34

20K 818 10
                                    

Kamu yang memulai permaianan, dan kamu juga yang terjebak di dalamnya.

Dimas.

●●●●●

Ntah apa maksud semesta hingga mempertemukan Azka dan Aluna untuk yang kedua kalinya.

"Kita ketemu lagi," ujar Aluna tersenyum geli pada Azka.

Melihat Aluna membuat rasa kesal dan kecewa yang tadinya ada di dalam diri Azka mendadak lenyap begitu saja.

Euforia itu kini mulai kembali lagi.

"Kamu sama siapa ke sini?"

"Sendiri," jaawab Aluna.

"Mau beli sesuatu?"

Aluna mengangguk antusias. "Iya, mau beli tas. Aku udah lama gak shooping."

Azka tersenyum tipis. Tangannya bergerak mengacak rambut Aluna. "Kamu udah punya banyak tas, Lun. Masih kurang?"

Aluna membeku, darahnya berdesir hebat. Detak jantungnya bertalu lebih cepat dari biasanya. Sudah lama sekali Aluna tidak merasakan hal seperti ini. Sikap manis Azka sanggup membawa Aluna ke masa lalu di saat dia dan Azka masih bersama.

"Kebiasaan, kalau ditanyain pasti diam," kekeh Azka mencubit pelan pipi Aluna.

"Ka," panggil Aluna.

"Hmm?"

"Jangan kayak gini," ucap Aluna.

"Kayak gini gimana?"

"Jangan memperlakukan aku kayak gini. Mungkin menurut kamu itu hal yang biasa. Tapi bagi aku gak seperti itu. Aku takut semakin gak bisa lupain kamu," ujar Aluna dengan sangat jujur. Gadis itu memperhatikan heels putihnya.

Seakan tersadar, Azka mundur beberapa langkah. Azka tidak mengerti tapi sepertinya tangan dan nalurinya bergerak sendiri.

"Maaf, Lun. Aku gak bermaksud," ujar Azka. Ada terselip nada bersalah di dalamnya. "Aku gak tau kenapa tapi tindakan yang aku lakukan seolah di luar kesadaran aku."

Aluna mengangkat pandangannya. Dia kembali menubruk mata Azka dengan kedua matanya. "Mungkin karena kita udah lama gak ketemu. Dan kamu lagi merindukan masa-masa kita dulu."

Azka mengangguk mengiyakan. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Aluna.

"Mau temanin aku belanja?" tawar Aluna.

"Boleh, aku juga mau beli sesuatu."

"Untuk istri kamu?"

"Bukan."

"Terus untuk siapa?"

"Waktu itu aku pernah janji sama pasien aku, anak kecil. Aku bilang ke dia kalau dia sembuh aku akan belikan dia hadiah. Dan sekarang aku mau beli baju untuk dia sama beberapa makanan kesukaannya," ujar Azka menjelaskan.

Aluna menatap takjub Azka. Pribadi hangat Azka tidak pernah berubah. Dia masih menjadi Azka yang pertama kali Aluna kenal dan lihat.

"Kamu berhasil gapai mimpi kamu jadi Dokter, aku bangga."

Azka tersenyum lembut. Mereka berdua berjalan beriringan di sebuah mall yang cukup besar.

"Bukan cuma aku yang berhasil, tapi juga Aleta."

"Aleta? Kayak gak asing."

Azka tertawa renyah. "Temen dekat aku. Yang berhasil bikin kamu cemburu buta."

Aluna tersipu malu. Ya, benar. Dulu sekali Aluna sering menangis dan marah kepada Azka setiap kali melihat cowo itu berdekatakan dengan Aleta.

"Itu udah lama, tapi baik aku dan Aleta sama-sama tidak berhasil mendapatkan kamu," ujar Aluna membuat Azka berhenti melangkah.

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang