fix you

265 35 6
                                    

selamat membaca🤍

-

malam hari di kediaman mahanta setelah harsa mengikuti perintah papa untuk pulang ke rumah

"silakan masuk, tuan mahanta sudah menunggu"

pintu besar itu perlahan-lahan terbuka menampilkan sosok pria tua yang duduk di atas kursi kerjanya yang seolah sudah menuggu harsa untuk masuk ke dalam sini.

tak hanya papa, tapi kedua adiknya serta mama—sarah—juga ada disini.

meskipun ia bisa melihat senyum yang tertera di wajah kedua adiknya, namun perasaan takut serta gugup semakin ia rasakan saat melihat papa yang kini menatapnya dengan tajam.

"duduk"

harsa menurut. ia duduk disalah satu sofa yang masih kosong yang tepat menghadap ke arah papa.

"susah banget ya disuruh pulang ke rumah sendiri. kenapa? takut? atau udah sadar kalo kamu selama ini salah?"

harsa tidak menjawab ataupun menyangkal, lagipula ucapan papa benar bukan?

"ini"

"k-kenapa bisa ada disana-"

harsa sontak berdiri dari duduknya saat melihat buku catatan kecil serta album foto miliknya tiba-tiba saja ada ditangan papa. seharusnya catatan kecil dan album foto itu ada didalam laci meja belajarnya yang terkunci.

siapa yang mengambil kunci laci itu?

srek

oh? kunci laci itu masih ada di saku celananya. lantas siapa yang mengambil dua barang rahasia miliknya?

"papa udah baca dan lihat semuanya"

mampus, gue beneran mati hari ini. batinnya.

kalau begini, artinya papa sudah tau tentang perasaannya, tentang bagaimana rindunya harsa akan sosok papa yang dulu ia kenal, tentang keluarganya, juga tentang mama.

sementara album foto itu berisikan foto semua anggota keluarganya yang ia ambil secara diam-diam karena harsa memang senang mengabadikan kenangan melalui kamera analog pemberian mendiang sang ibu.

harsa merutuki dirinya sendiri lantaran tidak bisa menjaga kedua rahasia terbesarnya. ia malu, sangat malu mengetahui fakta bahwa papa dan siapapun itu yang sudah mengambil catatan serta album fotonya membaca dan melihat isi kedua barang itu.

"pa, itu harsa-"

"maaf"

"apa pa? harsa ga denger"

"maafin papa"

harsa tidak salah dengar bukan? selama 18 tahun-hampir 19 tahun-ia menjadi putra mahanta, ini adalah kali pertama ia mendengar papa mengucap kata maaf untuknya.

saking tidak percaya akan apa yang baru saja ia dengar, harsa mencubit kedua tangannya secara bergantian untuk memastikan apakah ini mimpi atau bukan.

kalau ini mimpi, kenapa kedua tangannya terasa sakit sampai meninggalkan bekas kemerahan?

"stop nyubit tangan lo sendiri, ini bukan mimpi"

ucapan sankara langsung membuat harsa menghentikan cubitan pada kedua tangannya. lalu, kalau bukan mimpi.. barusan itu apa? kenapa papa tiba-tiba saja mengucap kata maaf padanya?

"semua perasaan yang ga pernah papa denger dari kamu sebelumnya udah papa baca disini, sesakit hati itu kamu sama papa dan mama sarah, hm? sampai-sampai kemarahan kamu itu lama kelamaan berubah jadi dendam"

Fix You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang