BAB 46

528 34 1
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Acara lamaran pun akhirnya di mulai pembicaraan perihal mas kawin yang akan di berikan pun akan di bahas termasuk kapan akad nikah di laksanakan. Nala masih berada di dalam kamar saat pemasangan cincin ia akan di panggil keluar.

"Jadi gimana pak Revan apakah bapak bersedia menerima pinangan putra saya untuk putri bapak?" Tanya Dewa.

"Tergantung bagaimana keseriusan anak kamu.." jawab Pak Revan.

"Mas.. kok gitu sih.. tinggal jawab iya aja gampang.." ujar Gita menasehati.

"Jangan karena Dewa itu sahabat kamu lantas semudah itu mengambil putri mas ya sayang.." jawab pak Revan.

Dewa tersenyum melihat tanggapan pak Revan seperti biasanya. Namun ia mencoba untuk mengerti bagaimana pun saat ini ia sedang meminta putrinya untuk menjadi istri dari putranya. Tentu saja orang tua mana pun ingin putrinya mendapatkan laki-laki yang benar tulus mencintai dan menjaga putrinya dengan baik.

"Saya serius pak.. bahkan seribu rius pun saya jabanin hanya untuk menikahi putri bapak.. jadi bapak gak perlu kawatir soal itu.." ujar Bagas yakin.

"Waaahhhh waaahhh.. keren nih Bagas.. itu baru sahabat gue.. tegas dan lakik.." gumam Bya sambil terus ngemil. Diam-diam Bya duduk di dekat ruang tamu hanya untuk sekedar mendengar obrolan selama acara lamaran. Ketiga anak kembarnya sedang bermain dengan Jean. Bya jadi memiliki waktu untuk dirinya sendiri di tambah lagi dengan perutnya yang membuncit membuatnya enggan untuk melakukan apa-apa selain bersantai dan ngemil.

"Baiklah kalau begitu.. saya pegang omongan kamu.. saya berikan putri saya dan kamu harus membahagiakan dia.." ujar pak Revan.

"Alhamdulillah.." semua orang mengucap syukur karena lamaran itu di terima dengan baik.

Kini Nala bisa keluar dari kamar untuk melakukan prosesi pemasangan cincin. Gita membawa Nala keluar dari kamar, Nala terlihat sangat cantik dan mempesona. Ia berjalan dengan sedikit menunduk karena malu. Bagas tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ingin rasanya ia lari ke dalam pelukan calon istrinya itu. Namun jika ia lakukan maka saat itu adalah akhir dari hidupnya. Tentunya pak Revan tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Kamu cantik banget.." ujar Bagas memuji.

Nala hanya bisa tersenyum malu-malu dan akhirnya melupakan kekesalannya tadi. Saling berhadapan dengan pria yang akan ia nikahi itu membuat degupan jantungnya tidak bisa di kondisikan.

"Udah apa lagi buruan pasang cincinnya.." ujar Dewa.

Bagas pun mengambil cincin di dalam saku bajunya. Cincin bermata berlian yang ia beli khusus untuk Nala. Dengan yakin Bagas memasang cincin itu ke jemarinya Nala.

"Mama.... mama... Jean maaa... maaa.. Jeaaann maa.. Jean jatuh tertimpa besi maaaaaa.." teriak Alena panik saat menemui ibunya.

"Ada apa sayang.. kenapa?" Tanya Bya yang juga ikutan panik.

"Jean ma berdarah-darah ma.." jawab Alena.

"Mas.. mas Abi.. ya ALLAH.. tolong mas.. Mas Abi.." teriak Bya.

Semua orang yang sedang berada di ruang tamu pun heboh saat mendengar teriakan. Pak Abi segera bangun dari duduknya dan menghampiri istrinya. Nala dan Bagas pun ikut panik juga kaget.

"Ada apa sayang?" Tanya pak Abi.

"Mas.. kata Alena barusan Jean bedarah mas.. Jean jatuh tertimpa besi.. mas tolong liatin ke belakang mas.." jawab Bya.

Mendengar hal itu pak Abi segera lari menuju ke belakang dimana Jean dan anak-anaknya bermain. Benar saja Jean terlihat menangis dengan bersimbah darah yang keluar dari kepalanya.

RUN ON YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang