12

26.8K 1.3K 48
                                    

Sekarang saya paham bahwa tidak mudah untuk bisa pergi dari kejahatan yang pernah saya lakukan.

-Ayana Azusenna.

●●●●●

Jasmine begitu senang ketika mendengar cerita Ayana tentang apa yang dilakukan gadis itu tadi malam bersama Azka.

"Jadi lo mau belajar masak nih," goda Jasmine pada Ayana yang tampak tersipu di tempatnya.

"Gue senang, Na. Gue harap keharmonisan ini akan berlangsung lama," ucap Jasmine.

Ayana menarik sudut bibirnya, tersenyum simpul. "Gue mau mulai dengan hal-hal yang kecil dulu."

"Contohnya?"

"Belajar masak, nyiapin pakaian mas Azka."

"Itu doang?"

Ayana mengerutkan dahinya.

"Cuma dua hal aja?"

"Terus mau berapa hal?"

Jasmine tertawa kecil, ia menepuk pelan paha Ayana yang tertutup rok panjang berwarna putih.

"Lo pasti tau apa yang seharusnya lo lakuin sebagai seorang istri."

Ayana terdiam panjang, ia mengerti kemana arah pembicaraan teman perempuannya.

"Terus gimana sama Dimas?"

"Dimas?" ulang Ayana.

Jasmine menggangguk singkat, gadis itu menyuruh Ayana melihat ke arah depan melalui matanya.

Di sana, terlihat seorang laki-laki yang sedang bercengkrama dengan beberapa temannya.

"Kalau lo emang mau benar-benar belajar buat jadi istri yang baik seharusnya lo ngeakhiri kedekatan lo sama Dimas. Itu adalah langkah pertama yang harus lo lakuin," ucap Jasmine memberitahu.

Ayana menelan salivanya dengan susah payah. Menjauhin Dimas? Apa Ayana bisa melakukan itu sementara Dimas sudah mengancamnya saat di mobil.

Jasmine menghela napas ketika melihat Ayana yang langsung terdiam mendengar perkataannya.

"Na... lo harus bisa nyingkirin Dimas dari hidup lo."

●●●●●

Baru kali ini Aleta melihat Azka datang ke rumah sakit dengan senyum yang tidak pernah pudar, senyum itu tampak tulus, jujur dan indah.

Aleta dan Iqbal saling pandang, melempar pertanyaan melalui mata mereka.

"Senyum mulu," ejek Iqbal.

"Iya, saya lagi senang." Azka menjawab tanpa ragu.

"Pasti Ayana," tebak Aleta yang mendapat anggukan dari Azka.

Iqbal tersenyum tipis. Sebenarnya tanpa di tanya juga dia sudah tau penyebab sahabatnya seperti ini. "Apa yang dilakukan istri kecil lo sampe ngebuat lo sumringah kayak gini?"

"Saya tidak mau membagi kebahagiaan saya sama orang lain. Kalau anda mau tau sebaiknya anda segera menikah," ujar Azka tanpa dosa membuat Aleta tertawa ngakak di kursinya. Gadis itu benar-benar terpingkal sampai perutnya terasa sakit.

"Sialan lo, Ka!"

Iqbal melirik kesal pada rekan perempuannya. Aleta, gadis itu terlihat sangat menyebalkan di matanya.

"Diam lo! Ketawa lo jelek!" ketus Iqbal membuat Aleta mendelik tajam.

"Saya kembali ke ruangan deluan ya," pamit Azka pada mereka.

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang