arka terbangun di kamar dhista tanpa sang kakak disampingnya, jam menunjukan pukul 8 pagi dan ini adalah hari sabtu. biasanya arka akan lari pagi atau sekedar jalan-jalan di komplek perumahannya.
tapi kali ini ia merasa malas, apalagi bayangan dhista menangis tadi malam masih ia ingat jelas. bahkan air mata dhista secara tidak sengaja jatuh diatas kepalanya waktu dhista memeluk arka semalam.
arka melirik ke arah nakas disamping tempat tidur, ada satu lembar sticky note dengan tulisan tangan dhista diatasnya.
kakak pergi bareng bang harsa sama kak bintang, maaf ga bisa nemenin adek lari pagi. jangan lupa sarapan ya.
arka menghela nafas, padahal niatnya ingin bertanya soal kakaknya yang menangis tadi malam. ia bergegas turun kebawah, dari ujung tangga ia melihat mama dan ayah sedang menyantap sarapan pagi.
"kenapa ga ada yang bangunin adek?"
"eh, anak ayah udah bangun. sini duduk, mama udah bikinin kamu susu nih", ucap ayah.
arka duduk tepat di samping ayah, ia meminum segelas susu dan dua lembar roti tawar tanpa selai. entah perasaan arka saja atau memang ini adalah sesuatu yang jarang terjadi. ayah banyak bicara pagi ini dan mama sesekali tertawa atau bahkan menimpali obrolan ayah.
ayah tidak pernah seperti ini kalau ada kak dhista.
ada masalah apa diantara mereka berdua?
"ma?"
"hmm, kenapa dek?", mama menatap arka
"kak dhista kemana?", tanya arka.
dari tatapan mata mama dapat arka simpulkan kalau kakaknya sama sekali tidak menujukan kesedihan dihadapan mama, tatapan mata mama terlihat biasa-biasa saja bahkan masih terlihat guratan senyum dimata mama karena candaan ayah.
"dhista berangkat pagi banget, katanya mau ada urusan bareng bintang sama harsa", jawab mama.
arka menghembuskan nafas lega dengan samar, setidaknya dhista tidak berbohong kali ini. kakaknya memang benar-benar pergi bersama bintang dan harsa.
acara sarapan itu selesai dengan mama dan ayah yang harus pergi ke rumah sakit menjenguk nenek-dari pihak ayah-yang sedang sakit. arka memilih untuk tidak ikut dan menitip pesan untuk nenek kalau arka akan datang dilain hari.
hari ini arka hanya ingin bermalas-malasan, begitu ucapnya pada ayah. padahal arka sangat ingin mengobrak abrik isi kamar kakak, ia penasaran dengan album foto yang semalam dipeluk dhista. siapa orang itu sampai membuat kakaknya menangis tersedu-sedu?
-
mereka bertiga sampai di komplek pemakaman papa dhista dengan satu bucket bunga mawar putih kesukaan papa ditangan dhista. harsa menahan lengan bintang, membiarkan dhista untuk melepas rindunya.
"biar dhista dulu, kita tunggu disini", ucap harsa. bintang mengangguk menyetujui.
sementara itu dhista meletakan bunga diatas pusara papa.
"hai papa, apa kabar?", dhista terkekeh. tapi air mata dari kedua matanya turun tanpa permisi. "papa bisa liat dhista dari sanakan? anak papa udah setinggi ini, dhista udah gede pa. ga kerasa udah 4 tahun aja papa pulang ke rumah Tuhan, gimana disana? indah?", punggungnya bergetar, tandanya dhista menangis semakin hebat.
"ah.. padahal dhista udah janji kalo mau ketemu papa ga nangis biar papa ga sedih. pa, dhista kangen. ga ada yang bisa gantiin papa di dunia ini, bagi dhista, papa adalah yang terbaik. dhista.. dh-ista.. akan selalu nurut sama mama kaya yang papa suruh",
"papa maafin dhista, dhista ga inget suara papa. papa jangan benci dhista ya?", ia meremas dadanya yang terasa sesak.
dhista hampir kesusahan bernafas, tapi kedua tangan di sisi badannya menopang dhista untuk tetap duduk. harsa dan bintang datang disaat yang tepat. bintang berbisik untuk mengucapkan kata kata penenang sementara harsa merangkul dan mengusap bahu dhista.
"ma-maafin dh-dhista", bisiknya.
"dhista, papa akan jauh lebih sedih kalo kamu kaya gini. papa mau anaknya kuat, kamu boleh nangis, tapi kali ini udah ya? nafas yang bener dhista ikutin kakak", bintang menangkup kedua pipi dhista.
perlahan nafasnya kembali stabil, "udah ya?", dhista mengangguk.
harsa kembali melihat dhista tepat seperti 4 tahun yang lalu. harsa harap dhista 4 tahun yang lalu tidak pernah muncul lagi. terlalu menyakitkan untuk diingat apalagi kalau sampai terulang.
"dhista, dhista boleh minta peluk kak?"
bintang mengangguk tanpa ragu dan membawa tubuh dhista kedalam pelukannya. tidak lama, tapi cukup membuat hati dhista kembali menghangat.
"b-bang harsa, maaf kak bintangnya.."
harsa tersenyum, mengusap kepala dhista pelan. "kenapa bintang?", tanya harsa.
"d-dhista minta peluk ke kak bintang. maaf bang.. dhista-"
"iya, gapapa", singkat dan bisa membuat dhista berhenti mengucap kata maaf.
harsa memalingkan kepalanya menghadap pusara bertuliskan nama papa dhista disana. ia memasang senyum diwajahnya, "om ga perlu khawatir, ada saya sama bintang disini yang selalu jagain dhista. saya akan selalu berdoa untuk om, tante, juga dhista. om percaya sama saya kan?"
bintang ikut tersenyum mendengarnya. harsa benar-benar menjaga dhista dan menganggapnya sebagai keluarga.
"papa, dhista pulang dulu ya? sering-sering datang ke mimpi dhista dong hehe"
"om, kami pamit pulang. saya sama harsa izin ajak dhista makan dulu ya om. kasian cacing di perutnya udah demo", kata bintang.
"ih apaan si kakak, maluu tau"
"emang bener kok! coba kamu tanya harsa"
dhista, tetap tersenyum seperti ini ya?
TBC🤍
rencananya aku bakal tamatin cerita ini (secepatnya), jadi aku bakal update sering-sering (tapi ga janji sih hehe). yaudah segitu aja buat hari ini. have a great night<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...