29

21K 813 2
                                    

Aku akan terus berjuang jika kamu ingin melihat ketulusanku.
Tapi perjuanganku juga bisa berhenti jika kamu yang memintanya.

Iqbal.

●●●●●●

Tadi malam Ayana tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia masih kepikiran tentang Azka. Kemana laki-laki itu pergi bersama wanita yang semalam dia lihat di restaurant. Azka bahkan sampai rela tidak pergi ke rumah sakit.

"Maafin saya ya, Ma. Pa. Seharusnya saya dan Ayana membawa kalian jalan-jalan. Tapi saya belum punya waktu," ujar Azka menyesal karena tidak bisa menyenangkan hati mertuanya saat datang berkunjung ke rumah mereka.

Bram menarik sudut bibirnya. Kekehan kecil lolos dari mulutnya. "Kamu ngomong apa, Ka? Mama sama Papa juga udah senang karena kalian menyambut kami dengan baik di sini. Melihat rumah tangga kalian baik-baik saja udah lebih dari cukup buat Mama sama Papa."

Ana mengangguk setuju. Dia juga sama sekali tidak merasa keberatan karena mereka tidak pergi kemanapun. "Kalian akur terus ya. Kalau lagi ada selisih paham harus segera diselesaikan. Jangan biarin masalah berlama-lama menemani rumah tangga kalian."

"Nanti Mama sama Papa mau diantar ke bandara jam berapa?" tanya Azka.

"Jam 6 sore, Ka. Pesawatnya berangkat jam 8 malam nanti."

"Kalau begitu kita makan siang di luar dulu ya. Kamu bisa, Na?"

Ayana menoleh menatap kedua mata Azka. Sejujurnya dia ingin bertanya tentang kejadian semalam tapi rasanya saat ini bukan waktu yang tepat.

"Bisa, hari ini aku pulang kuliah jam 11 siang."

"Kalau gitu nanti saya jemput kamu di kampus. Setelah itu kita langsung ke sini untuk jemput Mama sama Papa," ujar Azka.

Ayana tidak menolak, dia menyetujui perkataan suaminya.

"Mama sama Papa mau makan di mana nanti?" tanya Azka pada Ana dan Bram.

"Restaurant bintang 5. Boleh?" Bram menaik-turunkan alisnya.

Azka tertawa kecil. Senyumnya begitu lebar. "Boleh, nanti kita pergi ke sana."

Ayana menatap nanar makanan yang ada di depan matanya. Ayana sudah tidak nafsu. Mendengar kata restaurant membuat Ayana kembali membayangkan kejadian semalam siang dimana dia melihat secara langsung suaminya jalan dengan perempuan lain.

Perempuan yang sangat cantik.

Perempuan yang berhasil mengusik pikiran Ayana.

Dan perempuan yang telah membuat Ayana insecure.

●●●●●●

Aluna dan Dimas tampak bahagia. Senyum di bibir mereka mengembang sempurna. Rencana mereka berdua berjalan dengan sangat lancar. Dan ini, masih permulaan.

"Suprise banget kan semalam," kekeh Aluna.

Dimas berdeham. Bayangan Ayana memperhatikan Azka dan Aluna kembali masuk ke dalam pikirannya. "Gue yakin setelah kejadian itu hidup Ayana gak akan tenang."

"Kenapa?" tanya Dimas saat kedua pasang mata Aluna terus menatap ke arahnya.

"Lo gak punya perasaan apapun sama dia?"

"Ayana maksud lo?"

"Iya."

Dimas mengetuk jari-jarinya di atas meja. Tampak berpikir. Lalu dia menggeleng kecil. "Gue gak suka dia. Sikapnya chaldish."

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang