BAB 18

743 69 2
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Pak Revan baru saja selesai menelfon adik perempuannya yang kini tinggal di luar negri. Sedangkan Gita harap-harap cemas dengan kabar apa yang akan ia dengar mengenai putra bungsunya itu.

"Gimana mas? Gak ada hal yang buruk kan?" Tanya Gita yang tidak sabaran.

"Mas uda tanya Leona tadi katanya Nathan baik-baik aja kok disana.. dia lagi sibuk nyusun skripsinya.. kamu itu cuma kecapean aja sayang.. makanya mikir aneh-aneh.. udah gapapa, gak akan ada hal buruk yang terjadi.." jawab pak Revan sambil memeluk istrinya.

Namun meski suaminya mengatakan putra bungsunya baik-baik saja. Tetap saja Gita masih belum merasa lebih baik. Entah mengapa perasaannya masih saja tidak karuan.

Pertikaian antara Nala dan Vanya masih berlangsung. Terlihat Nala masih penuh dengan emosi karena mengingat kata-kata di papan pengumuman.

"Udah minggir gue mau kerja.." ujar Vanya mendorong pundaknya Nala agar Nala minggir dari hadapannya.

"Mau kemana lo? Mau lari dari tanggung jawab?" Ujar Nala enggan bergeser sedikit pun.

"Apaan sih.. minggir..."
Vanya memaksa Nala untuk pergi dari hadapannya. Nala pun bersikeras enggan berpindah dari posisinya.

Vanya terlihat kesal hingga ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Vanya mendorong Nala hingga Nala tersungkur ke lantai karena tidak bisa mengimbangi tubuhnya.

Gubrak!!

"Sialan!! Lo dorong gue Nya.." gumam Nala kesal. Apalagi saat ia melihat bungkusan nasi kuning yang dibeli papanya jatuh ke lantai. Hal itu membuat Nala semakin tidak bisa menahan emosinya.

"Nasi kuning gue" gumam Nala sambil menatap bungkusan nasi kuningnnya.

Nala melepaskan high heels yang ia kenakan, lalu ia beranjak berdiri menghadap Vanya. Secepat kilat Nala meraih rambutnya Vanya dan menjambaknya.

"Berani-beraninya lo dorong gue ya.. dasar perempuan sialan.." kicau Nala yang emosi meluap-luap. Vanya membalas Nala dengan ikut menjambak rambutnya Nala yang panjang. Hal itu semakin memudahkan Vanya menjambak rambutnya Nala.

Akhirnya jambak menjambak tidak bisa di hindari. Semua orang heboh melihat keduanya adu kekuatan. Sebagian dari mereka ada yang mencoba melerai namun gagal. Malah mereka juga terkena jotosan salah satu di antara Nala dan Vanya.

"Woy gimana ini.. mereka pada berantem.." ujar salah satu karyawan yang panik.

"Lapor satpam deh atau polisi sekalian"

"Etdah.. pake polisi segala kelamaan kali dateng kesini.. satpam aja sih yang deket.."

"Buruan panggil satpam.. sebelum ada korban yang berjatuhan.. gue gak mau ya kantor ini bakalan angker.."

"Mulut lo itu bisa di kondisikan gak.. jangan ngadi-ngadi.. kebanyakan nonton genre thriller sih.."

"Lah.. kan bisa aja.. musibah itu gak ada yang tau kali.."

"Hussshhh ngomong yang baik-baik.."

Pertikaian itu benar-benar tidak bisa di kendalikan lagi. Teriakan, jambakan dan emosi keduanya meluap-luap hingga pada akhirnya Bagas sampai dan melihat keduanya bertengkar.

"Ini lagi rebutan gue? Jangan gini dong.. haduh.." gumam Bagas yang buru-buru menuju ke arah kerumunan yang heboh.

"Minggir..minggir.. misi.. mau lewat.. aduh.. minggir dong kalian.. kayak lagi liat sirkus aja kerumunan gini.." gumam Bagas yang sedang memecah kerumunan karyawan-karyawan yang menonton pertikaian antara Nala dan Vanya.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang