selamat membaca🤍
-
setelah dua hari terkurung didalam ruang rawat inap akhirnya dhista diperbolehkan pulang oleh dokter. kondisi badannya sudah membaik, demamnya sudah turun, wajahnya juga sudah tidak pucat lagi.
meskipun kesehatan jasmaninya membaik, namun, dhista harus tetap melakukan konseling dengan psikiater lantaran kesehatan mentalnya yang bisa dibilang tidak baik-baik saja.
pemuda jangkung itu kini duduk bersama arka di kursi ruang tunggu administrasi setelah mengganti pakaiannya dan bersiap untuk pulang.
sambil menunggu mama dan ayah melakukan proses administrasi rumah sakit, arka terus menggenggam jemari kakaknya. setelah mengetahui tentang kondisi mental kakaknya yang tidak baik-baik saja, sebisa mungkin arka tidak akan membiarkan dhista melamun apalagi sendirian.
"ayo kak, mama sama ayah udah selesai"
dhista tak banyak bicara, ia memilih untuk mengikuti langkah arka yang mendekat ke arah kedua orang tua mereka.
"kamu kenapa kak? kok kaya orang linglung gitu?"
"kenapa dhis? kamu pusing? kita ga jadi pulang kalo badan kamu masih belum enakan"
dhista menggelengkan kepalanya, "dhista gapapa kok ma, yah. dhista cuma aneh aja"
"aneh kenapa?" tanya mama.
"ini.. dhista beneran pulang ke rumah? emangnya gapapa ya ma?"
"loh? kok bilang gitu? itukan rumah kamu, tempat tinggal kamu, memang seharusnya kamu pulang kesana" jawab ayah.
dhista mengangguk samar mendengar jawaban ayah dengan perasaan aneh yang masih mengganjal dihatinya. mau bagaimanapun ini pertama kalinya dhista pulang ke rumah saat keadaan rumahnya ramai oleh keluarga besar ayah.
dhista masih tidak siap kalau harus bertemu dengan mereka. kalimat apa yang akan mereka katakan saat melihatnya kembali ke rumah setelah melakukan percobaan bunuh diri yang gagal?
dhista tidak siap. ia tidak siap kalau harus dihadapkan dengan situasi itu.
"dhista pulangnya ke kosan mahesa aja deh ma, dhista pulang ke rumah kalo keluarganya ayah udah ga ada disana"
jawaban itu tentu mendapat protesan kecil dari pemuda bertubuh pendek yang kini masih setia menggenggam jemarinya.
"masa kak dhista pulangnya ke kosan mahesa? kan rumah kakak bukan disana"
"tapi.."
"ngga ada tapinya kak dhistaaa, pulang ke rumah ya? ya ya ya? ayooo adek mau rebahan dikasur kakak lagi"
dhista malah terdiam ditempat, otaknya sibuk memikirkan cara terbaik untuk menghadapi situasi tak biasa ini.
"kalo kak dhista takut, kan ada adek yang jagain kakak. meskipun badan adek lebih kecil sih.. tapi adek bisa kok! pulang ya kak? adek janji ga akan lepasin tangan adek dari kakak"
dhista mau tak mau mengangguk mendengar ucapan arka yang terdengar sangat riang ditelinganya. tidak ada alasan untuk menolak permintaan yang keluar dari mulut cerewet adiknya itu.
"asikk! nanti adek kasih bonus pelukin kakak semaleman ya!"
-
sepanjang jalan dari rumah sakit hingga mobil yang dikendarai ayah berhenti tepat didepan pintu pagar rumah, arka benar-benar menepati janjinya untuk tidak melepaskan tangan dari genggaman dhista.
bahkan ketika mereka berdua keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah, arka masih menggenggamnya, bahkan semakin erat ketika mereka masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...