Tidak semua kesalahan bisa mendapatkan kata maaf.
Dan sekarang, biarkan aku tenggelam dalam rasa bersalah.Ayana Azusenna.
●●●●●●
Azka pulang dengan penuh kehampaan. Rumah yang begitu besar itu tampak benar-benar sunyi. Azka tidak tahu harus bersikap seperti apa ketika berhadapan dengan Ayana.
Azka marah, dia merasa kecewa ketika Ayana mengkhianatinya. Tapi ucapan Azka yang membandingkan Aluna dengan Ayana bukanlah hal yang benar. Azka tahu bahwa dia sudah menggores luka di hati Ayana, tapi rasa sakit, amarah dan kecewa yang menyatu dalam diri Azka membuatnya tidak bisa mengontrol emosi dan kata-katanya.
Ingat, marahnya orang sabar itu bahaya.
Azka membuka pintu kamar tapi dirinya tidak menemukan Ayana, kemana gadis itu pergi? Bukannya Ayana sudah sampai di rumah, Azka melihat mobilnya ada di garasi.
Azka menghela napas samar ketika melihat selembar kertas terletak di atas nakas.
'Aku tidur di kamar tamu, kita perlu ruang untuk memutuskan kelanjutan tentang pernikahan ini. Mas Azka kepala rumah tangga, pemimpin. Jadi aku akan terima apapun keputusan mas Azka. Aku mau minta maaf sama mas Azka tapi aku sadar kalau mas Azka pasti udah bosan dengar permintaan maaf aku. Aku emang udah ngekhiantin mas Azka sama Dimas, aku tau aku salah. Dan mas Azka berhak marah sama aku bahkan membenci aku. Tapi apa yang mas Azka lihat tadi gak seperti apa yang ada di dalam kepala mas Azka. Aku mau mengakhirin hubungan aku sama Dimas dan setelah itu aku mau bilang semuanya sama mas Azka, tanpa kebohongan. Tapi semesta tidak mendukung, sepertinya Tuhan juga sudah marah sama aku makanya hal tadi dapat terjadi.
Mas Azka, kamu dan Aluna emang terlihat sangat cocok. Aku tidak akan menyalahkan mas Azka karena sudah kembali berduaan sama Aluna karena aku sadar bahwa aku yang memulainya. Tapi, mungkin ini sudah sangat terlambat untuk aku mengatakan dan mengakuinya. Aku mulai menyukai mas Azka'
Air mata Azka luruh seiring dengan tangannya yang gemetar memegang surat yang ditulis Ayana.
Azka melengangkan kakinya, dia melangkah dengan langkah yang lebar. Azka harus menemui Ayana sekarang juga. Azka ingin memeluk erat gadis itu, Azka ingin menciumnya dan menyudahin semua kesalahpahaman ini.
Aluna : sorry, Ka. Aku bukan mau ikut campur urusan kamu dan Ayana. Tapi bagi aku lebih baik kamu membiarkan Ayana sendiri, biar dia merenungin kesalahannya.
Azka langsung menghentikan laju langkahnya setelah membaca pesan yang dikirim Aluna. Padahal, Azka sudah berada di depan pintu kamar tamu tapi Azka melangkah mundur. Dia mengurungkan niatnya untuk menemui Ayana dan lebih memilih mengikuti perkataan Aluna.
"Maaf, Na. Tapi saya rasa kamu benar. Kita perlu waktu untuk memikirkan semua kemungkinan yang terjadi."
●●●●●●
Dimas dan Aluna merayakan kemenangan mereka di sebuah club. Dunia malam yang banyak diminati kaum remaja, melepaskan rasa lelah mereka.
"Jangan kebanyakan minum, ntar lo mabuk".
Aluna hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Antara mengiyakan perkataan Dimas atau mengikuti alunan musik dj.
"Pulang yuk," ajak Dimas. "Udah mau pagi. Gue ngantuk."
"Ah, males... gue masih mau di sini. Kita happy-happy dulu sebentar lagian gue mau lepasin masa perawan gue." Aluna cekikan saat mengatakan hal itu. Dia merasa sudah menang.
Dimas merangkul Aluna, membawa gadis itu bersandar pada dada bidangnya. "Ssttt, jangan terlalu senang dulu. Mereka belum tentu langsung bercerai," ujar Dimas membelai surai hitam rambut Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...