fix you

251 37 3
                                    

selamat membaca🤍

-

kedua kaki jenjang milik remaja jangkung itu melangkah dengan cepat, langkahnya terkesan tergesa-gesa, seolah dikejar waktu.

"ck, tumben banget jalanan sini rame"

langkahnya sempat terhenti beberapa kali lantaran banyaknya pejalan kaki di sore hari ini. inginnya berlari agar cepat sampai tujuan, namun untuk mengambil langkah lebar saja ia kesulitan.

setelah cukup lama berada ditengah-tengah keramaian, akhirnya ia sampai diujung jalan dan langsung belok ke arah kiri- untuk memgambil jalan alternatif-yang untungnya jalanan sekitar sini tidak terlalu ramai.

tak ingin menyia-nyiakan waktunya, ia langsung berlari menuju salah satu rumah sakit tempat sang nenek dirawat. iya, ia mendapat kabar dari mama kalau ibu dari sang ayah itu akhirnya sadar setelah koma beberapa minggu.

tanpa pikir panjang ia memutuskan untuk menaiki bus dari halte dekat sekolahnya setelah memastikan kondisi bintang baik-baik saja.

sahabatnya itu menangis hebat lantaran bingung harus mencari harsa kemana, sementara beberapa awak media sudah mulai berdiri didepan rumahnya untuk mewawancarai bintang sebagai teman dekat putra sulung mahanta.

beruntungnya, gerombolan wartawan itu tak bertahan lama. mereka bisa dibubarkan setelah beberapa orang suruhan ammar mahanta datang untuk membubarkan mereka. orang-orang itu kemudian berdiri disana, berjaga agar tidak ada yang mengusik kediaman bintang.

saat tau kalau orang-orang itu ditugaskan untuk menjaga bintang, dhista cukup lega meninggalkannya sendirian dirumah.

kembali pada pemuda jangkung yang kini tengah menetralkan detak jantungnya setelah keluar dari lift. ia mengadarkan pandangannya ke sekitar lorong, namun disini masih sepi, nampaknya belum ada anggota keluarganya yang sampai.

"ah.. masih dijalan kayanya" gumam dhista.

klek!

seorang dokter dan dua orang perawat keluar dari ruang inap itu. dhista yang berdiri tak jauh dari sana langsung menghampiri dokter itu dan bertanya mengenai kondisi nenek.

dhista bernafas lega saat dokter menjelaskan tentang kondisi nenek yang sudah stabil.

"kamu keluarganya pasien?"

"uhm.. iya, saya.. cucunya.."

"oh? saya ga pernah liat kamu ada disini sebelumnya, biasanya setiap hari minggu ada anak laki-laki cerewet yang suka duduk dikursi itu"

dhista terkekeh, "oh itu adik saya. dia emang cerewet, maaf kalau menganggu ya dok"

"hahaha, gapapa kok. wajar kalau dia pengen tau kondisi nenek", dokter itu tertawa sambil membuka pintu ruang inap, "kamu boleh masuk", lanjutnya.

"eh?"

ditariknya lengan dhista oleh dokter itu untuk masuk ke dalam sana, "tujuan kamu kesini buat jengukin nenek kan? sana, temuin nenek, kasian dia ga pernah liat cucunya yang ini datang"

-

dhista duduk tepat disamping ranjang rumah sakit tempat nenek berbaring dengan beberapa alat yang terpasang ditubuhnya sebagai penunjang kehidupan ibu dari ayah tirinya itu.

perasaan aneh yang sebelumnya tak pernah ia rasakan tiba-tiba saja muncul dibenaknya. perasaan khawatir dan canggung muncul disaat yang bersamaan.

dhista tentu tidak berani untuk menyentuh lengan nenek, untuk menatap matanya saja dhista tidak mampu. padahal, wanita paruh baya itu terus memandanginya sejak dhista berjalan mendekatinya.

Fix You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang