⚠️mentioning of death
selamat membaca🤍-
setelah pertengkaran mahesa dan om ardi di lorong UGD kini mereka semua saling berdiam diri dan tak ada yang berani membuka suara.
arka hanya bisa terdiam dengan isi pikirannya yang dipenuhi soal ucapan mahesa tadi, disampingnya ada sankara yang terus menggenggam jemari mungil arka tanpa berniat untuk melepasnya sedetikpun.
tak jauh berbeda dengan arka dan sankara, bintang tak bisa melakukan apapun selain menyenderkan kepalanya pada bahu harsa. keduanya saling terdiam dengan perasaan yang campur aduk. entah harus senang karena akhirnya ada seseorang yang berani menyuarakan isi hati dhista, atau merasa kasihan karena arka dan mama harus mendengar dan melihat perlakuan kasar mahesa pada om ardi.
meskipun menggunakan cara yang salah namun mereka berdua pikir, pria itu bisa menangkap apa maksud ucapan dan perlakuan mahesa.
sementara kedua orang tua arka dan dhista tidak ada disana karena mama harus menemani ayah yang kini tengah mendapatkan pertolongan khusus dari perawat setelah mendapat pukulan bertubi-tubi dari mahesa.
begitu pula mahesa, pemuda itu memilih untuk berdiam diri di kantin rumah sakit.
alih-alih memikirkan tingkah kasarnya tadi, mahesa malah fokus memikirkan dhista yang kini sudah masuk ke ruang inapnya.
apakah setelah ini dhista akan baik-baik saja?
apakah setelah ini ia masih bisa mendekap tubuh dhista?
apakah dhista akan tetap menyayanginya setelah perbuatan kasarnya pada om ardi?pertanyaan terakhir itu muncul setelah ia menatap kepalan tangannya diatas meja kantin. tangan besar itu sudah membuat om ardi terluka, tadi ia merasa sangat menggebu-gebu namun kini ia merasa sangat berasalah.
"mau ga mau harus minta maaf lagi, mana pake ngingetin umur segala, ada aja dah kelakuan lo kalo lagi marah"
mahesa mendongak saat mendengar suara harsa.
"pukulan lo terlalu kenceng sa, om ardi sampe harus dapet penanganan gara-gara bibirnya sobek"
"ya namanya juga lagi emosi.." cicit mahesa.
harsa menyodorkan satu kotak nasi dan beberapa lauk untuk mahesa, tak lupa teh hijau yang hangat untuk menghangatkan tubuhnya.
"makan"
"ga nafsu"
"mau gue suapin?"
"anj- gue bukan pacar lo"
mahesa lantas mengambil kotak itu dari hadapan harsa dan segera memakannya. tentunya harsa hanya bercanda soal menyuapi si preman ini, ia hanya mengancam dengan halus agar mahesa mau makan.
"lo sama adek gue udah pacaran kan?"
paham akan maksud ucapan harsa, mahesa kemudian mengangguk.
"titip adek gue ya"
"gue kira lo ga jadi berangkat ke seattle"
"peluang gue berangkat ke seattle lebih tinggi daripada balik ke rumah"
mahesa menghela nafasnya kasar, sejujurnya sampai detik ini ia masih tidak menyangka kalau harsa melakukan hal yang tidak sepatutnya ia lakukan. apalagi, teror itu tidak hanya dilakukan sekali dua kali. terlalu sering, harsa sendiri mengaku tidak ingat sudah berapa kali melakukannya.
"yaudah, safe flight kalo gitu"
harsa tak menyahut, ia memilih untuk diam sambil memperhatikan mahesa yang masih melahap makanannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...