Lucu, kamu bersikap seperti mencintai saya padahal sudah jelas bahwa kamu hanya ingin bermain-main dengan saya.
Azka Watson.
●●●●●
Matahari sudah muncul ke permukaan, menyinari bumi dengan sinarnya yang sangat indah namun cukup panas. Cuaca kali ini sangat terang, tidak berawan seperti kemarin. Banyak kicauan burung yang terdengar di atas langit. Tampaknya pagi ini akan berjalan dengan sangat baik, itulah ekspetasi setiap manusia di muka bumi.
Namun ekspetasi tak berlaku pada Ayana, karena sekarang dalam hitungan detik akan terjadi perang dingin antara Azka dan dirinya. Padahal baru tadi malam ia dan Azka merasakan kebahagiaan kecil, berbicara dari hati ke hati.
"Na... kamu buku kamu ketinggalan di atas meja."
Ayana merasa tubuhnya tidak dapat ia gerakan, membeku. Pemandangan yang sama sekali tidak pernah Ayana harapkan terjadi dalam hidupnya, melihat Azka dan Dimas dipertemukan di rumah ini.
"Anda ngapain ke sini?" Suara tajam penuh permusuhan yang dilontarkan Azka sanggup membuat Ayana merasa takut.
Dimas, sang oknum yang baru saja diberi pertanyaan sama sekali tidak merasa takut.
"Mau jemput Ayana. Ada tugas kuliah yang harus kita selesaikan."
"Tugas kuliah seperti apa? Istri saya sudah menyelesaikan tugas itu tadi malam. Jangan memberi pernyataan yang tidak benar kepada saya," ujar Azka dengan sangat datar.
"Silahkan anda tanya sendiri pada istri anda," balas Dimas tak kalah datar.
Azka menoleh menatap Ayana yang berdiri di sampingnya, meminta penjelasan.
"Aku---" Ayana sulit berkata apalagi setelah melihat tatapan Dimas. Ayana takut Dimas akan membuka kedekatan mereka pada Azka. Terlebih Dimas adalah orang paling nekat yang pernah Ayana kenal.
Sekali lagi, Ayana mencoba meyakinkan dirinya. Ia tidak sanggup jika harus berbohong pada Azka tapi rasa takut dalam diri Ayana jauh lebih besar.
"Aku emang masih ada tugas kuliah yang belum selesai sama Dimas," lanjut Ayana dengan penuh kebohongan.
Azka menatap dalam mata Ayana, mencari kebohongan namun yang berhasil Azka dapatkan hanyalah ketakutan yang terpancar jelas di kedua mata istrinya.
Azka tidak tahu apa yang menjadi penyebab Ayana merasa sangat takut seperti sekarang. Apa itu karena dirinya atau karena hal lain.
Dimas tersenyum miring, ia merasa sangat puas karena berhasil membuat Ayana tidak dapat berbuat apa-apa. Memang ini tujuan Dimas datang ke rumah Ayana, ia menginginkan keributan terjadi tepat di depan matanya.
"Aku pergi ke kampus sama Dimas aja mas. Kamu bisa langsung ke rumah sakit," ujar Ayana.
Rasa kecewa menyergap dalam diri Azka padahal sebelum tidur mereka sudah membuat rencana akan pergi bersama, ternyata emang benar bahwa kebanyakan ekspetasi tidak sesuai sama realita.
"Saya gak kasih izin kamu berduaan sama laki-laki lain sekalipun dia teman kampus kamu, Na."
"Anda tidak perlu khawatir saya akan---"
"Saya tidak berbicara pada anda," hardik Azka menunjuk Dimas dengan emosi yang sudah tertera jelas di wajahnya.
"Santai... gue cuma mau nawarin Ayana pergi bareng," lontar Dimas tanpa rasa takut sendirian.
"Jika kamu emang tidak mau saya antar, ambil kunci mobil kamu sekarang dan kita akan jalan beriringan ke kampus kamu."
Ayana tidak menolak, untuk saat ini ia menuruti permintaan Azka. Meskipun Ayana tau bahwa Dimas sangat ingin satu mobil dengannya tapi Ayana tidak mungkin melakukan itu tepat dihadapan Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...