21

23.6K 1K 27
                                    

Kamu berubah menjadi lebih dingin, dan itu membuatku merindukan pribadi hangatmu yang dulu.

Ayana Azusenna.

●●●●●●●

Sudah seminggu Ayana dan Azka tampak memulai perang dingin. Sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga, Azka tetap menjalankan perannya dengan baik. Dia selalu memasak untuk Ayana, mencium kening istrinya ketika akan berangkat dan pulang kerja. Namun walaupun begitu tetap saja semua itu dilakukan tanpa rasa sayang seperti yang lalu-lalu. Azka melakukan itu semua hanya sebagai formalitasnya sebagai pendamping Ayana

Seperti sekarang sebagai contohnya. Azka langsung duduk di kursi untuk sarapan, tidak ada obrolan hangat yang terjadi di dalam rumah ini, semuanya tanpak hampa dan kosong.

Ayana hanya bisa menghela napas, biar bagaimanapun ini adalah kesalahannya. Ayana tidak mencintai Azka, tapi kenapa rasanya sakit ketika Azka tidak memperdulikan dirinya?

Ayana rindu sosok Azka yang begitu perhatian, lembut dan penuh cinta.

Ini semua karena Dimas, Ayana harus segera meminta jawaban kenapa Dimas melakukan ini semua kepadanya.

"Saya berangkat dulu," pamit Azka mengusap lembut puncak kepala Ayana. Tidak lupa dengan ciuman singkat yang dia berikan di kening Ayana.

"Mas Azka..."

"Mau sampai kapan kita kayak gini?"

Azka mengernyit, lalu suara tawa kecil terdengar dari mulut Azka.

"Bukannya pernikahan seperti ini yang kamu mau?" Pernyataan yang dilontarkan Azka sangat menyakitkan untuk Ayana dengar.

Ayana menatap nanar suaminya.

Apa Azka sudah tidak mencintainya lagi?

Apa Azka sudah menyerah?

Atau,

Apa Azka ingin berpisah darinya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di dalam kepala Ayana. Dia sama sekali tidak bisa menepis semua pikiran buruk itu.

"Aku capek, mas."

Kerutan di kening Azka semakin terlihat jelas.

"Seharusnya saya yang mengatakan itu sama kamu, Na."

Azka kembali duduk, tidak jadi berangkat ke rumah sakit. Dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

"Saya tidak tau siapa yang sudah meneror saya. Bukan sekali dua kali saya menerima voice note suara kamu. Tapi saya berusaha untuk tidak peduli." Azka menatap dalam mata Ayana. Seolah lewat tatapan mata itu Azka ingin Ayana dapat merasakan bagaimana sakitnya berada di posisinya saat ini.

"Saya berusaha meyakinkan diri saya sendiri kalau apa yang saya dengar adalah sebuah kesalahan. Padahal..." suara tawa yang begitu lirih terdengar di telinga Ayana. "Sudah sangat jelas bahwa yang saya dengar adalah suara kamu, suara istri saya."

Ayana jelas dapat melihat bagaimana terlukanya Azka. Dia bersikap bahwa dirinya sudah mencintai Azka padahal kenyataannya sangat jauh berbeda.

Sikap Ayana membuat Azka berharap, dan oleh sebab itu Azka menjadi sangat terluka, karena dia tau bahwa Ayana tidak pernah benar-benar tulus dalam menjalani perannya sebagai seorang istri.

"Saya tidak pernah memaksa kamu untuk menjadi istri saya. Tapi kamu sendiri yang memberi jawaban bahwa kamu siap menghabiskan seluruh hidup kamu bersama saya." Azka kembali bersuara, rasanya sudah sangat cukup lama dia memendam semuanya selama ini.

"Dengar, Na. Rasa sabar saya juga ada batasnya. Saya bisa marah, bisa kecewa. Bahkan saya juga bisa meninggalkan kamu."

●●●●●●

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang