Seseorang yang terlahir kaya tidak pantas memberikan motivasi kepada seseorang yang terlahir miskin.
?
●●●●●●●
Ayana melirik jam di atas nakas. Sudah pukul 22.00 tapi Azka belum juga pulang. Apa yang Azka lakukan bersama wanita tadi? Ayana jadi cemas.
"Na," panggil Ana dari depan pintu kamar.
"Mama boleh masuk?"
"Boleh, Ma. Masuk aja pintunya gak aku kunci."
Setelah mendapat persetujuan dari Ayana, Ana langsung memutar knop pintu dan membukanya.
"Tadi pagi Azka yang kelihatan gelisah dan gak tenang. Sekarang giliran kamu," ujar Ana duduk di sisi kasur. "Sebenarnya ada apa sama kalian?"
Ayana tersenyum tipis. Dia menggeleng menjawab pertanyaan wanita yang sudah melahirkannya. "Gak ada apa-apa, Ma. Ayana cuma lagi nungguin mas Azka balik aja. Sepertinya mas Azka lembur."
"Sepertinya?" tanya Ana. "Emang Azka gak ngasih kabar ke kamu?"
"Gak, Ma. Itu yang buat Ayana khawatir. Biasanya mas Azka selalu kasih kabar. Mas Azka juga gak pernah biarin Ayana lama-lama di rumah sendiri."
Ana mengelus lembut pergelangan tangan anaknya. "Mungkin karena di sini ada Mama sama Papa. Makanya Azka lupa kasih kabar ke kamu. Karena dia emang lagi sibuk di rumah sakit."
Meskipun ucapan yang dilontarkan Ana tidak masuk akal tapi Ayana mencoba mempercayainya dengan seulas senyum tipis.
"Kamu tidur aja. Besok kan kamu harus kuliah," titah Ana.
"Mama sama Papa besok balik sore ya, Na. Bisa kan kamu sama Azka antar kami ke bandara?" tanya Ana.
Ayana megangguk. "Bisa, Ma. Nanti Ayana kasih tau mas Azka. Kenapa baliknya cepat, Ma?"
Ana tersenyum geli. Dka mencolek hidung Ayana. "Mama mau kasih kalian waktu berduaan lebih kama lagi. Biar cepat dapat momongan."
●●●●●●
"Makasih banyak ya, Ka. Makasih karena kamu udah nemenin aku seharian ini," ujar Aluna tersenyum lembut memandang Azka yang duduk di sampingnya. Di mobil cowo itu.
"Iya, Lun. Aku senang kalau kamu senang."
"Apa besok kita masih bisa ketemu lagi, Ka?"
Azka terdiam. Dia tidak mungkin bertemu dengan Aluna lagi. Jalan dengan Aluna di belakang Ayana saja sudah membuatnya merasa bersalah.
"Sepertinya gak bisa. Aku gak mau buat istri aku salah paham."
Aluna mengangguk mengerti. Dia tidak akan memaksa, setidaknya saat ini dia ingin bermain dengan cantik.
"Nama istri kamu siapa, Ka? Kamu gak ada niat buat ngenalin dia sama aku?" tanya Aluna.
"Kamu mau ketemu dia?"
"Why not?"
"Nanti aku ajak dia ketemu sama kamu. Namanya Ayana Azusenna. Dia masih kuliah. Dia cantik, baik, dan lucu."
Aluna memperhatikan ekspresi wajah Azka saat menyebut nama Ayana dan menggambarkan sikap gadis itu. Binar kebahagiaan terpancar jelas di raut wajah Azka, seakan hanya ada Ayana di dalam kehidupannya.
"Sampai sekarang aku belum tau kenapa kamu menikah sama dia. Apalagi kamu bilang tadi dia masih kuliah. Berarti usianya jauh di bawah kita, kan?"
Azka menoleh menatap Aluna. "Kami menikah karena perjodohan."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...