BAB 41

867 50 5
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju ke tempat yang entah kemana tujuannya. Sang supir kebingungan harus membawa penumpangnya kemana. Karena kecanggungan begitu mendominasi sampai-sampai tidak ada satu pun yang mulai membuka pembicaraan.
Anak kecil yang duduk di pangkuan ibunya terlihat kebingungan dan cukup kesal karena sudah hampir setengah jam lamanya mereka hanya di dalam mobil berkeliling-keliling tanpa tujuan yang pasti.

"Kalau begini mending Jean di rumah aja.. pusing cuma di dalam mobil terus dan keliling-keliling kayak gasing.." gumam Jean kesal.

"Maafin oom ya Jean.." ujar Bagas yang menyadari kebodohannya. Raut wajah Nala terlihat malu karena ocehan putrinya.

"Gak boleh gitu sayang.." bisik Nala.

"Tapi Jean bosen ma di dalam mobil terus.." jawab Jean.

"Jean pengennya kemana? Bilang sama oom.. oom juga bingung mau kemana.. oom kan baru aja balik kesini jadi.."

"Jean mau ke mall.. mau lihat-lihat mall.. Jean cuma satu kali pergi ke mall itu pun waktu masih kecil.. soalnya mama sibuk di kantor gak punya waktu ngajakin Jean main ke mall.." nyeletuk Jean yang begitu bersemangat ingin pergi ke tempat yang sudah lama ingin ia tuju.

Nala merasa bersalah saat mendengar isi hati putrinya. Selama ini ia memang cukup sibuk di kantor sampai tidak punya waktu untuk memenuhi keinginan putrinya. Nala hanya berfikir untuk menjadi seorang ibu yang baik ia membutuhkan cukup banyak uang agar putrinya tercukupi. Di tambah lagi kenyataan bahwa putrinya adalah bayi yang ia adopsi membuatnya semakin bersemangat untuk mencari uang agar bisa memenuhi seluruh kebutuhan putrinya.

"Jean kan cuma punya mama.. mama kan harus cari uang buat Jean.. supaya apa? Supaya Jean bisa hidup dengan nyaman.. mama kan gak mungkin minta uang di oma sama opa.. jadi kalau mama sibuk kerja semuanya untuk Jean.. mama minta maaf ya kalau mama belum bisa jadi ibu yang seperti Jean ingin.." ujar Nala sambil mengusap rambut Jean dengan lembut.

Bagas merasa begitu terharu dan bangga melihat Nala yang kini sudah dewasa. Dulu saat Nala mengejar-ngejarnya Nala masih anak SMA yang hanya memikirkan soal percintaan. Bagas tidak menyangka Nala akan membuat keputusan yang sangat besar dengan merawat bayi yang jelas-jelas bukan darah dagingnya.

"Kamu pasti kesulitan selama ini.. tapi aku bangga sama kamu Nala.." gumam Bagas di dalam hati.

"Jean gak pengen punya papa?" Tanya Bagas membuat Nala seketika menoleh dan melotot ke arah Bagas.

"Papa?" Gumam Jean lalu menundukkan kepalanya sedih.

"Kak.. tolong jangan bahas hal-hal yang sensitif kayak gini.. kak Bagas lancang tau gak.. mending sekarang kita balik aja deh.." ujar Nala kesa karena melihat putrinya bersedih.

"Maaf Nal.. aku gak maksud begitu.. aku cuma.."

"Ma.. oom Bagas gak salah kok ma.. Jean kan memang pengen punya papa.. gimana kalau mama sama oom Bagas menikah.. oom Bagas suka sama mama.." ujar Jean.

"Ehem.. eheem.." Bagas pun salah tingkah dan tidak bisa menyembunyikan perasaannya sendiri.

Sontak wajah Nala salah tingkah mendengar perkataan putrinya. Bagaimana bisa putrinya mengetahui hal yang seharusnya tidak diketahui oleh anak kecil seperti Jean.

"Jean.. mama gak suka kalau kamu ngomong aneh-aneh kayak gitu.. mending kita sekarang pulang aja.. dari pada makin lama sama oom Bagas kamu makin gak karuan ngomongnya.." ujar Nala mengancam.

Mata Jean langsung berkaca-kaca saat melihat raut wajah ibunya yang marah kepadanya. Padahal ia hanya ingin membuat ibunya bahagia dengan memiliki seseorang yang ia tahu dengan sebutan suami. Di sekolah Jean selalu mendengar ocehan teman-temannya yang begitu bangganya menceritakan bagaimana baiknya ayah mereka. Sedangkan Jean hanya memiliki seorang ibu yang selalu menemaninya hingga saat ini.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang