7

28.5K 1.5K 21
                                    

Pernikahan bukanlah hal yang gampang, menikah juga bukan hal yang mudah. Menikah merupakan penyatuan dari dua kepala menjadi satu. Menerima segala kekurangan dan memahami segala perbedaan. Menikah tidak bisa dijalankan hanya dengan perjuangan satu orang, tapi harus keduanya.
-Ayana Azussena.

●●●●●

Bagi Azka menikah dengan Ayana adalah hal yang membahagiakan. Azka jatuh cinta pada Ayana saat kedua orangtuanya menjodohkan dirinya dengan seorang remaja yang pada saat itu baru tamat sekolah. Pernikahan mereka berlangsung ketika Ayana berusia 20 tahun hal itu disebabkan karena 2 tahun ke belakang Ayana selalu menolak perjodohannya bersama Azka.

Orangtua Azka sudah meninggal beberapa bulan yang lalu, dan sekarang Azka hanya mempunyai orangtua dari Ayana, dan Azka sangat menyayangi orangtua Ayana sebagaimana ia menyayangi orangtuanya sendiri.

Ayana tampak gelisah, dari tadi gadis itu tampak tidak nyaman dalam tidurnya. Ia terus menoleh ke kanan dan kiri. Perkataan Jasmine berhasil mengusik isi kepalanya.

"Mas Azka, kok baru pulang?" ucap Ayana bangkit dari posisi tiduran. Ia duduk di atas kasur, memandang Azka yang baru menginjakkan kakinya di dalam kamar.

"Lagi banyak pasien."

Ayana tahu ada yang salah, secapek apapun suaminya, Azka pasti selalu menicum Ayana ketika pulang kerja tapi tidak dengan hari ini.

"Mas Azka udah makan?"

"Belum, ini saya mau masak nasi goreng. Kamu mau?"

Sungguh, hati Azka terbuat dari baja yang seolah tidak hancur padahal ia baru saja mendengar voice note suara Ayana yang mengatakan hal yang dapat melukai hatinya.

"Aku udah kenyang mas, aku temani mas Azka masak aja gimana?"

"Gak usah, Na. Kamu tidur aja. Saya bisa sendiri kok."

Ayana melenggang menghampiri Azka yang duduk di sofa dekat telivisi.

"Mas Azka kenapa? Bukannya masalah kita udah selesai?"

"Udah."

"Terus kenapa jadi beda kayak gini?"

"Beda gimana?"

"Yaa kayak gini. Mas Azka aneh."

"Perasaan kamu aja. Saya lagi hanya sedikit merasa capek. Saya tinggal ke dapur dulu yaa," pamit Azka.

"Mas Azka," panggil Ayana menahan pergelangan tangan Azka yang hendak membuka pintu kamar.

"Aku ada salah apalagi sama sama mas Azka?"

Azka menatap kedua mata indah Ayana, mata teduh yang menjadi favorite dirinya.

"Kamu gak ada salah, Na. Tapi saya yang salah karena udah ngasih hati saya buat kamu."

●●●●●

Aleta yakin ada yang mengganggu pikiran Azka, tidak biasanya Azka sengaja berlama-lama di rumah sakit. Padahal dulu Azka selalu ingin cepat pulang agar bisa bertemu dengan Ayana, yaa.. sebegitu besar perasaan Azka pada istrinya.

"Diam mulu lo, Ta. Kenapa sih?" tanya Iqbal dengan mulut penuh.

"Makan dulu baru bicara, kebiasaan buruk lo gak hilang-hilang," sinis Aleta.

"Sama lo doang gue kayak gini."

Aleta gelng-geleng kepala. "Bisa-bisanya orang kayak lo lulus jadi sarjana kedokteran."

"Jangan pernah cuma nilai orang dari covernya karena cover gak selalu benar," peringat Iqbal.

"Iya Bal iya," balas Aleta, malas berdebat.

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang