⚠️ kissing
-
kalau sankara dan arka bertengkar karena salah paham, lain halnya dengan bintang dan harsa. saat harsa masuk kedalam ruang kelas ia tidak berani menengadahkan kepalanya, satu tangan harsa ia gunakan untuk menutupi area tulang pipi dan yang satunya ia sembunyikan dibalik punggung.
"ish, kamu kenapa sih? dari pagi mukanya ditutupin terus"
"gapapa, udah kamu lanjutin nulisnya"
bukan apa-apa, mereka berdua adalah teman sebangku dan bintang merasa risih melihat harsa yang terus menutupi wajahnya, harsa bahkan enggan menatap bintang.
konsentrasi bintang juga sedikit terganggu karena harsa sesekali meringis tak karuan saat ia menulis, sampai harsa menyerah, harsa menyuruh bintang untuk menulis materi yang disampaikan dan ia memilih meminjam buku bintang pinjam buku untuk menyalin materi di rumah.
"shh..", ringis harsa.
bintang tak tahan lagi, ia lantas menarik pergelangan tangan harsa secara paksa dan benar, ada sesuatu yang harsa tutupi.
"harsa?! kamu kenapa?!", suara bintang yang sedikit lantang itu menyita perhatian siswa dan guru yang sedang mengajar dikelasnya.
"bintang! harsa! saya perhatiin kalian daritadi ribut terus, ada apa sih? kalian kalo ga mau masuk dikelas saya lebih baik keluar!"
"tapi bu-"
"keluar!"
akhirnya mereka berdua terpaksa keluar dari kelas.
bintang menarik harsa ke uks, ia memasang wajah kesal yang jelas ditujukan untuk seseorang yang kini duduk dihadapannya. kesal karena gara-gara dikeluarkan dari kelas juga kesal karena harsa yang sedari tadi tetap bungkam.
"mendadak ga bisa ngomong? coba kalo ditanya tuh jawab! ah! udahlah capek!", bintang beranjak dari kursi tempatnya duduk, tapi lengan harsa dengan cepat menahannya untuk tidak pergi.
"bi mau kemanaa?"
"kemana aja terserah aku!"
harsa yang terkenal nakal dan disegani itu tidak ada apa-apanya dihadapan bintang. hanya bintang satu-satunya manusia yang bisa membuat nyali harsa ciut.
"ck, ga usah pegang-pegang!"
"maaf bi.."
"yaudah kalo gitu jelasin! kenapa mukamu bisa babak belur, terus telapak tangan kamu juga kenapa bisa merah-merah gitu?"
"iya aku cerita tapi kamu jangan marah-marah terus. coba senyum dulu cantik", bintang menarik sudut bibirnya singkat, "sebentar banget? aku belum liat barusan, sekali lagi coba?"
cantik, apa beneran kawin lari aja kali ya?
cup!
satu kecupan mendarat tepat di ranum manis milik bintang.
"harsa! kalo ada yang liat gimana coba?!"
satu lengan harsa sudah melingkar dipinggang ramping bintang entah sejak kapan, ia menarik bintang yang kini berdiri dihadapannya untuk duduk dipangkuan harsa.
"ga bakal ada yang liat kalo kamu ga berisik"
"harsa tapi-hmmmph"
tidak membutuhkan waktu yang lama, harsa segera membungkam ranum berwarna merah muda milik bintang. harsa mungkin akan tunduk pada bintang, namun walaupun begitu bintang tetaplah bintang yang lemah akan sentuhan harsa.
benda tak bertulang itu masuk dengan mudahnya mengobrak abrik isi mulut bintang, meskipun mereka sering menorehkan afeksi lewat ciuman tapi rasanya tidak pernah berubah, tetap manis dan selalu ingin lebih.
"ngh..", suara desah yang tertahan keluar saat lidahnya bertemu dengan milik harsa mengajaknya untuk saling beradu didalam sana. dengan kedua netra yang sama-sama terpejam degupan jantung keduanya semakin terasa, apalagi tangan harsa yang masih melingkar di pinggang kecil bintang itu sesekali meremasnya, menambah rasa geli diperut bintang.
"cantik, manis", ucap harsa disela-sela ciuman itu. tangan harsa perlahan naik ke atas, meraba sesuatu yang ada dibalik baju seragam yang dikenakan bintang.
"ahh.. ngh.. harsa- angh!"
"sssst, jangan berisik", bisiknya tepat ditelinga bintang. ia kembali mencium bintang namun kali ini bintang melepas tautan bibir itu, berusaha menghentikan aksi harsa yang kalau dibiarkan bisa saja berakhir fatal.
"we're still at school right now!"
"berarti kalo udah ga disekolah boleh?"
"ya.. ga gitu juga, tapi.."
harsa tertawa lantas mengecup bibir itu sekali lagi. tanpa bintang jawab pertanyaannya, harsa sudah tau jawabannya.
"jawab dulu, telapak tangan sama wajah kamu kenapa?"
"ini soal papa bi, dia udah tau"
"sa.. terus san gimana?", tanya bintang dengan raut wajah terkejut.
"ini hasilnya", harsa menunjuk lebam diwajah juga bekas kemerahan ditelapak tangannya, "sebagai seorang kakak, aku harus ngelindungin dia kan?"
bintang yang masih duduk dipangkuan harsa lantas memeluknya dengan erat, bintang jelas mengerti perasaan kakak beradik itu, namun disisi lain apa yang harsa dan san lakukan bukan hal yang benar.
"aku salah ya bi? sampe saat ini aku belum bisa nerima semuanya, dari awal harusnya aku jangan ngelibatin san ke masalah ini. ini soal rasa sakit hati aku ke papa dan rasa sayang aku ke mama. aku.. aku rasa aku pergi terlalu jauh bi"
"harsa, coba liat sini", bintang menangkup kedua sisi wajah harsa, "kamu ga salah, semua orang berhak sedih, kecewa, dan marah. termasuk kamu sama san. aku ngerti perasaan kamu, masih susah buat nerima semuanya ya? kita coba belajar untuk nerima semuanya yuk? pelan-pelan sama aku"
"sama kamu?"
"iya, sama aku. mungkin ini udah saatnya sa, kamu ga bisa terus-terusan larut sama rasa sakit hati kamu ke papa. kalo kamu gini terus, gimana sama san? kamu kakaknya, katanya kamu mau jadi contoh yang baik kan buat dia? apalagi mama nitipin san ke kamu, itu berarti mama percaya sama kamu sa. aku yakin, mama mau kamu juga percaya sama keputusannya"
bintang melempar senyum lantas mengecup bibir harsa sekilas, "kamu masih punya aku, sahabat sekaligus rumah tempat kamu pulang"
segitu dulu buat hari ini, makasih buat yang udah mau baca sampe sini. rencananya mau cepet cepet selesai tapi kayanya bakal jadi agak panjang, tapi semoga ga bosenin ya :)
have a good night, sampe ketemu dipart selanjutnya!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...