selamat membaca🤍
-
langkah kaki dhista membawanya ke tempat yang paling aman dan tenang, dimana lagi kalau bukan danau.
dhista berbaring dibawah pohon rindang disamping danau. tas sekolahnya ia gunakan sebagai bantalan untuk kepala dengan satu tangan yang diletakan dibawahnya dan tangan yang satunya ia gunakan untuk menutup matanya dari sinar matahari.
saat pertama kali bertemu mahesa disini, kekasihnya bilang ia sering kali datang ke danau jika sedang ada masalah, diam-diam dhista juga sering melakukan hal yang sama.
sudah lama ia tidak pernah menginjakan kakinya lagi di area danau, namun dhista bersyukur, itu artinya ia baik-baik saja begitupun dengan mahesa, kekasihnya.
namun hari ini dhista kembali kesini membawa segudang rasa penasaran, penuh pertanyaan, dan rasa gelisah yang tidak bisa ia tepis dari pikirannya lantaran pertengkarannya dengan arka. namun tidak bisa dipungkiri, ucapan om reza adalah alasan utama dhista ada disini sekarang.
ada sedikit raut menyesal yang ditunjukan oleh om reza saat berbicara, sepertinya om reza tidak sengaja mengatakan hal yang tidak sepatutnya dhista dengar.
"gue ga paham kenapa keluarganya ayah suka banget main rahasia-rahasiaan"
dhista mendudukan dirinya sambil memeluk kedua kaki di depan dada.
"jadi pengen nengok nenek di rs, tapi takut diusir lagi kaya waktu itu", gumamnya.
dhista pernah mengunjungi neneknya yang dirawat di rumah sakit. saat itu dhista pikir nenek akan senang lantaran cucu tirinya ini datang mengunjunginya. namun sayang, belum sempat ia masuk ke dalam ruang inap ia diusir oleh salah satu laki-laki yang kalau tidak salah, dia adalah kakak dari ayah.
dinyalakannya kembali ponsel yang tadi ia matikan. tepat seperti dugaannya, begitu banyak pesan masuk yang tertera dilayar. namun ia memilih untuk mengabaikan semua pesan masuk itu.
"denger lagu enak kali ya" dhista merogoh saku celana, lalu dikenakannya sepasang earphone dikedua telinga.
alunan musik mulai terdengar ditelinganya. dhista memutar lagu yang pernah dinyanyikan oleh mahesa saat ia menangis kala mengingat papa. sambil menatap danau, ia ikut bernyanyi dengan suara yang pelan.
namun, tiba-tiba saja earphone yang dikenakan oleh dhista diambil paksa oleh seseorang.
"eh- esa?" dhista langsung berdiri dari duduknya, "lo ga sekolah?", tanya dhista.
"lo sendiri? ngapain ada disini?" mahesa bertanya dengan raut wajah yang tegas dan tatapan yang mengintimidasi seketika membuat dhista seketika tak berani untuk menatap lawan bicaranya itu.
"bolos?"
dhista mengangguk kecil.
"ngapain-"
"jangan marah, ini pertama kalinya gue bolos"
"dan terakhir kalinya", timpal mahesa.
dhista kembali mengangguk, "iya", gumamnya.
"kenapa bolos?", tanya mahesa sambil merapikan rambut dhista.
"karna.. uhm.. karna.. mau?"
mahesa tertawa mendengarnya. dikecup kening dhista dengan lembut, kemudian mereka berdua duduk dibawah pohon rindang itu. lima menit awal mereka berdua sama-sama memilih untuk diam sambil menatap danau dan menikmati suasana pagi hari yang cerah di sekitar danau.
udara yang sejuk ditemani semilir angin yang lembut dan hadirnya seseorang yang spesial membuat perasaan dhista cukup tenang.
sampai akhirnya dhista menjatuhkan kepala dibahu kokoh kekasihnya, disusul oleh rangkulan tangan besar yang sesekali mengelus lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...