ini masih part lanjutan dari yang kemarin, selamat membaca🤍
⚠️ mentioning of self-harm, kissing-
mahesa menceritakan tentang siapa sankara pada dhista. sankara dan mahesa berteman sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar, sedikit banyak sankara tau tentang latar belakang mahesa yang bisa dibilang jauh dari kata baik.
semua permasalahan diantara mereka hadir sejak sankara yang selalu mendapati bekas luka di area lengan mahesa yang sankara ketahui mahesa melukai dirinya sendiri.
*flashback on*
kala itu sankara dan mahesa duduk dibangku SMP, sankara sering sekali mendapati sahabatnya itu izin dengan surat sakit yang ditulis oleh dirinya sendiri, setiap satu bulan mahesa pasti izin sakit lebih dari sekali dan itu membuat mahesa sering berurusan dengan guru BK.
sankara akhirnya tau kenapa mahesa sering sekali izin sakit. mahesa ternyata menjadi korban kekerasan oleh mamanya.
sampai suatu hari, mahesa datang ke sekolah dengan satu kaki yang pincang. mahesa beralasan kalau ia jatuh sampai pergelangan kakinya bergeser, awalnya sankara percaya percaya saja, tapi semakin lama rasa percaya itu berubah jadi rasa penasaran.
mahesa jadi sering mengenakan jaket dan kakinya juga tak kunjung membaik. sankara memberanikan diri untuk bertanya langsung pada mahesa, dan jawabannya selalu sama "gue gapapa", "emang gue ga boleh pake jaket? suka suka dong!"
karena merasa tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya sankara menjalankan aksinya untuk menyembunyikan jaket mahesa saat sahabatnya itu mengganti pakaian di toilet. sankara menyuruh semua anak kelasnya mencari toilet lain untuk mereka gunakan.
sankara masuk ke dalam toilet dan menunggu mahesa keluar dari salah satu bilik toilet.
"jaket gue kok ga ada?! bisa mampus kalo ketauan orang lain!"
kriet!
saat bilik itu dibuka, jaket milik mahesa yang dipegang sankara jatuh mengenai lantai.
"sa.. sejak kapan?"
luka sayatan itu tercetak sangat jelas diatas kulit mahesa, sebagian dari luka itupun masih memerah, tandanya mahesa melukai dirinya baru-baru ini.
"maksud lo apa nyembunyiin jaket gue?!"
"kenapa lo ga pernah cerita sama gue?!"
mahesa mengambil jaket itu dan memakainya kembali, "lo ga sopan tau ga? nyembunyiin jaket gue kaya gini maksud lo apa?!"
sankara lantas menendang kaki mahesa yang pincang, tendangan itu pelan, tapi mahesa yang kini menopang tubuhnya dipinggiran wastafel mengaduh sangat keras.
"ini pasti gara-gara nyokap lo lagi kan sa?! berapa kali gue bilang untuk pergi dari sana, rumah gue selalu terbuka untuk lo sa! lo mau mati ditangan nyokap lo sendiri?!"
"ga mungkin gue ninggalin mama sendirian san! gue yakin mama pasti berubah!"
"alah! mau sampe kapan lo terus-terusan belain nyokap lo yang udah jelas salah, gini ya sa, mana ada seorang ibu yang tega nyakitin anaknya sendiri? gue rasa nyokap lo ga bener"
"lo yang ga bener! asal lo tau ya san, sampe kapanpun gue ga bakal pergi dari sana kalo bukan nyokap gue yang nyuruh! mending lo urus keluarga lo sendiri, kaya bokap lo bener aja!"
bugh!
satu pukulan mendarat diwajah mahesa. sankara terkejut saat sadar akan perbuatannya barusan, yang awalnya pukulan biasa kini berubah jadi pertengkaran hebat didalam toilet.
semua siswa laki-laki kini menjadikan pertengkaran sankara dan mahesa bahan tontonan. keduanya sama-sama sulit untuk mengalah dan dikalahkan, namun akhirnya pertikaian itu bisa berakhir karena salah satu dari mereka ada yang melapor pada guru BK.
sejak hari itu sampai sekarang hubungan keduanya belum membaik. itu sebabnya sankara sering kali mencari perhatian mahesa supaya mereka berdua bisa berinteraksi lagi walaupun mahesa sering kali membalasnya menggunakan kekerasan.
*flashback off*
"tapi sekarang udah jauh lebih baik, gue udah ga pernah nyakitin diri sendiri, gue juga udah nerima takdir yang Tuhan kasih buat gue, dan mungkin udah saatnya hubungan gue sama mama membaik"
"tapi ada satu hal yang masih ngeganjel"
"apa?", tanya dhista.
mahesa menautkan jari-jarinya dengan milik dhista, "gue mungkin orang baru dikehidupan lo dan sejauh ini gue gatau apa-apa soal lo. sorry kalo gue kesannya sok tau, tapi mata ga bisa bohong ta, ada rasa sakit yang lo simpen sendirian", dhista menolehkan kepalanya dan kedua mata mereka bertemu, "bener kan?", tanya mahesa.
dhista menganggukan kepala mengiyakan, "gue sayang kok sama mereka, tapi rasanya gue ga lagi ada dirumah, tempat itu asing buat gue sa. bahkan orang yang paling gue sayang sekarang mulai berubah, gue gatau harus pulang kemana"
"gue mau kok jadi rumah tempat lo pulang"
"mahesa.."
"gue mau jadi rumah disaat lo gatau harus pulang kemana"
satu lengan mahesa terangkat mengelus pipi gembul milik dhista, ada rasa aman yang dhista rasakan saat netra tajam mahesa mengunci kedua bola matanya.
"diluar masih hujan, lo gapapa nunggu agak lama?"
dhista mengangguk, "asal sama lo gue ga masalah"
hujan selalu turun disaat ranum kembar keduanya bertemu, seolah menemani setiap kecupan dan helaan nafas, menghalau rasa sakit yang hadir diantara keduanya, memberi rasa nyaman dan aman, saling menguatkan juga saling menghangatkan satu sama lain.
mahesa.. apa gue salah kalo jatuh cinta sama lo?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...