BAB 22

864 74 5
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Sepanjang hari Bagas hanya sibuk memutar penanya di meja kerjanya. Ia sudah seperti manusia yang tidak memiliki semangat hidup. Jiwanya menghilang bersamaan dengan perkataan Nala yang memintanya untuk berhenti menemuinya lagi. Bagaimana bisa ia bisa melakukan hal itu disaat hatinya yang mulai berbunga-bunga karena cintanya kepada Nala mulai bersemi.

"Berat.. berat banget.." gumam Galang sambil geleng-geleng kepala.

"Berat apanya mas Galang? Gelas kopinya yang berat?" Tanya Liliana secretatisnya Bagas.

"Eh.. bukan.. gelas seenteng ini kok dibilang berat.." jawab Galang sambil menatap gelas yang ada di tangannya.

"Tapi tadi mas Galang bilang berat.." ujar Liliana bingung.

"Hahahaha tadi ya.. anggap saja saya lagi ngomong sendiri.." jawab Galang lalu beranjak pergi meninggalkan Liliana yang semakin bingung saja dengan sikapnya Galang.

Galang menyeruput kopi hangatnya di meja kerjanya. Ia sambil membayangkan bagaimana terpuruknya Bagas dengan masalah percintaannya. Mendadak Galang merasa bersyukur kalau saat ini ia sedang menjomlo. Ia tidak harus memikirkan masalah percintaan yang rumit dan memusingkan.

"Nikmat banget hidup gw.. gak pusing mikirin cinta.. yang terpenting sekarang, gw harus kerja keras bagai kuda.. miliki segalanya setelah itu baru gw cari pacar.. hahahahaha" gumam Galang sambil tertawa ngakak.

"Sebelum lo punya segalanya.. mending sekarang lo anterin gue.." ujar Bagas tiba-tiba berdiri di samping Galang. Sontak Galang kaget mendengar suara sahabat sekaligus bosnya itu.

"Kaget gw.." gumam Galang sambil menatap kaget ke arah Bagas.

"Lo kagetan mulu apa kebelet kawin?" Ujar Bagas lagi.

"Hah.. kawin? Emm.. ya pengen sih.. siapa juga yang gak pengen kawin.. tapi masalahnya gw belom pengen nikah.." jawab Galang dengan otaknya yang mendadak mesum.

"Sial!! Yang gue maksud bukan kawin..eh iya nikah maksud gue.. pagi-pagi uda mesum aja lo.. buruan ambil mobil.." ujar Bagas sambil beranjak pergi.

"Gak bisa apa gw santai bentar aja.. lagian mentang-mentang bos, kok kerjaannya keluar mulu bukannya kerja.." gumam Galang kesal. Meski kesal Galang tetap melaksanakan perintahnya Bagas. Ia pun senang-senang saja jika di minta untuk menyupiri Bagas kemana pun. Kerjaannya jadi lebih santai dan hanya berpergian saja.

Nala masih dalam masa pemulihan pasca operasi. Nala merasa ia sudah baik-baik saja namun sepertinya dokter belum memberi izin untuknya kembali pulang kerumah. Nala sudah sangat merasa bosan karena ia hanya berbaring di ranjang sepanjang hari.

"Ma.. Nala bosen ma di rumah sakit mulu.." ujar Nala mengeluh.

"Mama juga bosen dengerin kamu ngeluh itu melulu.." jawab Gita.

Nala memanyunkan bibirnya karena sudah tidak bisa lagi berkata apa-apa. Meski ia mendapatkan kamar yang cukup bagus namun tetap saja kamar miliknya sendiri adalah kamar ternyaman.

"Ma.. kenapa ada yang bisa sejahat itu ya sama Nala.. padahal kan Nala gak salah apa-apa.." ujar Nala murung, seketika membuat Gita menghentikan aktivitasnya yang sedang memotong buah.

"Kenapa? Kamu heran di dunia ini ada manusia yang jahat?" Jawab Gita.

"Ya gak gitu juga ma.. cuma kenapa orang jahat itu malah ada di sekitarnya Nala.. apa jangan-jangan di kehidupan sebelumnya Nala orang kaya raya yang banyak musuhnya.." ujar Nala yang makin ngawur.

"Kehidupan sebelumnya apaan.. jangan ngaco kamu.. di agama kita gak ada yang seperti itu.. manusia itu memang ada yang baik, juga ada yang jahat.. semua orang pasti punya orang-orang yang seperti itu di sekelilingnya.. hanya saja kamu kebagian orang jahat persis kayak dajjal.." gumam Gita ngedumel kesal jika mengingat pelaku yang sudah menyakiti putrinya hingga seperti ini.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang