13

25.4K 1.1K 15
                                    

Menjagamu itu sulit, tapi lebih sulit lagi untuk membuatmu mencintaiku.

-Azka Watson.

●●●●●●

Azka mengelus lembut puncak kepala Ayana, Azka sama sekali tidak beranjak dari tempat tidur. Ia ingin Ayana tetap baik-baik saja.

"Mas Azka," sapa Ayana membuka kedua matanya.

"Hmmm.."

"Aku ketiduran ya?"

"Iya, kamu nangis semalaman dan berakhir tidur di dalam pelukan saya."

Ayana beranjak dari posisi ternyaman yang pernah ia rasakan.

"Kamu mau minum?" tawar Azka.

Ayan menggeleng. "Gak, aku mau mandi aja mas."

"Saya siapin air hangat buat kamu ya, tunggu sebentar."

Ayana tersenyum tulus, ia sangat bersyukur karena mendapatkan suami seperti Azka. Meskipun Ayana tidak tau apa yang akan terjadi jika Azka mengetahui semuanya.

Sungguh, Ayana tidak bisa mengakhiri apa yang sudah dia mulai dengan Dimas. Semua tidak segampang itu.

"Na, sana kamu mandi dulu. Setelah mandi langsung turun ke bawah ya, sarapan."

Azka sengaja tidak membahas soal tadi malam. Azka tahu bahwa Ayana perlu waktu meskipun Azka sudah ssngat penasaran apa yang menjadi penyebab istrinya menangis histeris di dalam kamar mandi.

"Mas Azka gak makan?" ucap Ayana memperhatikan Azka yang hanya terdiam memandang ke arahnya.

Azka mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Ayana di atas meja.

"Apa sekarang kamu udah bisa kasih tau aku yang sebenarnya?"

Ayana terpaku, gadis itu kembali teringat kejadian di gudang bersama Dimas.

"Na.."

"Mas Azka.. aku--"

Azka semakin menguatkan tautan tangan mereka. Seolah memberi kekuatan pada Ayana lewat tangan itu.

"Mas, aku belum bisa cerita sama mas Azka," ujar Ayana.

"Kenapa?"

Ayana terdiam bagai patung yang tidak dapat berbicara. Bagaimana mungkin Ayana mengatakan hal yang sebenarnya itu sama saja dengan sengaja Ayana menghancurkan pernikahannya. Ayana baru saja ingin berubah, ia baru saja ingin belajar menjadi seorang istri yang baik buat Azka.

Azka melirik arloji nya. "Saya sudah telat, saya ke rumah sakit dulu ya. Kamu gak usah ke kampus."

"Mas Azka," panggil Ayana membuat Azka kembali duduk.

"Kenapa sayang?"

"Mas Azka gak marah?"

Segaris senyum tipis hadir di bibir Azka. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Saya gak marah, Na. Saya tidak akan memaksa kamu buat cerita sama saya. Tapi tolong janji sama saya kalau kamu udah siap buat cerita kamu harus cerita."

"Aku janji mas."

Ayana melirik Azka yang beranjak dari duduknya, melangkah pada meja ruang tamu. Mengambil tota bag yang Ayana sendiri tidak tau apa isinya.

"Semalam saya belikan kamu ini."

Ayana menatap buku panduan memasak yang ada di depan matanya, sedikit tidak menyangka bahwa Azka benar-benar mendukung Ayana untuk belajar masak.

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang