selamat membaca🤍
-
untuk pertama kalinya selama arka dan dhista tinggal bersama mereka berdua bertengkar hebat, pertama kalinya dhista melihat arka berteriak sambil menangis dihadapannya, pertama kalinya juga dhista bisa terang-terangan mencurahkan semua isi hatinya didepan arka.
namun, pagi hari ini mereka berdua berusaha bersikap seperti biasanya di depan keempat orang yang kini duduk di kursi meja makan dengan posisi yang sama seperti kemarin malam.
"kalian berdua kalo ke sekolah biasanya naik apa?", pertanyaan dari om reza membuat arka jadi teringat soal kejadian semalam. ia memilih untuk diam dan tidak menjawab dengan memakan roti sampai mulutnya itu penuh.
baru saja dhista hendak menjawab pertanyaan om reza namun ayah lebih dulu menjawab, "biasanya dhista berangkat bareng sama arka ke sekolah"
"oh.. karna satu sekolah jadi berangkatnya bareng ya?", tanya tante karin.
"ngga", jawab dhista dengan cepat yang sontak membuat arka melirik ke arah kakaknya, "dhista sama arka beda sekolah", lanjut dhista.
"loh? emangnya dhista ga kesiangan kalo harus nganter arka dulu?", tanya tante karin lagi.
dhista menatap ayah yang kini tengah menatapnya juga, tatapannya seolah menyuruh dhista untuk tidak bicara sembarangan.
"kadang sih, tapi ayah bilang dhista-"
"kak udah mau jam tujuh, ayo cepet habisin makanannya nanti kesiangan", mama menyela ucapan dhista begitu saja.
dhista mengangguk kemudian menghabiskan makanannya. padahal dalam hati ia mentertawakan mama terlihat sangat panik ketika mendengar kata ayah dalam obrolannya bersama tante karin.
tidak ingin berlama-lama lagi ia segera menghabiskan rotinya dan meminum satu gelas air sampai habis.
"hari ini biar om yang nganter kalian ya?"
dhista menggeleng, "gausah om, nanti ngerepotin"
"ngga ngerepotin kok. di, anak-anak biar gue sama karin yang anter, sekalian ke rs"
ayah mengangguk, "yaudah, jam istirahat nanti gue nyusul ke rs"
"ayo berangkat!"
-
tante karin tak henti-hentinya melihat ke arah belakang melalui kaca spion yang berada ditengah. ia merasa sedikit heran dengan kakak beradik itu, pasalnya, mereka duduk dengan jarak yang cukup jauh dan keduanya sama-sama memandang ke arah luar kaca tanpa bersuara sedikitpun.
hal yang sama juga dirasakan oleh om reza yang duduk dibangku kemudi, beberapa kali ia bertanya kepada istrinya dengan mengerutkan kening, namun tante karin selalu menggelengkan kepalanya sambil berucap, "ga tau", tanpa bersuara.
"ekhem..", serentak kakak beradik itu memalingkan wajah mereka ke dalam mobil, "ka ini benerkan belok kanan?", tanyanya.
"iya, nanti ketemu perempatan lurus om"
"arka sama dhista kenapa ga satu sekolah aja?", tanya tante karin.
arka melirik ke samping kanannya, seolah menyuruh dhista untuk menjawab pertanyaan tantenya itu.
"tante sama om kan tau kalo arka pinter, dia udah masuk kelas aksel sejak SMP, arka yang disebut namanya itu menatap dhista dengan tatapan seolah tidak perlu memuji dirinya seperti ini, dhista cukup menjawab seadanya saja.
"ditahun terakhir SMP, arka udah punya rencana mau masuk kelas aksel lagi. kebetulan disekolahnya dhista ga ada kelas akselerasi tan, jadi arka beda sekolah sama dhista. terus ayah juga kayanya pengen arka cepet masuk kuliah biar cepet banggain ayah sama mama"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...