selamat membaca🤍
-
malam hari dikediaman dhista berjalan seperti biasanya. ia menutup pintu kamar dan segera berlari menuruni tangga setelah mendengar suara mama memanggil kedua anaknya untuk turun dari kamar dan makan malam bersama.
"adeknya mana kak?"
dhista mengerutkan kening, "dhista kira adek udah turun"
"mungkin adek ga denger, suruh adek turun ya kak"
dhista menurut, ia kembali menaiki tangga. sesampainya didepan pintu kamar arka, dhista langsung mengetuk pintu itu sambil menyuruh adiknya turun untuk makan malam.
"dek, disuruh makan malem sama mama"
tok tok tok!
"dek? buka pintunya"
tok tok tok!
"dek, kamu lagi ngapain sih?"
klek!
pintu kamar arka akhirnya terbuka.
"ayo kak, mama sama ayah pasti udah nunggu"
lagi-lagi, arka pergi begitu saja dari hadapan dhista tanpa menatap sang kakak yang masih berdiri di depan pintu kamarnya. dari sikapnya saja, dhista bisa tau kalau arka tengah menutupi sesuatu.
tak ingin membuat kedua orang tuanya menunggu, dhista juga ikut menyusul arka yang masih menuruni tangga.
saat kaki dhista menuruni satu anak tangga terakhir ia melihat sudah ada mama, ayah, dan.. dua orang yang tidak ia kenal duduk di kursi meja makan.
"oh? ada om reza sama tante karin", ucap arka.
dhista memasang senyum saat matanya tak sengaja bertemu dengan sepasang netra sipit milik laki-laki yang arka panggil dengan sebutan om reza.
"kakak? ngapain masih disitu, ayo sini", ucap mama.
"eh.. iya ma"
seingat dhista, om reza dan tante karin tinggal di luar negeri karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan om reza tinggal di London. dari yang dhista dengar, saat acara kumpul keluarga kemarin, om reza dan tante karin tidak bisa datang, jadi mereka baru bisa mengunjungi keluarga mereka hari ini.
selain itu, om reza dan tante karin rencananya akan menginap sekitar satu minggu disini untuk merawat nenek yang masih dirawat di rumah sakit.
sejujurnya dhista sangat canggung, posisinya yang duduk diantara arka dan om reza-adik dari ayah-membuat dhista tidak bisa banyak bergerak seperti biasanya.
"ini dhista ya?", mendengar namanya disebut oleh om reza, dhista langsung menghentikan tangannya yang hendak menyendok nasi.
"i-iya.. ini dhista"
"udah gede ya sekarang, dulu waktu terakhir ketemu.. kamu masih SMP. kelas berapa sekarang?"
"dhista udah SMA kelas dua om"
om reza mengangguk, "kamu pemalu ya orangnya? om jarang liat kamu kalo lagi kumpul keluarga"
bingung harus menjawab apa, dhista melirik mama yang duduk disamping tante karin. entah disengaja atau tidak, mama seperti tidak tertarik dengan obrolan om reza saat ini. padahal sebelumnya suasana meja makan cukup ramai dengan obrolan mereka.
"dhista sibuk sama temen-temennya, suka sampe ga pulang berhari-hari kalo udah main sama mereka"
dhista menelan ludahnya kasar saat mendengar ucapan sinis keluar dari mulut sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...