getaran dari dalam jaket yang dhista pakai secara tidak sengaja membangunkannya. dhista tersentak begitu sadar kalau ia tidak sengaja tidur sambil memeluk mahesa, juga satu lengan mahesa yang merangkul pundaknya.
dhista merasa aneh, kenapa jantungnya berdetak kencang ketika melihat mahesa dari jarak sedekat ini? pikiran-pikiran aneh itu ia tepis, mana mungkin ia jatuh cinta pada orang yang baru saja ia kenal semalam.
mahesa yang merasakan pergerakan dari dhista ikut terbangun. ia juga sama kagetnya dengan dhista, keduanya langsung melepas pelukan dan menjauh satu sama lain.
dhista memalingkan wajahnya, merasa malu.
"ekhem!"
"e-eh ini hp lo geter geter", ucap dhista sambil melepas jaket milik mahesa.
diraihnya ponsel berwarna hitam dari saku jaket, layar yang sedikit redup itu menampilkan satu nama yang mahesa benci seumur hidupnya.
drrrtt
ponselnya kembali bergetar.
"kenapa ga di jawab?", tanya dhista.
bukannya menjawab, mahesa malah mematikan ponsel itu dan menyimpannya kembali ke saku jaket.
dhista yakin pasti panggilan itu datang dari seseorang yang membuat mahesa datang ke tempat ini untuk menjernihkan pikirannya.
"masih jam 4 pagi, lo mau tidur lagi?", mahesa balik bertanya.
jam 4 pagi katanya? dhista merogoh saku celananya. sial, ponselnya habis baterai. arka pasti mencari dhista semalaman dan ponselnya malah mati.
dhista juga teringat ucapan mama semalam, pagi-pagi sekali ia akan membukakan pintu untuk dhista, bagaimana kalau sampai mama membuka pintu dan dhista tidak ada disana. ia lantas berlari menjauh dari mahesa tanpa mengucapkan sepatah kata.
bruk!
belum sempat mahesa memperingatkan dhista kalau tali sepatunya lepas, dhista sudah jatuh karena menginjak tali sepatunya saat berlari.
"ada yang sakit?", mahesa membantu dhista untuk kembali berdiri, "baru mau gue bilang, tali sepatu lo lepas", mahesa berucap sambil mengikat tali sepatu dhista.
"kenapa buru-buru banget?"
"mahesa makasih udah nemenin gue, maaf gue ngerepotin lo. gue pulang duluan ya? leher lo jangan lupa diangetin atau dipijet, pasti pegel banget tidur kaya gitu. semoga kita bisa ketemu lagi dilain kesempatan", dhista tersenyum kemudian kembali berlari.
"iya, semoga"
-
dhista akhirnya bisa masuk ke dalam rumah setelah semalaman tidur di kursi taman dekat danau, tepat saat ia melepas sepatunya mama membukakan pintu.
salah satu kebiasaan arka di pagi hari adalah pergi ke kamar dhista untuk menganggangu sekaligus membangunkan kakaknya. jadi, setelah memeluk mama sambil mengucap terima kasih ia langsung mengganti bajunya dan berpura-pura kalau ia tidur di kamar.
maka dari itu ia memilih untuk berpura-pura di depan arka supaya ia tidak tahu kalau semalam dhista tidak tidur di rumah.
klek!
"KAKAK BANGUN!!"
bruk!
arka melompat ke atas badan dhista.
punya adek brutal bener..
"kak, kakakkk, kak dhistaaaa"
arka benar-benar menganggu kakaknya dengan memeluk badan dhista yang jauh lebih besar darinya, menindih, sampai mencubit kedua pipi dhista.
"argh sakit", gumam dhista yang masih memejamkan matanya. posisi dhista kini tidur secara tengkurap sambil memeluk guling.
bukannya berhenti arka malah semakin semangat menganggu kakaknya, ia malah bernyanyi sambil menepuk punggung dhista, "you are my sunshine, my only sunshine. you make me happy when skies are gray"
"ARKA SAKITTT!"
arka yang melihat kakaknya kesakitan tertawa sambil mengusap bekas gigitan di pundak. dhista ingin marah tapi begitu melihat wajah adiknya ia malah ikut tertawa, "bangun tidur tuh cuci muka bukannya gangguin kakak tidur, coba ngaca", kata dhista.
"ih iler adekkk", arka menunjuk pipinya
"baju kakak nih jadi bau gara-gara kamu gigit"
arka kembali mendekat dan menunjuk pipi kirinya, "iler adek wangi tau kak, coba cium"
"minimal mandi kalo mau dicium kakak", ucap dhista yang beranjak dari tempat tidurnya. jujur punggung dhista rasanya pegal karena tidur dengan posisi duduk, apalagi sambil memeluk mahesa. ah.. omong-omong soal mahesa, apa dia masih disana?
dhista menggelengkan kepalanya, tidak penting.
"kak temenin adek jalan-jalan- KAKAK KENAPA?"
"aduh suara kamu tuh kecilin dikit bisa ga sih?"
arka tidak menggubris ucapan dhista, matanya terfokus pada pipi merah ke unguan yang nampak bengkak juga luka gores dengan darah kering di lutut kakaknya.
dhista rasa ia tidak jatuh terlalu kencang, bahkan ia sama sekali tidak merasa perih di area sana.
"kakak berantem?", tanya arka.
dhista jadi bingung harus menjawab apa, mana mungkin ia secara terang-terangan mengatakan kalau luka di pipinya ini karena tamparan ayah kemarin malam dan luka di atas lututnya karena terjatuh saat buru-buru pulang ke rumah tadi pagi.
"ngga lah! anak baik kaya gini masa berantem? ini tuh jatoh gara-gara nginjek tali sepatu", emang bener kan? batin dhista
"arka obatin ya?"
"gausah, biar kakak obatin sendiri aja. yaudah sana kamu mandi, tadi katanya mau ditemenin jalan-jalan", ucap dhista.
arka kembali menampilkan senyuman, "siap! aku mandi dulu ya kak", arka berlalu sambil bersenandung riang, belum sempat tangannya menyentuh gagang pintu kamar dhista ia kembali berbalik badan menghadap dhista.
"kak dhista pulang jam berapa kemarin?"
segitu dulu buat hari ini, makasih buat yang udah mampir. jangan lupa tinggalkan jejak, have a great night<3
TBC🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Novela Juvenil"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...