BAB 11

996 75 4
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Sesampainya mereka di kantor terlihat Nala tidak bersemangat. Ia membawa kantongan berisi kotak makanan dengan memelas. Seolah-olah tenaganya habis tidak bersisa.

"Sini biar saya aja yang bawa.." ujar Askara sambil mengambil alih kantongan dari tangannya Nala.

"Saya aja pak.." jawab Nala hendak mengambilnya kembali.

"Kalau kamu yang bawa, yang ada nanti bisa-bisa jatuh dan berserakan.. sayang banget kan mahal-mahal saya beli buat di bagiin.. malah kamu hancurkan.." ujar Askara sambil beranjak pergi meninggalkan Nala yang masih berdiri mematung.

"Bagus deh.. jadi gue gak keberatan nentengin barang berat.." gumam Nala sambil berjalan santai.

Vanya yang baru saja kembali dari kantin menatap ke arah Nala dengan pandangan yang tidak suka.

"Sok di sukai semua orang.. modal tampang doang aja belagu.." gumam Vanya kesal.

Telinga Lola mendadak merasa gatal setelah tanpa sengaja ia mendengar perkataan Vanya soal Nala. Lola yang baru saja kembali dari luar kantor. Tanpa sengaja melihat Vanya yang terus menatap Nala. Situasi yang tidak hanya satu atau dua kali ia temui.

"Lo kenapa sih Nya? Kok anti banget lo sama Nala? Memangnya kalau dia tampangnya oke masalah buat lo? Iri dengki ya lo?" Ujar Lola nyerocos kesal.

"Apaan sih.." jawab Vanya sambil memandang sinis ke arah Lola.

"Loh kok lo gitu.. kok lo sinisin gue.. lo mau cari masalah sama gue? Iya?" Ujar Lola yang mulai emosi.

Vanya sama sekali tidak menggubris apa yang di ucapkan oleh Lola. Vanya malah memilih pergi meninggalkan Lola yang masih mengomel.

"Sialan.. kok malah ditinggal gue.. woy Nya.. Vanya.. cemen lo ya.. sini hadepin gue.. beraninya di belakang layar aja lo.. cemen wooo cemen.." ujar Lola mengomel. Semua orang yang sedang lalu lalang menatap aneh ke arah Lola. Karena merasa di perhatikan Lola memilih untuk langsung kabur ke ruangan kerjanya.

"Ini buat kamu.." ujar Askara sambil memberika sekotak nasi untuk Nala.

"Makasi pak.." jawab Nala. Lalu ia hanya menatap kotak itu tanpa membukanya sama sekali.

"Kamu gak laper? Kalo gak laper yauda buat saya aja.. dari pada mubazir.." ujar Askara hendak mengambil kembali kotak nasi yang sudah ia berikan kepada Nala. Namun belum sempat ia ambil, Nala lebih dulu menarik kotak itu.

"Eh.. jangan dong pak.. apa yang uda di berikan itu gak pantas kalo di ambil kembali.. gimana sih bapak.." jawab Nala.

"Ya kan saya kira kamu gak mau makan.. ya kalau kamu mau ya bagus.. jadi kan nasinya gak mubazir.. kalau begitu selamat makan.." ujar Askara.

Akhirnya Nala mencoba menyemangati dirinya sendiri. Sebenarnya ia tidak ingin makan namun perutnya merasa lapar.

"Kenapa kamu keliahatan galau terus setelah ketemu pria tadi?" Tanya Askara yang penasaran dengan perubahan moodnya Nala.

"Ah!!bapak sok tau deh.. biasa aja tuh pak.." jawab Nala menyangkal.

"Jangan bilang dia itu mantan pacar kamu.. belum move on ya.." ujar Askara menebak-nebak.

"Tenggggg.. jawaban bapak salah.. bapak gak dapet hadiah.." jawab Nala.

"Kenapa malah jadi main quiz-quizan sih.." gumam Askara bingung.

"Jadi jawabannya apa?" Tanya Askara penasaran.

"Dia itu mantan cinta pertama saya pak.." jawab Nala.

"Oh pantesan kamu galau banget.. saya tau pasti karena cinta pertama kamu gagal total kan makanya kamu galau ketemu sama dia.. wah kasian banget kamu, baru jatuh cinta uda langsung patah hati.." ujar Askara tanpa memikirkan perasaan Nala sama sekali.
Seketika air mata Nala menetes tidak tertahankan.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang