selamat membaca🤍
-
kali ini dhista tidak sendirian saat menunggu adiknya keluar dari gerbang sekolah, ada mahesa yang ikut menemaninya. mereka berdua duduk di kursi minimarket disamping sekolah.
box berukuran cukup besar yang tadi pagi dibawa oleh sankara adalah kado ulang tahun untuk mahesa yang kini ada ditangan si penerima. mahesa sudah bisa menebak isinya adalah gitar, tentu karena kemarin mereka tidak sengaja bertemu di toko peralatan musik.
saat dhista sadar kalau teman sankara yang berulang tahun adalah mahesa, ia juga jadi ingin memberi sesuatu untuk mahesa. kemarin malam contohnya, ia sampai begadang hanya untuk mencari kado yang pas di beberapa toko online. tapi sayangnya, dhista belum menemukan sesuatu yang pas untuk mahesa.
"itu pasti kado dari san, kalian berdua udah baikan?"
"haha, ngga, ini gue bawa soalnya mau gue kasih ke orang lain, kalo ga ada yang mau bakalan gue kasih buat orang lain"
"eh jangan! dia udah beli ini buat gantiin gitar yang dia rusakin sa, lo harus hargain apa yang udah dia kasih buat lo"
"hmm.. iya deh, ga jadi gue buang karna lo yang nyuruh"
sesaat kemudian dhista menangkap sosok arka yang celingukan, ia lantas melambaikan tangan ke arah arka dan adiknya itu langsung menghampiri dhista.
oh, omong-omong, hubungan keduanya sudah membaik. lebih tepatnya, dhista yang mengalah karena kalau tidak begitu urusannya pasti akan lebih panjang. saat mama tau dhista dan arka tidak akur ia langsung menyuruhnya berbaikan, entahlah.. kali ini mama ada di pihak arka.
"kak dhistaaaa, adek ga bikin kakak nunggu lama kan?", tanya arka sambil memeluk dhista dari belakang.
"aduh, kekencengan meluknya!"
sejak tidak akurnya hubungan kakak adik itu, arka selalu berusaha untuk memperbaiki sikapnya. ia jadi sering mengirim pesan untuk dhista saat ia selesai berkegiatan di sekolah, arka juga tidak pernah membuat dhista menunggu lama. ya.. sebuah kemajuan, setidaknya dhista tidak pernah keluar masuk ruang kerja ayah lagi beberapa hari kebelakang.
"kak dhista kenal sama orang itu?", arka menunjuk seseorang yang duduk didepannya, iya, mahesa.
"oh.. kakak belum ngenalin dia sama kamu ya? ini temen kakak namanya ma-"
"mahesa!", arka mengeratkan pelukannya kembali, "jangan deket-deket sama kakak gue! lo orang yang waktu itu nyekek lehernya sankara dikantin kan?! kak! gausah kenal sama orang brutal macem dia, serem!"
"e-eh?"
"heh! gue kasih tau ya anak aksel! temen lo, gebetan lo, apalah itu sebutannya! si sankara itu yang nyari masalah duluan sama gue, gue ga bakal cari gara-gara kalo dia ga mulai duluan"
"TUHKAN! MASA DIA NYENTAK ADEK KAK!"
"ta, serius ini adek lo? bener-bener berbanding terbalik, yang modelan begini nemu dimana sih?"
"KURANG AJAR! KITA GA DEKET, GAUSAH SOK ASIK!"
"LAH??? SIAPA YANG SOK ASIK BOCAH"
"KAKAK-"
"AAAA SAKIT!"
"ta ampun taaa! lepasin!"
dhista menarik telinga kedua orang yang kini berdebat dan jadi bahan tontonan orang lain disekitar mereka. dhista lantas membawa keduanya masuk kedalam mobil yang terparkir tak jauh dari sana.
tepat setelah mereka bertiga masuk kedalam mobil, arka dan mahesa bungkam dan tidak berani menatap dhista yang kini duduk dibangku kemudi sambil menatap ke arah mereka berdua yang duduk dikursi belakang.
"udah?", dhista bertanya dengan suara yang lembut.
"kak-"
"dhista-"
"gue dulu!", keduanya kembali berteriak.
"GUE DULU!", arka dan mahesa sontak menundukan kepala, suasana kembali hening dan mereka lagi-lagi tidak berani menatap dhista.
"kalian ga malu teriak-teriak kaya gitu depan orang lain? kita tuh diliatin sama banyak orang, masa kalian yang teriak gue yang malu? mana gue masih pake seragam sekolah. kalo ada anak sekolahan gue liat bisa jadi salah paham tau ga?!"
"iya maaf..", jawab arka dan mahesa.
"kalian lah yang maafan, kok malah gue yang dimintain maaf"
arka dan mahesa sama-sama mengulurkan tangan dan menjabat tangan berbaikan. tapi tak lama setelahnya arka melayangkan protes saat dhista menyuruhnya untuk duduk dibelakang bersama mahesa. karena dua orang itu tak kunjung diam, kakhirnya box yang berisikan gitar itu menjadi penghalang antara arka dan mahesa.
"ngerepotin kakak gue aja sampe harus muter ke kosan lu dulu"
"motor gue lagi dibengkel"
"oh pantes.. motor butut ternyata"
"jangan maen-maen, motor custom gue disebut motor butut!"
"nyenyenye!"
dhista menghela nafas, belum selesai juga pertengkaran mereka?
"apa perlu gue banting stir ke kanan biar kalian berdua ga ngoceh terus?"
sesaat kemudian hening.
ada-ada aja kelakuan..
15 menit berlalu dengan suasana mobil yang hening akhirnya mobil hitam yang dikendarai dhista sampai didepan rumah kos mahesa.
"makasih ya ta, sorry gue jadi ngerepotin"
"ngga kok, lagian gue sama arka ga buru-buru juga", balas dhista.
"yaudah kalo gitu gue turun ya? sekali lagi makasih ya ta, kabarin gue kalo udah sampe rumah"
cup!
"AAAAAA JANGAN SENTUH KAKAK GUE!!!"
-
sekitar pukul 9 malam dhista masih mengerjakan tugas sekolahnya ditemani oleh arka yang membaca komik sambil berbaring diatas kasurnya.
arka yang pada dasarnya memang banyak bicara dan selalu ingin tau itu bertanya soal siapa mahesa, laki-laki yang berani mengecup dhista didepan adiknya tadi sore.
"uhm.. apa ya? mahesa itu temen baik kakak, kaya kamu sama yasa"
"yasa ga suka kalo aku cium pipinya"
"bedain antara cium sama gigit, yasa mana mau pipinya digigit sama kamu? jorok, bau jigong!"
"tapi kak, mana ada temen ciuman bibir?"
"e-eh?!", dhista yang duduk membelakangi arka kini memutar kursinya menghadap ke arah kasur.
"kemarin malem adek ga sengaja liat mahesa nyium kakak didepan rumah, masa sih kalian berdua cuma temenan? minimal pacaranlah kak.. meskipun adek lebih suka mahesa jadi temen kakak. hati-hati aja ya kak, mahesa serem, kaya preman, kasar, kadang adek juga takut sama dia. tapi terserah kakak deh, adek cuma ngasih saran"
teman ya? apa mahesa pantas disebut sebagai seorang teman setelah apa yang mereka lalui bersama? tiba-tiba saja pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan serupa.
ah! lagipula mahesa dan dhista saling mengenal baru-baru ini, dhista rasa terlalu awal untuk memvalidasi perasaannya. tapi.. degupan didadanya tidak bisa bohong ketika mahesa ada didekatnya. lantas perasaan macam apa yang kini hadir dihati dhista?
salahkah ia untuk jatuh cinta pada seseorang yang baru saja ia kenal? atau, haruskah ia mengubur dalam-dalam perasaan ini sebelum semuanya terlambat?
kita temenan kan sa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Ficção Adolescente"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...