BAB 49

709 36 0
                                        

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Nala dan Bagas keluar dari rumah untuk memastikan kalau Jean tidak di bawa pergi oleh Andi. Namun saat keluar Nala tidak mendapati Andi dimana pun. Sepertinya Dion hanya di antar sampai depan rumah saja. Entah mengapa Nala merasa bersyukur akan hal itu, Jean tidak harus bertemu dengan Andi.

"Untung mas Andi gak ada mas.." gumam Nala.

"Ma.. Jean sama Dion main di kamar yaaa..." ujar Jean.

"Iya sayang.. jangan main yang aneh-aneh ya sayang.. mama masih ada tamu itu.." ujar Nala.

"Siap ma.. siap tante.." jawab keduanya serentak.
Lalu mereka buru-buru pergi masuk ke dalam rumah.

Bagas masih terus mencoba untuk membuat Nala tidak berfikir hal yang membuatnya kawatir. Selama Andi tidak pernah angkat bicara soal Jean. Menurut Bagas itu artinya Andi tidak berniat untuk mengambil Jean dari Nala. Jika memang ia menginginkan hal itu mungkin sudah sejak awal ia akan mengaku kalau dia adalah ayah kandungnya Jean.

"Maaf ya mbak.. biasa lah anak-anak kalau uda ketemu temennya pasti heboh sendiri.." ujar Nala.

"Iya gapapa Nala.. rumah kalau ada anak kecil terasa ramai.. rumah kami masih sepi karena belum memiliki anak.." jawab Lia.

"Sabar ya mbak.. semoga di segerakan sama ALLAH.." ujar Nala.

Mereka pun melanjutkan bincang-bincang bersama bahkan Lia juga mengutarakan niatnya untuk lebih dekat dengan Jean. Nala pun menyambut dengan baik dan setuju saja dengan permintaannya Lia. Menurutnya jika itu dapat membantu Lia untuk mendapat momongan maka ia tidak akan mempermasalahkannya.

"Makasi ya Nala.. kamu uda mau mengerti dan menerima permintaan aku.." ujar Lia.

"Sama-sama mbak.. jika itu membantu ya gak masalah.. lagian Jean pasti seneng kalau sering di ajakin main.." jawab Nala.

"Assalammualaikum.." ujar seseorang membuat semua yang berada di ruang tamu menoleh.

Nala sontak kaget bukan main saat melihat Andi berada di ambang pintu dengan membawa sebuah kotak di tangannya. Begitu juga dengan Lia yang langsung melepas jemari tangannya yang tadinya mengenggam erat jemari Nala.

"Maaf ini bawaannya Dion ketinggalan.. tadi pagarnya.."

Andi tidak melanjutkan perkataannya sesaat ia melihat seseorang yang begitu familiar baginya. Seseorang yang sangat ia kenali bahkan tidak pernah sedikitpun ia lupakan wajahnya.

"Lia.." gumamnya.

Askara dengan jelas melihat gelagat bibir Andi yang menyebut nama istrinya. Ia merasa pria yang ada di hadapannya itu mengenal istrinya.

"Mas.. kayaknya kita harus pulang sekarang deh.. ada tamu.." ujar Lia yang mulai panik.

"Gapapa mbak.. gausah pulang.. mbak disini aja dulu.. lagian itu cuma nganterin bawaan temennya Jean aja kok.." ujar Nala mencoba untuk menghentikan niat Lia yang ingin pergi. Nala berfikir kalau mereka masih disana Andi tidak akan berani melakukan apa-apa.

"Gapapa Nala.. lagian kita memang harus pergi.. ada hal yang harus kami lakukan.." jawab Lia.

Askara semakin curiga saja melihat gelagat aneh istrinya sesaat kedatangan pria itu. Namun ia tidak bisa menanyakannya langsung detik itu juga.

"Kamu juga tau Lia kalau anak kita berada disini?" Ujar Andi membuat semua orang terkaget-kaget. Bukan hanya Nala namun juga Askara yang bahkan sampai kebingungan sendiri.

"Apa maksud perkataannya itu dan kenapa pria brengsek ini ada disini.." gumam Lia di dalam hati. Ia semakin panik saja saat Andi mengatakan hal yang cukup mengagetkannya.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang