BAB 4

1.2K 84 2
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Nala sibuk membua kopi pesanan Aska atasannya. Nala kebingungan harus membuat kopi yang enak itu seperti apa. Saat dirumah ia sama sekali tidak pernah membuatnya apalagi jika harus membuat kopi dengan menggunakan alat seperti ini.

"Ini gue harus ngapain? Apa yang harus gue tekan? Gaptek banget sih gue.." gumam Nala mengejek dirinya sendiri.

Namun untuk sekelas Nala yang seorang gadis modern kegaptekannya hanya minus di bagian-bagian tertentu saja. Sudah hampir setengah jam Nala masih menatap mesin pembuat kopi itu tanpa melakukan apa pun. Aska yang berada di kantor keheranan dengan sekretaris magangnya itu.

"Kenapa dia belum kembali? Apa mungkin dia tersesat? Hah.. apa yang kau fikirkan Aska, kau fikir dia bocah lima tahun yang tersesat di taman.." gumam Askara sambil geleng-geleng kepala terheran-heran. Ia pun memilih untuk fokus kembali ke pekerjaannya tanpa perduli dengan Nala yang tak kunjung kembali.

Nala kaget saat seseorang datang ke pantry, Nala berpura-pura ingin membuat kopi padahal ia sama sekali tidak mengerti.

"Kamu sedang apa?" Tanya Vanya karyawan magang seperti Nala yang sebelumnya bersikap dingin dengan Nala saat di aula pertemuan.

"Ohh itu.. lagi bikin kopi.. iya bikin kopi.." jawab Nala.

"Ehh.. kamu.. yang di aula tadi kan.." ujar Nala lagi.

Vanya tidak menjawab sama sekali ia langsung membuat kopi pesanan atasannya. Tanpa memperdulikan omongan Nala yang bersikap ramah tamah padanya.

"Aiissshh.. sombong banget sih jadi orang.. sama-sama anak magang juga.." gumam Nala kesal.

Meski Nala cukup kesal dengan sikap Vanya yang cukup menjengkelkan. Nala tidak membuang kesempatan untuk memperhatikan bagaimana cara Vanya membuat kopi menggunakan mesin. Vanya sedikit melirik Nala yang terus memperhatikannya. Sontak Nala mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Vanya langsung beranjak pergi meninggalkan pantry setelah selesai membuat kopi. Lalu Nala segera mengikuti cara yang dilakukan oleh Vanya dan akhirnya berhasil.

"Kamu bikin kopi di luar negri?" Tanya Askara.

"Maksud bapak?" Nala nanya balik.

"Ini uda hampir satu jam saya nunggu kamu nganterin kopi.." jawab Askara.

"Sorry pak.. itu tadi mesinnya macet.. iya.. macet mesinnya.." ujar Nala berbohong sambil tersenyum kikuk.

Karena tidak ingin berlama-lama di hadapan Askara, Nala langsung kembali menuju ke meja kerjanya. Berpura-pura mengerjakan sesuatu padahal ia hanya ingin menutupi rasa malunya.

"Jangan sampe ini orang tau kalau gue lama di pantry gara-gara gak ngerti pake mesin pembuat kopi.. mau di tarok dimana muka gue yang cantik jelita ini.." gumam Nala di dalam hatinya.

"Nala..." ujar Askara.

"Iya pak!!" Jawab Nala.

"Nanti makan siang kamu dimana? Di kantin atau diluar.." tanya Askara.

"Idihh.. kepo amat ini orang.. suka-suka gue dong mau makan dimana.. di kantin kek.. di cafe kek.. dirumah kek.. kepo amat.." gumam Nala di dalam hatinya.

Askara tidak kunjung mendapat jawaban dari Nala. Ia pun melirik ke arah Nala yang terlihat larut dalam fikirannya sendiri.

"Kamu masih bingung mau makan dimana?" Tanya Askara lagi.

"Ehh.. engga kok pak.. saya mau makan siang di kantin saja.. lagian saya kan belum pernah nyoba makan di kantin perusahaan ini.." jawab Nala.

"Ohh seperti itu.. baiklah.. makan siang nanti tunggu saya di kantin.." ujar Askara.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang