BAB 31

642 54 5
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Lima tahun kemudian..

Bagas sedang menikmati caffe latte di rooftop rumahnya. Di temani senja yang terlihat begitu mengagumkan.

"Melamun lagi?" Ujar seorang wanita berparas bule campuran yang terlihat sangat cantik.

"Buat apa kamu disini.." jawab Bagas sarkas.

"Hahahaha sorry.. sorry Bagas.. kamu tau kan.. empat tahun ini aku memang selalu kesini tanpa harus bilang dulu sama kamu.." ujarnya.

"Oh iya.. kamu lupa daddyku memintamu menikahi aku bukan? Kapan kamu akan melakukannya? Kamu fikir aku bisa menunggu lama dengan antrian pria tampan di belakang yang sedang berebut mendapatkan cintaku?" Ujarnya lagi.

"Cicilia berhenti bercanda.." gumam Bagas sambil menatap tajam ke arah wanita yang sudah duduk di sampingnya.

"Heeeiiiii Bagas... aku hanya bercanda.. kenapa kau selalu saja mengamuk ketika aku mengatakan hal ini? Kenapa? Kau masih memikirkannya? Bukankah dia sudah bahagia dengan pria pilihan orang tuanya?" Ujar Cicilia.

"Entahlah.. aku sudah tidak ingin tau apa pun.. aku pergi.." jawab Bagas lalu beranjak dari duduknya.

"Hah.. pergi? Mau kemana kamu? Ini rumahmu Bagas.. kenapa malah kamu yang pergi.." teriak Cicilia.

"Aku ya pergi kembali ke rumahku.. jangan mengikutiku.. pulang lah.. tidak baik seorang gadis berlama-lama di rumah seorang pria.." ujar Bagas.

"Kenapa dia? Kenapa setiap di tanggal ini dia seperti orang gila.." gumam Cicilia bingung.

Bagas merebahkan tubuhnya ke ranjang yang selama lima tahun ini menemaninya. Saat ia merasa lelah dan mengantuk hanya ranjang itu lah yang memberikan kenyamanan untuknya. Namun hanya satu yang tidak bisa di lakukanya menghilangkan kesepian yang Bagas rasakan.

"Rindu rumah.." gumam Bagas. Sudah lima tahun lamanya ia sama sekali tidak punya niat kembali ke tanah air.

Bagas memejamkan matanya agar air mata tidak terus jatuh. Selama ini ia hanya berkomunikasi dengan keluarganya hanya melalui telfon. Setiap ramadhan dan lebaran juga ia rayakan sendirian. Namun semenjak ia memiliki Cicilia, terkadang Cicilia menyempatkan diri untuk ikut merayakan hari besar yang seharusnya di rayakan bersama keluarga.

Ting nong.. ting nong.. ting nong...

Bell rumahnya terus saja berbunyi Bagas sudah mengetahui siapa yang memencet bellnya berulang kali.
Terlihat Cicilia lah yang membuat keributan itu di luar.

"Cicilia please jangan ganggu gue dulu.." gumam Bagas sambil menutup kedua telinganya.

"Bagasssss.. buka pintu..." teriak Cicilia.

Gubraaagggg!!!

Pintu terbuka saat Cicilia hendak mengetuknya dengan keras. Terlihat bagas menunjukkan raut wajah yang panik.

"Cicilia.. gawat!!" Ujar Bagas.

"Bagas.. What happen with you?" Tanya Cicilia yang ikut panik saat melihat Bagas.

"Papaku.. papaku sakit Cicilia.." jawab Bagas.

"Oh my god.. Bagas kamu harus kembali sekarang.. papa kamu pasti ingin melihatmu.." ujar Cicilia.

"Cicilia papaku tidak separah itu.." jawab Bagas.

"No.. bukan itu maksudku.. papamu pasti merindukanmu Bagas.. itu alasan dia sampai sakit.. aku yakin itu.." ujar Cicilia.

"Bagas kamu bereskan barang-barangmu.. aku akan mencari tiket penerbangan untuk hari ini.. jangan kawatir aku akan melakukan apa pun.." ujar Cicilia lagi.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang