tidak pernah terbayangkan oleh yasa kalau hari ini akhirnya datang. kedua tangannya berkeringat, ia bahkan enggan turun dari kursi penumpang di mobil sankara. sankara langsung mencoba menenangkan yasa dan menggenggam kedua tangannya dengan erat.
"cepat atau lambat semuanya bakal tau yasa, tenangin diri lo. kalo ada apa-apa bilang sama gue ya?"
"tapi kak san.. aku takut", sankara membalasnya dengan senyuman. ia mengambil satu box yang berukuran lumayan besar di kursi belakang dan menyuruh yasa untuk turun dari mobil.
tepat seperti yang yasa bayangkan, semua orang yang ada disana menatap sankara dan yasa dengan tatapan tak percaya. bisik-bisik tentang dirinya mulai terdengar di telinga yasa. sialnya, sankara malah membuat situasi semakin keruh. ia merangkul pundak yasa dan mengantarnya memasuki ruang kelas.
"sampe ketemu nanti", ucap sankara.
seisi kelas menatapnya dengan tatapan sinis, dan arka hanya bisa terdiam. apa maksudnya? kenapa yasa bisa tiba-tiba dekat dengan sankara?
arka yang merupakan sahabat sekaligus teman sebangku yasa terlihat kecewa, selama ini arka selalu menceritakan segala hal tentang sankara pada sahabatnya, bahkan yasa terang-terangan mendukung hubungan arka dan sankara. tapi apa? yasa menusuknya dari belakang.
"ternyata lo bermuka dua ya? haha, ga heran kenapa lo ga punya temen selama ini"
"ka, kamu salah paham! please dengerin aku dulu"
"ga perlu, basi!", ucap arka dan berlalu keluar dari kelasnya.
arka kecewa dengan sikap yasa, ia pikir yasa adalah sahabat yang baik. ah.. apa yasa masih pantas di sebut sebagai seorang sahabat setelah perbuatannya hari ini? apa jaren saja tidak cukup untuk yasa? atau yasa memang senang mempermainkan laki-laki?
bukan hanya arka yang berpikiran seperti itu tapi semua siswa yang ada di sekolah juga berpikir hal yang sama. kabar tentang yasa yang tadi pagi terlihat berjalan bersama sankara sudah menyebar luas ke seluruh penjuru sekolah.
sankara sudah mengantisipasi semua hal yang akan terjadi, kecuali satu hal. arka. sankara tidak punya ekspetasi dan antisipasi apapun untuk menghadapi arka, tapi firasatnya mengatakan arka pasti akan salah paham.
ditengah rasa kalut itu sankara tetap berjalan ke arah kelas mahesa sambil menenteng kotak beukuran lumayan besar berisikan gitar.
"tolong simpen di mejanya mahesa, jangan kasih tau dia gua yang ngasih ini", sankara menyuruh salah satu teman kelas mahesa untuk menyimpan kado ulang tahun darinya itu dan ia kembali berlalu menuju kelasnya. ya, meskipun begitu, sankara tau kalau mahesa pasti bisa menebak kado itu pemberiannya.
waktu berjalan begitu cepat, akhirnya bel istirahat berbunyi. hal pertama yang biasanya sankara lakukan adalah pergi ke kelas arka untuk mengajaknya ke kantin bersama, namun sepertinya firasat sankara benar, arka salah paham.
"arka ga ada dikelas dari pagi", kata salah satu anak kelas arka.
sankara lantas mencari arka ke seluruh penjuru sekolah, dari mulai lantai satu, dua, tiga, sampai area belakang sekolah tapi hasilnya nihil. arka tidak ada disana. tersisa satu tempat yang belum sankara datangi, rooftop.
kakinya menaiki anak tangga dengan langkah yang lebar, sankara benar-benar seperti dikejar waktu. kalau tidak bisa menjelaskan semuanya pada arka hari ini maka tamat usahanya untuk mendapatkan hati laki-laki mungil itu.
tepat di anak tangga terakhir, sankara melihat arka duduk dikursi yang sudah tidak terpakai. sankara langsung menghampiri arka, belum sempat ia mengcap sepatah kata apapun laki-laki bertubuh kecil itu langsung pergi dari hadapannya tanpa melihat ke arah sankara yang berdiri dihadapannya.
"ka, lo salah paham", ia menarik lengan arka, tapi arka tidak peduli, ia berusaha melepaskan lengan sankara yang mencengkram pergelangan tangannya kian kencang.
"sakit bego! lepasin!"
sankara melepas cengkraman tangannya, "dengerin gue dulu ya?"
"gue rasa ga ada yang perlu gue denger", arka meninggalkan sankara diatas sana begitu saja.
ada perasaan curiga saat pertama kali arka tau kalau sankara mengenal sahabatnya, tentu, karena yasa tidak pernah bercerita apapun soal sankara padanya tapi tiba-tiba saja sankara menyapa yasa dengan santai, seolah mereka sudah kenal lama.
rasa curiga itu ditambah saat arka tidak sengaja melihat yasa masuk kedalam mobil sankara dihari yang sama saat mahesa mencekiknya dikantin. bukannya keluar dari sana, mobil sankara malah melaju keluar dari sekolah. tidak mungkin kalau mereka berdua tidak ada hubungan apapun kan?
sebelum bel tanda istirahat selesai arka masuk kembali ke dalam kelas. ia menghela nafas saat teman sebangkunya itu-yasa-ada disana. arka mengambil tas dan merapihkan semua barang-barangnya, arka berniat untuk menukar tempat duduknya dengan orang lain.
"mau kemana ka?", tanya yasa. arka cuek saja, ia tidak menggubris yasa yang kini terus bertanya sambil memegangi tas arka.
"tukeran sama gue ya jun, gue bosen duduk dibelakang terus", ucap arka pada salah satu temannya yang bernama arjuna.
arjuna dan teman satu bangkunya itu lantas berdiri dan membawa tas mereka, namun ucapan arka selanjutnya membuat seisi kelas heran karena arka bilang ia hanya mau bertukar kursi dengan arjuna.
"lah terus si yasa gimana?"
"ya duduk sama lo lah, gue ogah duduk sampingan sama pengkhianat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...