BAB 43

801 46 0
                                        

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Suasana bandara terlihat cukup ramai di penuhi orang-orang yang hendak menuju ke tujuan masing-masing. Nala dan Jean sedang duduk menunggu Bagas dan Cicilia yang sedang mengurus keberangkatan. Awalnya Nala enggan di ajak untuk mengantar sahabatnya Bagas itu. Namun Jean mengatakan ia ingin melihat bandara. Akhirnya mau tidak mau Nala menuruti keinginan putrinya.

"Gimana? Uda puas liat bandaranya?" Tanya Nala.

"Belum ma.. nanti Jean bilang kalau Jean uda puas ya.." jawab Jean.

Nala hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya. Bukan dia tidak mengetahui alasan pasti mengapa putrinya itu beralasab seperti itu. Semua semata-mata hanya karena ingin pergi bersama dengan Bagas.

Terlihat Bagas dan Cicilia sedang berjalan menuju ke arah mereka. Pandangan Nala mendadak terpukau melihat pria yang selama ini ia cintai itu. Bagas benar-benar sangat tampan dan berkharisma persis seperti ayahnya.

"Mama kenapa melamun?" Tanya Jean yang terus menatap ibunya yang sedang terdiam melamun.

"Haaa.. engga sayang.. mama gak melamun kok.." jawab Nala salah tingkah. Jean masih menatap curiga ke arah mamanya lalu ia melihat calon papanya berjalan menuju ke arahnya.

"Pasti mama liatin oom Bagas.. hihihi mama ketauan.." gumam Jean di dalam hati.

"Maaf Nala kamu pasti menunggu sangat lama.." ujar Cicilia.

"Gapapa mbak.. lagian Jean juga lagi seneng liatin orang-orang lalu lalang kok.." jawab Nala.

Bagas tiba-tiba menggendong Jean tanpa permisi. Namun Nala menanggapinya dengan santai karena ia kini ingin mulai membuka hatinya kembali. Walaupun ia tidak tau apakah itu adalah hal yang benar mengingat saat ini ia memiliki seorang anak yang harus ia besarkan. Meskipun sikap Bagas terlihat begitu menerima Jean.

"Aku mau ajak Jean keliling ya sambil cari makanan.." ujar Bagas.

"Boleh aja tapi kalau Jean minta yang aneh-aneh jangan di turutin.. makanan di bandara mahal-mahal.." jawab Nala.

"Omongan mama jangan di ambil hati.. oom punya banyak uang jadi Jean gak perlu kawatir.. minta makanan apa pun oom beliin.. oke.." ujar Bagas yang sama sekali tidak menggubris perkataannya Nala.

"Okeee.." jawab Jean girang.

Nala hanya bisa menghela nafas melihat Bagas yang terlalu memanjakan Jean. Mungkin hal ini tidak akan menjadi sebuah kekawatiran untuknya mengingat Bagas begitu menyayangi Jean. Tentu Bagas akan menerima Jean dengan sepenuh hati. Namun apakah keluarganya juga akan menerima Jean apalagi status Jean hanyalah anak yang ia adopsi.

"Jangan kawatir Nala.. Bagas itu memiliki banyak uang.. tentu kamu jauh lebih mengetahuinya di banding dengan saya.." ujar Cicilia.

"Bukan seperti itu kok mbak.. saya cuma takut aja kalau Jean akan terlalu berharap dengan kak Bagas.."  jawab Nala.

"Berharap? Biarkan saja putrimu berharap dengan laki-laki seperti Bagas.. Bagas pasti akan menjadi seorang ayah yang baik.. saya pastikan itu.. bukankah kamu melihatnya sendiri?" Ujar Cicilia.

"Iya mbak.. saya mengerti akan hal itu.." jawab Nala.

"Kamu tau.. Selama ini Bagas tidak sekalipun melupakan kamu Nala.. setiap hari dia hanya memikirkan kamu saja.. bahkan dia memiliki tanggal yang begitu membuatnya hancur.." ujar Cicilia.

"Tanggal? Maksudnya mbak Cicilia bagaimana?" Tanya Nala bingung.

"Iya.. tanggal dimana dalam satu hari itu dia hanya akan menghabiskan waktu di rumah saja.. seperti orang yang sedang memiliki masalah hidup yang sangat berat.." jawab Cicilia.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang