini harsa yang belikan untuknya, "bawa balik aja nih! ogah gue nerima makanan dari lo, takut kena pelet"
tolong dimaklumi, mereka berdua memang tidak bisa akur sepertinya. "hush!", bintang menepuk pundak dhista. "mulutnya itu loh dijaga"
"hehe, becanda ya kak bintang"
mereka berdua datang bukan tanpa alasan. hari ini tepat 4 tahun yang lalu papa menghembuskan nafas terakhirnya, setiap tahun mereka selalu datang hanya untuk memberi dhista makanan atau sekedar menghibur dhista.
cukup lama mereka bertiga bertiga berbicara tentang banyak hal, termasuk seluruh meja dan kursi kantin yang diganti oleh harsa. padahal hanya dua buah kursi yang patah tapi harsa mengganti semuanya, kalau kata dhista orang kaya kebanyakan duit.
"bi pulang yuk? udah malem", ajak harsa.
"aku pulang dulu ya ta, kamu jangan tidur kemaleman", ucap bintang sambil mengusak rambut dhista.
"iya, makasih ya kalian berdua udah dateng kesini"
"no problem dhista", ucap bintang sambil melangkah menuju motor harsa.
"dhista", panggil harsa
"apaan? udah sono balik"
"suara bokap lo.. ga perlu lo inget terlalu keras ya?", harsa tersenyum, "malem ini tidur ta, besok gue sama bintang yang nemenin lo ziarah"
-
pukul 12 malam, arka belum tidur juga dan ia merasa belum mengantuk. bermain game, membaca buku, sampai berusaha memejamkan untuk tidur sudah ia lakukan tapi rasa kantuk itu tidak kunjung datang.
arka memutuskan untuk pergi ke kamar dhista, kamar yang terletak paling ujung dilantai dua itu terlihat masih terang. tandanya dhista belum tidur.
sayup-sayup arka mendengar suara seseorang menangis dari dalam kamar, ia mengintip dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka. itu dhista, kakaknya yang menangis.
dhista terlihat memeluk satu album foto sambil bergumam, "maafin dhista"
arka yang melihat itu langsung mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar dhista, arka pikir dhista butuh waktu sendiri.
klek!
"adek? ngapain?", suara parau dhista membuyarkan lamunan arka. arka bisa melihat mata dhista yang sembab dan hidung dhista yang sedikit memerah.
"h-hah? ga ngapa ngapain kak"
"udah malem dek tidur", ucap dhista
"ga bisa tidur kak"
"yaudah tunggu, kakak ke toilet dulu"
sambil menunggu dhista, arka mengintip kedalam kamar bernuansa putih abu-abu itu. album foto yang dipeluk dhista itu tidak ada diatas kasur dan meja belajarnya, sepertinya dhista sudah meletakannya kembali. arka hanya bisa melihat tong sampah disamping lemari buku itu penuh dengan tisu.
"dek?"
"h-hah? iya?"
"apasih kamu kalo dipanggil hah heh hoh terus", dhista mengusak rambut arka. "sini tidur bareng kakak", ajak dhista.
arka mengangguk lalu menutup pintu kamar dhista, ia ikut berbaring disebelah dhista dengan posisi menghadap ke arah kakaknya. dhista mematikan lampu, kemudian memeluk sang adik.
"kak", panggil arka.
"hm?"
"jangan nangis terus ya? adek ada disini, kalo ada apa-apa kakak bisa cerita sama adek. adek ngerti kok, adek bukan anak kecil lagi"
hening.
"kakak denger kan?"
"hmm iyaa, kakak denger"
"adek sayang kakak", arka balas memeluk dhista.
kakak juga, masih berusaha sayang sama adek..
TBC🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...