fix you

414 46 1
                                    

dhista langsung memakirkan mobil sesampainya di sekolah setelah mengantar arka. iya, mereka beda sekolah. jarak dari rumah ke sekolah arka cukup jauh, mau tidak mau dhista harus sedikit lebih cepat mengendarai mobilnya menuju sekolah, beruntung ia tidak terlambat kali ini.

"woy", dhista berbalik dan melambaikan tangan ketika melihat harsa yang menunggu dibelakangnya, ia langsung berlari menghampiri harsa dan berjalan bersama menuju kelas.

"udah sehat emang?", tanya harsa.

"emang siapa yang sakit?"

harsa berdecih. anak ini masih sok kuat ternyata.

"biasa ya ta", ucap harsa. "iya iya, udah sana", kemudian diusapnya kepala dhista oleh harsa sebagai tanda penyemangat untuk hari ini, kebiasaan ini muncul sejak 4 tahun yang lalu. "belajar yang bener", ucap harsa yang melangkah menuju kelasnya.

harsa dan bintang ada di kelas yang sama, sementara dhista masih duduk di kelas 11.
setelah menaiki tangga, harsa belok ke kanan dan dhista masih harus berjalan lurus menuju kelasnya yang ada di ujung.

senyum dhista merekah ketika harsa masuk kedalam kelasnya, dhista sangat suka diperlakukan seperti adik oleh harsa. tapi dhista gengsi, katanya badan dhista lebih bongsor daripada harsa, masa dhista yang keliatan kaya adeknya.

"sampe ketemu nanti ya bang!"


-


arka duduk dikursi kantin sendirian, mengaduk es teh manis yang dipesannya sekitar 10 menit yang lalu, "bosen banget ga ada yasa", gumamnya.

arka sendiri masih tidak paham kenapa sahabatnya itu tidak pernah mau pergi ke kantin bersama, jaren-kekasih yasa-juga sama bingungnya dengan arka. kenapa yasa tidak pernah mau diajak ke kantin? dan lebih memilih makan siang di rooftop sekolah.

biasanya arka juga akan ikut makan bersama di rooftop tapi belakangan ini yasa semakin menempel dengan jaren. arka memutuskan untuk pergi ke kantin sendiri, dan ini adalah hal yang sangat jarang terjadi.

"disini kosong?", arka menengadah menatap seseorang dengan suara yang familiar ditelinganya.

"disini? k-kosong"

"gue ikut duduk disini boleh?", arka mengangguk menyetujui.

laki-laki dengan rambut hitam dan bahu lebar itu kemudian duduk tepat di samping arka.

sankara. nama itu terpampang dengan jelas pada seragamnya. arka jelas terpesona, sankara adalah siswa paling terkenal disekolah ini. yang arka tau orang tua sankara adalah pemilik perusahaan terkenal di kotanya.

mamaaa!! mimpi apa aku semalem bisa duduk sampingan sama sankara

meski begitu arka berusaha terlihat biasa biasa saja.

"arka janari wistara?", arka terkejut saat namanya tiba-tiba disebut oleh sankara. darimana ia tau nama lengkap arka? apa jangan-jangan sankara-

"itu dibaju lo. arka janari wistara", a-ah.. arka terlalu percaya diri. untuk apa juga seorang sankara mencari tau dirinya yang bukan siapa-siapa ini.

"a-ah.. iya, gue arka. lo sankara kan?", sankara mengangguk.

"sankara kepanjangan, panggil san aja. btw, lo kelas berapa?"

"kelas 11-7, gue anak aksel btw"

"iya gue tau", gumam san

"hah?", arka tidak salah dengar bukan?

"hah?"

hah heh hoh hah heh hoh, sankara lo ngestalk gue kan???

"kelas 11-7 isinya emang anak aksel kan", ucap san. setelah itu keduanya sama-sama diam. san berusaha menetralkan detak jantungnya, sementara wajah arka kembali memerah karena malu terlalu percaya diri.




BRAK!

tiba-tiba seseorang datang dan langsung mencengkram kerah seragam san dan mendorongnya hingga punggung san menubruk dinding dibelakang dengan keras, kursi kosong dibelakang mereka yang awalnya tertata rapih kini jatuh tak beraturan.

arka dan semua orang yang ada di kantin terkejut bukan main saat melihat san dan laki-laki bertubuh jangkung itu saling mencekik. bahkan wajah dan telinga san memerah.

"pengecut! lo dari dulu emang ga pernah berubah anjing!", ucap si laki-laki itu. kemudian bisa arka lihat dengan jelas san semakin kuat mencekik leher si jangkung.

san mengangkat sebelah alisnya, "tenaga lo makin gede mahesa. nge gym dimana?"

keduanya mengerang, "sekali lagi lo ganggu gue, gue ga bakal segan ngelukain lo lebih daripada hari ini", tubuh san merosot kebawah saat laki-laki itu melepaskan cekikannya dan berlalu dari kantin.

arka terlalu takut untuk memisahkan mereka berdua, begitu si jangkung pergi ia segera menghampiri san yang terbatuk sambil memegangi lehernya. "san! nafas yang bener!", sentak arka, tapi san hanya terkekeh melihat wajah arka yang pias.

"gue.. gapapa. bisa tolong anterin gue ke kelas?", arka mengangguk. arka membopong san menuju kelas, seluruh pasang mata tertuju kepada mereka berdua, sebenarnya arka tidak terlalu peduli soal mereka. tapi satu hal yang menganggu pikirannya adalah, tangan san yang merangkul pinggangnya.

beruntung kelas san berada di lantai dasar, jadi arka tidak begitu sulit untuk mengantar san. dan juga.. rasa geli di perutnya tidak akan bertahan lama.

"arka?!", yasa dan jaren langsung menghampiri keduanya.

"ada apa ka? kamu gapapa kan?", yasa sedikit cemas melihat wajah arka yang terlihat pias dan syok, tapi arka mengangguk, meyakinkan yasa kalau ia baik-baik saja.

"oh, hai yasaa.. yang kenapa napa gue, kok malah arka yang ditanya?"

loh? mereka berdua saling mengenal? yasa terlihat gelagapan dan berusaha menutupinya.

"sini, biar gue aja yang anterin san", jaren mengambil alih san dari rangkulan arka. "udah lo sama yasa balik ke kelas aja, 7 menit lagi bel masuk. sampe ketemu nanti yasa", jaren kemudian merangkul san dengan sedikit paksaan karena san yang terus menerus melihat ke belakang tanpa memperhatikan jalan.

"makasih arka, byee yasaa", ucap san diiringi lambaian tangan pada keduanya.

"ka, ayo?"

"hah?"

"hah heh hoh, ayo ke kelas? bentar lagi masuk"


***


sankara putra mahanta

mahesa ardiya herawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mahesa ardiya herawan

mahesa ardiya herawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


cr pict: pinterest



TBC🤍

Fix You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang