BAB 40

773 55 5
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Hari dimana seharusnya mereka liburan ke pantai berakhir gagal karena mendadak Bya merasa tidak nyaman dengan kandungannya. Semua orang panik karena kehamilan Bya baru saja menginjak delapan bulan. Mereka kawatir kehamilan4nya Bya kali ini bermasalah. Apalagi saat ini ibunya Bya sedang berada di luar kota sedang menghadiri acara pernikahan anak dari sahabat ayahnya Bya. Tentu akan sangat membingungkan jika sampai terjadi sesuatu dengan kandungannya Bya.

"Ma.. Bya gapapa kok.. mungkin karena kecapean aja ma.." ujar Bya mencoba untuk menenangkan kekawatiran ibu mertuanya.

"Gimana mama bisa tenang kalau kamu kenapa-kenapa.. Abi, jangan biarin Bya kecapean dong... kamu ini gimana sih jaga istri kamu.. mama gak mau ya kalau Bya sampai kecapean lagi.." ujar Gita mengomel hebat.

"Ma.. harusnya mama bukan marahin Abi.. tapi marahin mereka tuh.. mereka yang suka bikin mamanya kecapean.." jawab Pak Abi yang tidak mau sepenuhnya di salahkan. Ketiga bocah kembar tiga itu langsung menangis karena di salahkan oleh ayah mereka sendiri.

"Huaaaaaaaaa...hiks.. hiks.. hiks.. papa jahat oma.. papa jahat opa.. papa jahat ma.. huaaaaaa... hiks...hiks..." tangisan serentak ketiganya sambil masing-masing memeluk nenek, kakek dan juga ibunya.

"Abi... kamu kenapa malah menyalahkan cucu oma.. lihat tuh mereka pada nangis.. kamu ini bagaimana jadi papa.." ujar Gita menegur putranya sendiri.

Pak Abi tidak bisa berkata-kata melihat pemandangan yang begitu membuatnya terdiam dan tidak percaya. Bagaimana bisa saat ini ia seperti tidak memiliki kuasa untuk membela diri di hadapan keluarganya. Saat ini kekuasaan anaknya jauh lebih berpengaruh dari pada dirinya.

"Mas Abi.. sabar yaa... satu lagi bakalan launching tuh.. Nala gak yakin kalau dia bakalan kalem.. bisa aja jauh lebih parah dari pada mereka bertiga.. sabar ya mas.." ujar Nala mencoba untuk menenangkan kakaknya.

"Kamu kayak gak ngerasain aja.." jawab Pak Abi sambil melihat Jean yang melongo melihat semua kakak-kakanya menangis.

Nala hanya bisa nyengir kuda mendengar perkataan kakaknya. Bagaimana tidak ia pernah di pukul oleh mamanya hanya karena salah memberikan susu kepada Jean waktu itu. Bukan kah hal yang wajar ia melakukan kesalahan di saat untuk pertama kalinya ia menjadi seorang ibu yang harus merawat seorang bayi mungil. Saat itu Nala terdiam terheran-heran padahal sejak kecil mamanya tidak pernah sekalipun memukulnya meski ia melakukan kesalahan sekalipun.

"Ma.. kak Alena, mas Ardha dan mas Arsya kenapa nangis ma?" Tanya Jean.

"Engga apa-apa sayang.. mereka nangis karena sedih melihat mamanya lagi sakit.." jawab Nala mencoba memberi pengertian kepada putrinya.

"Jean.. sini sama oom.. Jean mau oom beliin jajan? Ice cream? Atau Jean pengennya apa?" Tanya Pak Abi sambil menggendong Jean keponakannya.

Pak Abi membawa Jean keluar dari ruangan klinik untuk mengajaknya pergi membeli sesuatu. Pak Abi tidak ingin Jean melihat drama ketiga anak kembarnya itu. Bagaimana pun Jean masih terlalu kecil dan pasti masih banyak hal-hal yang membuatnya penasaran.

"Kalian bertiga baris disini semuanya.." ujar Gita memberi perintah ketiga cucunya. Ardha, Arsya dan Alena mengusap air mata mereka yang basah di seluruh wajah. Lalu menuruti perintah neneknya untuk berbaris rapi di depan neneknya.

"Oma mau bertanya sama kalian bertiga.. mau jawab oma dengan jujur?" Tanya Gita. Ketiganya mengangguk patuh.

"Kalian sayang gak sama mama? Sayang gak sama adik bayi?" Tanya Gita.

"Sayang oma.."

"Sayang kok oma.."

"Alena juga sayang banget kok sama mama sama adik bayi di dalam perut.." jawab ketiganya antusias.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang