Jika kamu tanya seberapa besar perasaan saya terhadap kamu, maka saya tidak bisa menjawabnya. Karena saya sendiri tidak tau bagaimana cara mengukur rasa cinta saya sama kamu.
Rasa yang suudah terlalu dalam, rasa yang sudah sangat melekat di dalam hidup saya.
Azka Watson.
●●●●●●
Ayana tidak suka ini, dia bisa melihat aura mencengkam dalam diri Azka. Tatapannya sangat tajam, dan Ayana sangat yakin bahwa sekarang Azka sedang menahan dirinya untuk tidak menyakiti Ayana.
"Saya ingin membunuh bajingan sialan itu!"
Ayana terlonjak kaget, ntah sudah keberapa kalinya Ayana memasang ekspresi terkejut sekaligus bingung dengan sikap suaminya.
Kata-kata kasar itu bukan yang kedua kalinya Ayana dengar, tadi di dalam perjalanan pulang Azka sudah berulang kali mengumpat membuat Ayana tidak berani menatapnya.
"Mas Azka," panggil Ayana lembut. "Aku obatin luka mas Azka. Boleh?"
Azka menggeleng. "Gak usah, Na. Kamu tidur aja saya bisa ngobatin diri saya sendiri."
"Aku tau mas Azka marah sama aku. Tapi kasih aku izin untuk obatin luka mas Azka," ujar Ayana memohon.
Melihat Ayana yang menatap Azka dengan penuh harap berhasil meluluhkan hati Azka.
"Hmm."
"Hmm apa?"
"Iya, boleh."
Ayana tersenyum senang. Dia dengan cepat membawa air dingin dan sapu tangan, tidak lupa dengan salap.
"Sini," Ayana menarik wajah Azka agar mendekat ke arahnya.
Perempuan yang masih berstatus sebagai istrinya itu mengobati luka Azka dengan telaten. Meskipun Azka sempat beberapa kali meringis pelan karena rasa nyerih saat air dingin menyentuh pelipisnya.
"Selesai," ucap Ayana senang.
Azka menahan belakang kepala Ayana saat gadis itu ingin mundur menjauh.
"Ke-kenapa?"
Azka diam, menelusuri wajah Ayana.
"Mas Azka, kenapa? Aku mau letak ini di belakang dulu."
"Berapa kali cowo sialan itu nyium kamu?"
Ayana menngernyit, lalu detik berikutnya dia menerjapkan matanya. "Hah, apa?"
Azka yang sudah tidak tahan lagi langsung membalik badan Ayana menjadi tertidur, merubah posisi mereka. Baskom kecil yang ada di tangan Ayana sudah jatuh ke lantai bersamaan dengan air yang ada di dalamnya.
Tanpa berbicara apapun, Azka mencium Ayana tepat di bibir gadis itu. Azka melumat bibir Ayana dengan sedikit kasar seolah meminta Ayana untuk membalas ciumannya.
Pikiran Ayana yang tiba-tiba blank jelas tidak dapat merespon apapun. Dia hanya terus meronta dan mendorong dada Azka agar melepas ciumannya, Ayana butuh napas.
Dengan kesal Azka melepas tautan bibir mereka. Matanya menyala marah. "Balas ciuman saya." Suara yang penuh perintah itu membuat Ayana menelan ludahnya.
Hanya dengan hitungan detik Azka sudah kembali mendaratkan bibirnya di atas bibir kecil Ayana, kali ini ciuman itu berjalan dengan lembut dan Ayana mulai membalasnya.
"Maaf, saya cuma ingin kamu hanya mengingat ciuman dari saya."
Itu adalah kata-kata yang Ayana dengar sebelum ciuman Azka berjalan menuju lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...