Rasa ini terlambat aku utarakan, dan penyesalan hadir sebagai teman.
Aleta.
●●●●●●
Aleta menerima ajakan Iqbal, dan di sinilah mereka sekarang. Di perjalanan menuju pusat perbelanjaan. Iqbal menjemput Aleta di cafe tempat gadis itu bertemu dengan perempuan penuh obsesi seperti Aluna.
"Lo habis ketemu sama siapa?" selidik Iqbal dengan matanya yang fokus ke depan.
"Perhatiin aja jalannya, kemudikan yang benar," jawab Aleta.
Iqbal melirik Aleta dari ekor matanya. Wajah perempuan itu terlihat kesal. "Lo gak senang ya gue ajakin?"
"Senang," sebut Aleta. "Gue cuma lagi agak sensi aja."
"Bukannya setiap hari lo emang kayak gitu?"
Aleta medengus, menyebalkan sekali laki-laki yang berada di sampingnya saat ini.
"Okeoke, gue bercanda. Lo kenapa?"
"Gue bilang fokus sama jalannya."
"Yailah, Ta. Gue udah berpengalaman banget bawa mobil, jangan takutlah."
"Takabur lo," sinis Aleta.
"Maksud gue gak gitu. Ah, udahlah. Terserah lo aja. Mau cerita gue akan dengerin, gak mau cerita yaudah," ujar Iqbal pada akhirnya, malas berdebat.
Aleta memandang ke luar jendela. Cewe itu masih kepikiran dengan kata-kata Aluna yang tersimpan rapi di dalam kepalanya. Sial, Aleta pusing seharusnya dia tidak perlu pergi menjumpai gadis setengah waras itu.
"Memuakan," cetus Aleta.
"Sok cantik," sinis Aleta.
"Dasar murahan," lagi, Aleta masih mengomel.
Iqbal mendelik mendengarnya. "Jangan bicara sendiri."
"Ish! Gue itu lagi kesal banget tau gak! Pengen gue ceburin tuh orang ke laut."
"Siapa sih, Ta?"
"Aluna."
Mobil Iqbal mendadak berhenti membuat Aleta memegang dadanya yang berdebar.
"Sialan, lo bilang lo udah terbiasa bawa mobil."
"Sorry-sorry, gue kaget," ujar Iqbal.
"Lo gak pa-pa, kan?" tanya Iqbal menoleh menatap Aleta yang masih memasang ekspresi marah.
"Lo lihatnya gimana?" Aleta gregetan, kenapa orang-orang yang dia temuin hari ini hanya bisa memancing emosinya.
"Yaudah, kita jalan lagi ya," ucap Iqbal mulai kembali menjalankan mobilnya.
"Kok bisa itu cewe tiba-tiba ketemuan sama lo?"
"Dia ngechat gue, terus ngajak ketemu," jawab Aleta.
"Terus hal apa yang buat lo kesal?"
Aleta menghela napas samar. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. Menutup matanya guna mengurangi rasa kesalnya yang masih tertinggal di dalam diri.
"Aluna bilang kalau dia udah ketemu sama Azka," ujar Aleta mulai bercerita. "Dia juga bilang udah sempat jalan beberapa kali. Terus..."
Aleta membuka kedua matanya. Dia mencodongkan badannya ke arah Iqbal. "Bal," panggilnya. "Apa lo percaya kalau Aluna masih suka sama Azka?"
"Percaya," jawab Iqbal kalem. "Azka cowo pertama yang berhasil buat dia jatuh cinta. Jadi rasa gue gak mudah buat dia ngelupain Azka, sama kayak lo yang masih belum bisa nerima fakta bahwa Azka sudah menjadi suami Ayana."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Ficção AdolescenteAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...