19

21.9K 976 29
                                    

Aku bukan perempuan yang baik, bahkan aku jauh dari kata sempurna. Tapi aku sedang berusaha untuk menjadi yang terbaik buat kamu.

Ayana Azusenna.

●●●●●

Dimas tersenyum senang menyambut kedatangan Ayana di apartemen miliknya. Ayana benar-benar menepati janjinya.

"Aku gak bisa lama, kamu ngapain nyuruh aku ke sini?"

"Duduk dulu, Na."

Ayana tidak bisa menolak perkataan Dimas, ia sungguh tidak mau jika Dimas melakukan hal di luar nalar lagi.

"Kenapa Na? Kamu keliatan takut sama aku."

Ayana menggeleng, ia memilih untuk duduk di samping Dimas.

"Aku gak akan nyakitin kamu, Na. Kamu gak perlu takut," ujar Dimas mencoba menghilangkan rasa takut yang terpancar jelas di wajah Ayana.

Dimas tau bahwa perempuan yang ada di sampingnya saat ini tengah dilanda ketakutan yang sangat besar dan Dimas tidak menyukai itu.

"Sebenarnya kamu mau apa Dim? Aku gak punya banyak waktu. Aku benar-benar harus pulang," ujar Ayana dengan berani.

Dimas tersenyum tipis. Cowo yang tengah memakai kaos biru itu kini tengah menggenggam erat tangan Ayana.

"Aku cuma mau berduaan sama kamu, Na. Cuma itu. Aku kangen sama kamu. Udah lama kita gak bareng, kan?"

Ayana bernapas lega, ia bisa bersikap tenang setelah mendengar ucapan Dimas.

"Maaf, Dim. Akhir-akhir ini aku emang gak pernah ngasih waktu buat kamu," balas Ayana.

Dimas menggangguk, tangannya terulur mengelus lembut punggung tangan Ayana. "Kamu masih mempunyai rasa yang sama kan sama aku?"

Kening Ayana mengernyit. "Kenapa kamu nanya kayak gitu?"

"Aku cuma takut kalau kamu udah suka sama suami kamu itu. Aku takut kalau cinta kamu terbagi."

Ada perasaan sakit yang masuk ke dalam hati Ayana saat mendengar perkataan Dimas. Bukankah sudah seharusnya Ayana memberikan seluruh hatinya pada Azka, suaminya. Tapi kenapa ini terasa berat? Segala sikap manis Azka ternyata belum berhasil mengetuk pintu hati Ayana.

"Na... kenapa kamu diam aja?"

"Dim, aku masih sayang sama kamu. Cuma beberapa hari lagi orangtua aku akan datang. Aku cuma mau mas Azka gak buka mulut soal perlakuan aku sama dia selama ini. Aku hanya mau orangtua aku bahagia saat mereka datang."

Dimas tersenyum penuh kemenangan, voice note baru berhasil ia dapatkan. Ayana tidak pernah sadar bahwa di balik vas bunga yang terletak di samping meja terdapat handphone hitam yang sudah merekam pembicaraan mereka.

●●●●●

Azka memutar knop pintu utama, Azka tahu bahwa di dalam sana tidak ada Ayana, istrinya belum pulang ke rumah. Perasan hampa menyergap ke dalam hati Azka, tidak tahu sudah berapa lama Azka merasakan kesakitan yang tidak bisa ia ungkapkan.

"Mas Azka..."

Azka tersentak, ia membalikan badannya dan menemukan seseorang yang dari tadi ia pikirkan ada dihadapannya.

Ayana terdiam membeku saat Azka menarik tangannya, tidak mau disentuh.

"Kenapa?" parau Ayana.

Sorot dingin terpancar di mata Azka dan Ayana dapat melihat itu.

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang