6

32.1K 1.6K 19
                                    

Saya selalu berusaha percaya pada kamu, selalu percaya... tapi saya tidak tau apakah kamu bisa menjaga kepercayaan saya atau tidak.

-Azka Watson.

●●●●

"Kamu kenapa semalam gak ngabarin aku kalau kamu gak masuk kuliah?"

Ayana memandang pepohonan yang tumbuh dengan sangat baik di lingkungan taman kampus.

"Lupa."

"Na, kamu kenapa? Kok cuek?"

"Seharusnya aku yang nanya sama kamu, Dim."

"Kenapa kamu kirim foto kita sama mas Azka? Kamu tau karena hal itu aku ribut sama mas Azka."

"Jadi kamu cuekin aku karena dia?"

"Dia suami aku. Biar gimanapun tetap aja mas Azka adalah iman aku," tandas Ayana.

"Aku cuma mau ngasih tau sama dia kalau kebahagiaan kamu ada di aku, Na. Aku cuma mau dia sadar kalau dia gak bisa buat kamu bahagia," lontar Dimas.

"Kamu salah Dim, justru aku yang gak bisa bikin mas Azka bahagia," ujar Ayana dalam hati.

Ayana tidak bisa mengatakan hal itu pada Dimas. Ayana tidak mau menyingung Dimas.

"Tapi gak seharusnya kamu lakuin itu. Kalau sampe mas Azka ngasih tau foto yang kamu kirim sama orangtua aku, gimana? Aku bisa habis sama mareka," ucap Ayana berusaha memberi pengertian pada Dimas.

"Aku gak mau buat orangtua aku kecewa Dim. Mereka berharap besar sama pernikahan aku. Alasan aku bertahan sampe detik ini itu karena mereka bukan karena mas Azka," ungkap Ayana.

Senyum licik terukir di bibir Dimas. Ia mengeluarkan tangannya dari saku celana.

"Aku gak sampe berpikir kesana. Maafin aku ya sayang." Dimas mencium kening Ayana.

Ayana mengangguk kecil. "Jangan ulangin hal itu lagi. Aku minta tolong banget sama kamu."

"Iya, Na. Aku gak bakal ulangin lagi. Kamu bisa percaya sama aku."

Jasmine meremat kuat buku yang sedang ia bawa dalam dekapannya. Rasanya ia ingin menampar wajah Ayana, temannya yang satu itu benar-benar sudah kehilangan akal sehat.

"Gue gak ngerti lo dikasih apa sama Dimas sampe lo bisa sebuta itu sama dia."

●●●●●

"Ini obatnya jangan lupa dikonsumsi sesudah makan ya," ucap Azka pada seorang bocah perempuan berusia 8 tahun.

"Siap Dokter."

Azka mengacak gemas rambut anak perempuan yang menjadi pasiennya. "Ntar kalau kamu udah sembuh akan Dokter kasih hadiah."

"Wahh, beneran? Hadiah apa?"

"Cokelat sama eskrim. Kamu suka?"

"SUKA! AKU SUKA BANGET!"

Azka tertawa, ia mencubit pelan pipi anak kecil dihadapannya yang sangat antusias ketika mendengar ucapannya barusan.

"Kalau gitu kamu harus segera sembuh, oke cantik?"

"Oke Dokter ganteng! Aku akan rajin minum obat biar cepat sembuh," ujarnya.

"Kalau begitu saya permisi ya buk, semoga anaknya cepat sembuh."

"Iya Dok. Terima kasih."

Azka melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan, tapi sebelum benar-benar pergi Azka sempat melempar senyuman pada anak perempuan tersebut.

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang