Azka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun.
"Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak peduli dengan rasa sakit yang selalu kamu torehkan pada saya, karena yang saya tau bahwa saya mencintai kamu. -Azka Watson.
●●●●●
Ayana merasa sedikit tidak nyaman ketika ia bangun tidur dan tidak menemukan Azka di sampingnya. Ayana emang tidak mencintai Azka, atau mungkin belum mencintainya. Tapi Ayana sangat merasa nyaman jika Azka ada di sampingnya.
"Kamu nyariin saya?"
Ayana terlonjak kaget mendengar sebias suara dari belakang tubuhnya.
"Nggak!" jawab Ayana cepat.
"Saya baru selesai bikin sarapan. Kamu mau makan sekarang?"
Ayana terpaku, seharusnya itu tugas dirinya bukan Azka. Tapi sungguh, suaminya tidak pernah mempermasalahkan masalah itu. Azka selalu melakukan hal apapun yang ia bisa lakukan.
"Aku gak lapar," tolak Ayana.
"Saya sudah duga kamu akan bilang itu."
Azka sibuk dengan dirinya sendiri. Menyiapkan segala keperluannya seorang diri, Ayana tidak pernah menyiapkan pakaian Azka, bahkan untuk makan saja Azka harus memasak sendiri.
Ayana menatap Azka dalam diam. Sedikit heran kenapa sampai detik ini Azka tidak menceraikan dirinya. Padahal Ayana tidak pernah melakukan perannya sebagai seorang istri untuk Azka.
"Kamu ke kampus sama siapa?"
"Sendiri, aku bawa mobil."
"Jangan ngebut yaa, dan pulang kuliah langsung pulang. Saya mau kamu sambut saya ketika pulang kerja."
Belum sempat Ayana menjawab ucapan itu tubuhnya sudah berdesir terlebih dahulu, Azka mencium keningnya.
"Saya pamit dulu, jaga diri kamu baik-baik. Saya mencintai kamu."
"Mas Azka.."
"Hmm.."
"Tapi aku gak cinta sama mas Azka."
Azka tersenyum tipis, ia mengacak rambut Ayana. "Saya tau dan itu bukan masalah buat saya."
●●●●●
"Kamu kayak gak diurus sama istri," cetus Aleta, rekan kerja Azka di rumah sakit.
"Saya diurus dengan baik oleh Ayana, kamu jangan bicara seperti itu."
Aleta tertawa kecil. "Ayolah, Ka. Aku kenal kamu udah lama. Aku tau gimana kamu. Kalau kamu emang diperlakukan baik sama Ayana gak mungkin sekarang kamu makan siang di kantin."
Azka terdiam, ucapan Aleta tidak salah, semua yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran.
Aleta meletakan bekal di atas meja. "Aku masak ini tadi pagi. Makan, aku tau kamu gak akan kenyang kalau cuma makan mie kayak gini."