BAB 24

739 65 2
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Seminggu lamanya Nala di rawat di rumah sakit, selama itu pula lah ia hanya berbaring di ranjang tanpa melakukan apa-apa. Kebosanan mulai kian terasa namun tidak ada tanda-tanda ia akan di pulangkan. Padahal ia merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik bahkan dapat di katakan ia sudah sembuh sepenuhnya.

"Bosen banget sih gue di rumah sakit melulu.. kapan gue bisa pulang.. apa gue kabur aja ya.. tapi kalau gue kabur pasti mama sama papa bakalan heboh.." gumam Nala.

Jika ia bertahan berlama-lama di rumah sakit seperti ini. Bukan hanya tubuhnya yang sakit bisa jadi mentalnya juga ikutan sakit karena menahan kebosanan yang begitu menyiksanya. Namun menimbang kenyataan bahwa ia di rawat di rumah sakit milik keluarganya Bagas. Notabenenya adalah milik sahabat dari mamanya tentunya ia akan kesulitan jika meminta pulang lebih cepat dari yang seharusnya.

"Oom Dewa ternyata setajir itu ya.. bisa punya rumah sakit segede gaban begini.. kenapa mama gak sama oom Dewa aja dulu.. hahahaha apaan sih Nal... kalo mama sama oom Dewa, gue yakin lo gak bakalan lahir ke dunia.. harusnya lo bersyukur punya mama sama papa yang sayang sama lo.. itu uda lebih dari cukup kok.. papa juga tajir ya walau engga setajir oom Dewa tapi cukup lah untuk menghidupi keluarga.."

"Tapi ngomong-ngomong kenapa gue dari tadi bicara sendiri sih.. tuh kan bener.. gue uda gak waras gara-gara kelamaan di rumah sakit.."

"Arrrrggghhhhh.. gueeee boseeennnn..." teriak Nala.

Saat ia sibuk dengan kekesalannya sendiri tiba-tiba pintu ruangannya di ketuk dari luar. Nala terdiam siapa yang datang menjenguknya. Keluarganya baru saja pulang ke rumah untuk bersih-bersih dan mengatakan akan kembali lagi. Saat ini ia sendirian di dalam ruangan tanpa ada yang menemani.

"Iya masuk.." ujar Nala.

Pintu pun terbuka terlihat seseorang masuk ke dalam ruangan. Seorang laki-laki paruh baya yang ia temui malam itu. Malam dimana rencananya ia akan makan malam berdua dengan papanya. Namun tanpa sengaja malah bertemu dengan Dewa bersama dengan calon besan yang gagal pada malam itu juga. Ya, dia adalah pak Leo orang tua dari wanita yang menjadi penyebab dirinya harus tidur di ranjang rumah sakit.

"Permisi.. apakah saya mengganggu?" Ujar pak Leo.

"Ohh.. engga pak, sama sekali engga.. silahkan duduk.. maaf orang tua saya baru aja pulang.. tapi bentar lagi bakalan balik kok.." jawab Nala sambil melirik ke arah pintu seakan memastikan apakah ada orang lagi yang akan masuk.

"Pasti kamu nyari Vanya kan? Saya datang sendiri tanpa Vanya.. saya tidak akan mengizinkan dia untuk bertemu sama kamu lagi.. saya tidak ingin dia melukai kamu lagi.." ujar Pak Leo yang langsung menyadari kalau Nala sedang mencari keberadaan putrinya.

"Ohh iya pak.." jawab Nala canggung.

"Ini saya bawain kamu buah.. semoga kamu cepat sembuh.."
Pak Leo meletakkan parcel yang berisikan berbagai macam buah-buahan yang mahal di meja.

"Terima kasih pak.. harusnya bapak gak perlu repot-repot bawa-bawa begini.." ujar Nala yang merasa tidak enak hati. Meski selayaknya seseorang menjenguk orang sakit pastilah mereka membawa buah tangan.

***

Pak Revan sedang duduk di teras samping rumahnya. Ia terdiam melamun seperti sedang memikirkan sesuatu. Gita yang sedang berada di dapur melirik ke arah suaminya dari jendela yang ada di dapur.

"Tumben si papa melamun.. gak biasanya.." gumam Gita. Karena merasa penasaran, akhirnya Gita memilih mendatangi suaminya dan meninggalkan ayam goreng yang baru saja ia masukkan ke dalam rantang.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang