fix you

278 36 10
                                    

selamat membaca🤍

-

"bi, aku ga bisa mastiin kalo keputusan papa kali ini bener atau ngga. kamu tau sendiri papa ga bisa ditebak orangnya"

bintang memilih untuk diam daripada pusing memikirkan rumitnya permasalahan harsa dan tuan mahanta.

soal keberangkatan harsa ke seattle yang ternyata dibatalkan itu memang benar adanya. namun, harsa tidak semudah itu mengambil kesimpulan atas keputusan mendadak papa.

otaknya terbiasa berpikir mengenai hal-hal buruk yang belum tentu akan terjadi-karena memang biasanya tuan mahanta selalu melakukan hal diluar ekspetasi siapapun.

"bisa aja dia ngebatalin rencana ke seattle karena dia mau ngirim aku lebih jauh lagi-"

bugh!

"-sakit bi.."

"habisnya ya kamu tuh! bisa ga sih berbaik sangka sedikit sama papa kamu sendiri?! katanya papa susah ditebak kan? bisa aja tebakan kamu kali ini salah!"

harsa menghela nafas dengan kasar, sejujurnya ia merasa lelah karena perang dingin yang terjadi antara ia dan papa.

ingat apa kata sankara saat itu?

mahanta dan anaknya punya satu kesamaan, sama-sama keras kepala. tidak ada yang mau mengalah, mereka berdua sama-sama gengsi untuk meminta maaf atau sekedar mengajak bicara lebih dulu.

lalu apa sekarang? harsa tidak mungkin terus berdiam diri di rumah bintang tanpa melakukan sesuatu bukan?

"udah tanya adik kamu?"

harsa mengangguk.

"apa kata san?"

"katanya.. papa nyuruh aku pulang ke rumah, dia juga udah ngebatalin semua rencana yang udah dia susun buat aku di seattle" ucap harsa sambil menyamankan posisi kepalanya diatas paha bintang.

"yaudah, itu apa kata papa. kali ini kamu harus percaya sama dia, simple kan?"

harsa menggerutu tak jelas mendengar ucapan bintang. mana mungkin ia bisa memberikan kepercayaannya lagi pada papa? selama ini ia selalu ditipu setiap kali berusaha percaya pada pria tua itu.

tok tok tok!

suara ketukan pintu membuat keduanya saling melempar tatap.

"siapa? kamu ada janji sama orang lain?" bisik harsa.

bintang menggeleng, "ga ada. kamu kali ada janji sama orang lain?"

tok tok tok!

suara ketukan pintu kembali terdengar diikuti suara seorang laki-laki muda yang asing ditelinga bintang.

"bintang? tolong buka pintunya, saya mau ketemu sama harsa"

tok tok tok!

"sana! dia mau ketemu kamu bukan aku!"

"bi! temenin lah, kalo dia orang jahat gimana coba?"

belum sempat mengiyakan ucapan temannya, satu tangan bintang sudah digenggam dengan erat oleh harsa ke arah pintu rumahnya yang masih terus diketuk oleh seseorang diluar sana.

tanpa berlama-lama lagi harsa segera membuka pintu rumah bintang. awalnya ia hendak protes karena ketukan pada pintu rumah bintang tidak berhenti, terkesan memaksa minta dibukakan pintu.

namun, alangkah terkejutnya harsa saat melihat lima orang laki-laki berpakaian rapih sudah berdiri didepan pintu.

mereka adalah anak buah papa.

harsa yang menyadari hal itu hanya bisa cengengesan sambil melambaikan tangannya dengan santai.

"hehe.. halo arjuna, apa kabar?"

sementara bintang yang berdiri tepat dibelakang harsa kini hanya bisa tersenyum kikuk melihat kelima orang itu yang sama sekali tidak menggubris sapaan harsa.

"tuan mahanta meminta kami untuk membawa tuan muda pulang ke rumah" ucap salah seorang laki-laki yang harsa panggil arjuna.

benar tebakannya, orang-orang ini tidak mungkin datang tanpa alasan bukan? papa pasti mengirim mereka untuk melakukan sesuatu, atau lebih tepatnya membawa harsa keluar dari rumah sederhana ini.

"buat apa? papa mau nyiksa gue lagi kaya waktu itu? gue ga mau, gue ga sudi pulang ke rumah"

"tuan mahanta sudah menunggu sejak kemarin malam, jangan buat dia menunggu lebih lama"

"lo budeg jun? gue bilang gue ga mau pulang ke rumah! lagipula papa udah ngusir gue!"

laki-laki itu menghela nafas, "ikut atau saya paksa?"

"sa, kayanya kamu harus dengerin apa kata dia" bisik bintang.

namun harsa tetaplah harsa, ia menolak dan masih bersikukuh untuk tidak ikut pulang bersama mereka. saking keras kepalanya harsa, sempat terjadi pertikaian kecil antara ia dengan arjuna.

beruntung, keempat kawan arjuna bisa memisahkan keduanya sebelum terjadi kekacauan.

"jangan mempersulit tugas kami. sekali lagi tuan muda pilih ikut atau saya paksa"

"kasih gue waktu buat ngobrol sama bintang, setelah itu gue mau ikut lo semua balik ke rumah"

harsa kemudian menarik bintang sedikit menjauh dari pintu rumah agar bisa berbicara dengan leluasa.

"bi, aku ga tau papa bakal ngelakuin apa saat aku pulang nanti. tapi yang jelas, kalo aku ga ada kabar dalam 24 jam kedepan, artinya ini terakhir kali kita ketemu"

"harsa?! jangan becanda kamu!"

"apa aku keliatan kaya orang lagi bercanda? ngga kan? aku sadar kalo aku salah makannya aku beneran setakut itu buat ketemu papa bi"

"makannya kamu minta maaf sama papa. sa, udahlah mau sampe kapan sih hubungan kamu sama papa kaya gini terus?!"

"oke, aku bakal cari cara buat minta maaf sama papa. sekarang kamu dengerin aku baik-baik bi" harsa menangkup kedua pipi bintang dan tatapan keduanya saling mengunci satu sama lain, "aku tau situasi dan keadaan lagi rumit saat ini. tapi ga ada salahnya kan kalo aku mau kita lebih dari sekedar temen? maksud aku, kamu mau kan jadi pacar aku?"

"h-hah?"

harsa.. yang benar saja? apa kalimat itu tidak bisa ditunda lebih dulu dan di ucapkan lain kali saja saat semua masalah ini sudah selesai?

sedetik kemudian harsa mengecup bibir bintang dengan sedikit lumatan diakhir sebagai bentuk rasa sayang. namun, tentunya bintang bisa merasakan perasaan cemas dalam kecupan itu.

"aku minta maaf, aku sayang kamu bi"

"harsa.. a-aku-"

tanpa mau mendengar kalimat bintang, harsa segera melangkahkan kakinya menuju ke arah
lima orang laki-laki diluar sana, harsa bahkan tidak berbalik menatap bintang yang masih bergeming ditempatnya.

"ayo pulang, papa udah nunggu"




























biar ga sedih terus, kita geser dikit ke harsa sama bintang yaa hehe.

yaudah deh, segitu dulu buat hari ini. sampe ketemu di part selanjutnya, jangan lupa tinggalkan jejak!

have a good night everyone!<3

Fix You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang