di minggu pagi yang cerah ini yasa disibukan dengan memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk menonton bioskop bersama jaren. hubungan keduanya sudah berjalan sekitar 1 tahun, tapi tidak ada satupun yang tahu soal hubungan mereka kecuali arka dan dhista.
yasa yang meminta jaren untuk merahasiakan hubungan mereka berdua, jaren paham, ia tidak masalah soal itu. setidaknya untuk saat ini.
dari sekian banyak baju yang ada di dua lemari pakaiannya, ia memutuskan untuk menggunakan kemeja polos berwarna coklat tua dan celana jeans warna hitam.
tidak lupa menyisir rambutnya juga memakai parfum dan tak lupa memakai kacamata.
suara klakson mobil membuat yasa buru-buru menggunakan sepatu juga mengunci pintu kamarnya untuk segera menemui jaren. ia tidak mau membuat jaren menunggu lama.
"den yasa mau kemana?", salah seorang pembantu dirumahnya bertanya.
selangkah menuju pintu depan ia berhenti, "aku mau main, tolong kasih tau papa sama mama ya aku bakal pulang telat. aku berangkat dulu!", sebelum ia benar-benar keluar dari rumah matanya sempat melirik ke arah ruang keluarga. laki-laki dengan sorot mata yang tajam menatap ke arahnya,
serem banget.. batin yasa.
ia kemudian tersenyum kearahnya dan langsung menutup pintu rumah.
kalo bisa gausah pulang.
-
jaren tak henti-hentinya menatap yasa dari ujung kepala sampai ujung kaki, yasa yang merasa diperhatikan secara intens langsung menepuk pipi gembul kekasihnya.
"jangan liatin kaya gitu.. aku jelek ya?", tanya yasa dan jaren langsung berdecih. satu tangannya ia gunakan untuk merangkul pundak yasa dan berbisik, "emang boleh ya lo se indah ini?"
kedua pipi yasa memerah mendengar suara jaren yang berbisik tepat di telinga kirinya.
satu tahun berpacaran dengan jaren, yasa tidak pernah tidak merasa salah tingkah saat jaren memujinya atau saat jaren melakukan kontak fisik dengannya. yasa menyukainya, bahkan yasa merasa aman ketika jaren merangkulnya dengan posesif seperti ini. yasa merasa aman.
selesai mencetak tiket yang jaren pesan melalui aplikasi juga membeli popcorn dan minuman keduanya langsung memasuki teater dan duduk di kursi paling atas. tenang, jaren tidak akan macam-macam. ia masih memiliki etika.
film berdurasi 2 jam itu cukup membuat yasa mengeluarkan keringat. jaren bahkan tidak memberi tahu yasa kalau film yang akan mereka tonton ini adalah film horror. begitu film selesai ditayangkan yasa langsung menyeret jaren keluar dari bioskop dan memukul lengan jaren karena kesal.
"kamu sengaja ya mau bikin aku cepet mati?!"
"kalo ngomong tuh dijaga! lagian ga serem tau menurut gue", menurut gue katanya? yasa kesal mendengar jawaban jaren.
"duh jangan cemberut cantik, gue minta maaf ya", yasa kesal tapi tatapan juga suara lembut dari jaren berhasil meluluhkan hatinya. ia mengangguk, meskipun masih merasa sedikit kesal.
yasa mengedarkan pandangannya, bermaksud untuk mencari tempat makan karena saat ini ia sangat sangat lapar. makan popcorn saja tidak bisa membuat cacing diperut yasa diam. saat mengedarkan pandang ia tidak sengaja menangkap satu orang yang sangat menyebalkan baginya. siapa lagi kalau bukan arka?
"IH ADA YASA!", jaren yang mendengar suara arka melambaikan tangan sementara yasa malah berpura-pura tidak mendengar teriakan arka. "ga kenal ga kenal", gumamnya.
yasa tidak masalah kalau arka lagi lagi muncul dihadapannya, tapi yasa merasa malu saat arka berteriak sekencang itu untuk memanggil namanya. orang-orang didekat yasa langsung menatap ke arahnya.
"idih sombong banget najis", ucap arka sesaat setelah mendekat kearahnya.
"adek jangan lari-lari!", dhista datang sambil membawa satu papper bag ditangannya, "oh ada yasa sama jaren, berdua aja? eh paham paham kok pasti lagi ngedate ya?", mendengar ucapan dhista jaren tertawa kecil sedangkan yasa menggaruk tengkuknya.
mereka berempat kini duduk disatu meja yang sama, kebetulan arka dan yasa memilih tempat makan yang sama. sebenarnya dhista memilih untuk duduk terpisah dari yasa dan jaren tapi jaren memaksanya untuk duduk bersama.
"yasa apa kabar?", tanya dhista. ini adalah pertama kalinya lagi dhista bertemu dengan yasa setelah 3 bulan lamanya.
"baik kak, kakak?"
dhista tersenyum, "baik, banget", jawabnya.
siang itu mereka menghabiskan waktu bersama tak terasa kalau matahari sudah terbenam. yasa sejujurnya sedikit panik tapi karena ada dhista juga arka di hadapannya ia berusaha untuk tetap terlihat tenang.
jaren paham akan gerak gerik yasa yang mulai tidak nyaman, ia langsung berpamitan pada dhista dan arka untuk pulang terlebih dahulu.
"lo udah izin sama orang rumah kan mau pulang telat?", tanya jaren sambil memasangkan sabuk pengaman pada yasa. yang ditanya pun mengangguk.
"tenang, gue usahain cepet nyetirnya", jaren mengecup pelipis yasa singkat kemudian melajukan mobilnya.
dalam perjalan jaren sesekali melirik ke arah yasa yang mengeratkan pegangan pada sabuk pengaman. jaren jadi merasa bersalah karena lupa waktu.
sesampainya di depan rumah, yasa buru-buru keluar dari mobil jaren. jaren yang melihat itu menyusul kekasihnya dan menahan pergelangan tangan yasa, "yasa, kalo ada apa-apa langsung kabarin gue ya. gue minta maaf kalo acara ngedate kita hari ini ga semulus itu", jaren mengusap jemari yasa.
"jaren gausah minta maaf. aku yang harusnya minta maaf, aku selalu kaya gini", lirih yasa.
sedetik kemudian jaren membawa tubuh yasa untuk masuk kedalam pelukan hangatnya. lewat pelukan itu jaren berusaha menyampaikan kalau semuanya akan baik-baik saja.
"kabarin gue kalau ada apa-apa", bisik jaren.
kemudian pelukan itu terlepas dan yasa masuk kedalam rumah.
semuanya bakal baik-baik aja.
aku telat up dan mungkin bakal telat buat up part selanjutnya :(
jaga kesehatan ya semuanya, segitu dulu buat hari ini. have a good night!
TBC🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...