fix you

285 42 3
                                    

"ADUH SAKIT! LO BISA PELAN-PELAN GA SIH BANG?!"

plak!

"gausah teriak"

atas suruhan bintang dan dhista dan sebagai permintaan maaf, harsa membantu sankara untuk mengobati luka di perut dan punggungnya. karena ia tau adiknya itu pasti akan mengadu jadi harsa tau diri untuk tidak menimbulkan kegaduhan di rumah hanya gara-gara memberi sedikit pelajaran untuk sankara.

sebenarnya harsa tidak berniat untuk melakukan ini pada adiknya, tapi penjelasan sankara membuat harsa marah. apalagi setelah tau kalau dhista lagi lagi terluka. niat harsa untuk menyuruh sankara menjaga arka malah menjadi boomerang.

"abangku sayang, itu obatnya diolesin aja kena lukanya. jangan diteken-teken!"

"emang sakit?"

"lo seriusan nanya kaya gitu setelah mukulin gue bang?"

harsa tertawa mendengarnya. benar, ini pasti sakit, apalagi harsa memukuli sankara tanpa ragu. selain membantu mengobati sankara, ia juga membelikan satu set komputer untuk adiknya. "jangan sampe ngadu ke papa ya", kata harsa.

sankara mengenakan kembali bajunya yang tergeletak di lantai, ia sendiri bingung antara ingin menangis karena sakit atau harus bahagia karena komputer yang sudah lama ia inginkan ada di depan matanya.

kakak beradik itu asik dalam dunianya masing-masing, sang adik yang kesenangan karena dibelikan komputer baru dan sang kakak yang memilih untuk menonton TV di atas kasur adiknya.

"lo sama kak bintang baik-baik aja kan bang?", baik-baik saja ya? jawabannya mungkin iya.

"oke kok, kenapa?"

"udah pacaran?", tanya sankara, "udah kan?", tanya nya lagi. sankara yang awalnya duduk membelakangi harsa kini menatap kakaknya meminta jawaban.

"belum"

"AH FRIENDZONE MULU! GA CAPEK APA?"

sankara ini suka sekali berteriak pada kakaknya ya?

capek, batin harsa. bertahun-tahun harsa harus menahan diri untuk tetap menjadikan bintang sebagai teman hanya karena status sosialnya. harsa dan sankara terlahir dari keluarga kaya raya, papa adalah donatur terbesar di kedua sekolah anaknya sekaligus pemilik perusahaan ternama.

papa juga memiliki banyak hotel dan saham di beberapa perusahaan besar, tak heran kalau harsa dan sankara bertengkar, keduanya bisa menghabiskan puluhan juta hanya untuk saling membujuk dan membelikan sesuatu. kasarnya, uang itu mereka gunakan untuk menutup mulut satu sama lain.

kembali lagi pada status sosial, harsa dan sankara terkenal sebagai kakak beradik yang dipandang tinggi oleh orang lain. sementara bintang? ia tinggal di sebuah rumah sederhana yang terletak tak jauh dari pusat kota, tanpa kedua orang tuanya.

kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan saat bintang masih berusia 7 tahun. saat kecil ia sering berpindah-pindah tempat tinggal, namun saat ia menginjak bangku SMP ia kembali ke rumah orang tuanya dan memutuskan untuk tinggal sendirian disana.

awalnya harsa mengenalkan bintang sebagai seorang teman dekat pada papa, tapi mau bagaimanapun papa adalah orang tua yang pernah muda. ia tau kalau sebenarnya harsa dan bintang memiliki perasaan yang sama, saat papa tau akan hal itu bintang bahkan ditolak mentah-mentah oleh papa.

menurut papa, harsa bisa mencari orang yang lebih baik daripada seorang yatim piatu seperti bintang. kata-kata itu jelas menyakiti hati bintang dan sejak saat itu harsa memutuskan untuk menjadi teman baik bintang, dan masih enggan menyatakan perasaannya.

"bang?", tepukan di bahunya menyadarkan harsa.

"kawin lari aja bang.. gue dukung"

satu tamparan kembali mengenai wajah sankara, "enteng bener kalo ngomong!"

tok tok tok!

suara ketukan pintu menghentikan keduanya yang kembali berdebat, "siapa?", tanya harsa dan sankara bersamaan.

saat pintu itu terbuka harsa langsung memasang raut wajah tak suka, menatap seseorang di hadapannya dengan sinis.

"mama bikin pudding kak.. terus aku disuruh ajak kak harsa sama kak san buat makan puddingnya", ucapnya dengan kepala tertunduk.

"tante sarah maksud lo?"

suasana di kamar sankara mendadak tegang, sankara tau arah pembicaraan kedua manusia ini kemana, "bang harsa", bisiknya.

"lo aja, gue males", ucap harsa pada sankara. ia kembali membaringkan tubuhnya diatas kasur sankara.

ini adalah penolakan kesekian kalinya yang harsa berikan, sankara sendiri sudah tidak aneh mendengarnya, tapi anak laki-laki di depannya terlihat sedih saat mendengar jawaban harsa, "tapi.. kak harsa disuruh papa kebawah katanya ada yang harus di omongin kak..", ucapnya lagi.

harsa menghela nafas, "puddingnya dikasih racun ga? gue ga mau mati ditangan mama lo"

here we go again, batin sankara.

"yaudah, lo turun duluan. bilang ke papa, gue sama bang harsa nyusul", laki-laki itu mengangguk dan berlalu dari kamar sankara. "makasih yasa", ucap sankara.

"bisakan lo ngomong baik-baik sama yasa? lo bisa aja nyakitin perasaannya"

"lo lebih mikirin perasaan dia daripada rasa sakit hati gue? lo mau kita berantem cuma gara-gara lo ngebela anak itu san?"

"bang..", sesaat kemudian harsa meninggalkan sankara di kamarnya dan langsung pergi menemui papa di ruang keluarga.

"sampe kapan lo kaya gini terus"






















hai, selamat malam! hari ini aku up segini dulu, makasih buat yang udah mampir dan baca, semoga suka sama ceritanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, have a good night everyone!
TBC🤍

Fix You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang