Jangan bersamaku jika bukan aku yang kamu cintai, itu menyakitkan.
Jasmine.
●●●●●●
Jasmine merasa ada yang berbeda sama kekasihnya, tidak biasanya Iqbal banyak diam. Biasanya cowo itu yang akan terus mencari topik untuk menjadi bahan obrolan mereka.
"Kak Iqbal lagi ada masalah di rumah sakit?" tanya Jasmine perhatian pada Iqbal yang duduk melamun di sebelahnya.
Iqbal menolehkan kepalanya ke samping, dia menatap Jasmine yang baru saja menjadi kekasihnya. Jasmine tidak berhak mendapatkan rasa sakit karena dirinya.
"Gak ada masalah apapun. Cuman lagi berpikir aja," jawab Iqbal mengelus kepala Jasmine.
"Kamu udah makan? Mau makan di luar?"
Jasmine menggeleng. "Makan di depan perumahan aku mau gak?" ajak Jasmine. "Di sana ada yang jual pecel lele, enak banget."
"Serius enak?" tanya Iqbal masih mengelus lembut kepala Jasmine. "Bukan karena harganya yang murah kan makanya kamu bilang enak."
"Ih, bukan! Di sana itu paket komplit. Udah murah, terus enak. Pas banget untuk anak kuliah kayak aku," ujar Jasmine menggebu-gebu.
"Iya-iya, enak. Udah jangan marah-marah. Nanti cantik kamu hilang," goda Iqbal.
"Basi banget rayuannya," kekeh Jasmine. "Pakai kata-kata yang lain kalau mau gombalin pacarnya."
Iqbal memicingkan matanya, dia meletakan kedua tangannya di atas paha. Mendekatkan wajahnya ke wajah Jasmine. "Emang kita pacaran?"
Jasmine melotot kaget mendengar itu, gadis itu mendorong kuat tubuh Iqbal agar menjauh darinya. "Kak Iqbal! Nyebelin banget sih."
Iqbal hanya terkekeh. Baru kali ini dia mendengar Jasmine berteriak.
"Yaudah ayok, katanya mau makan di sana. Gimana sih," ujar Iqbal masih saja betah menggoda Jasmine.
Cewe itu beranjak dari duduknya, sebelum dia melangkah keluar dari rumah. Bantal sofa sudah lebih dulu mendarat di wajah Iqbal.
"Mamam tuh bantal," ujar Jasmine menjulurkan lidahnya, mengejek Iqbal yang menatapnya dengan ekspresi terkejut.
Iqbal berdiri. Dia melangkahkan kakinya menuju Jasmine yang sedang berkacak pinggang di depan pintu, oh jangan lupakan wajah menyebalkan perempuan itu.
"Awas aja kamu, ntar sampai sana gak aku bayarin," ancam Iqbal.
Jasmine mendelik mendengar itu. "Aku bisa bayar sendiri. Ntar kalau gak bisa bayar tinggal cuci piring, beres."
Iqbal tidak bisa lagi menahan dirinya, tingkah Jasmine dan kata-kata perempuan itu selalu membuat Iqbal gemas.
"Pacar aku emang beda," ujar Iqbal.
"Emang sebelumnya udah pernah punya pacar? Bukannya aku ini pacar pertama kak Iqbal?"
Iqbal tercengang, bagaimana bisa perempuan di depannya ini mengetahui hingga sedetail itu.
"Banyak punya gebetan tapi satupun gak ada yang berhasil. Aku curiga kalau kak Iqbal gak bisa menggunakan wajah tampan kak Iqbal dengan baik," ujar Jasmine. "Eh, salah deng. Kak Iqbal gak tampan. Orang mukanya biasa aja. Di bawah rata-rata malahan."
Bukannya marah, Iqbal justru tergelak. Dia menarik wajah Jasmine, mencium kedua pipi perempuan itu dengan gemas.
"Coba bilang sekali lagi kalau aku gak tampan," titah Iqbal.
![](https://img.wattpad.com/cover/306357558-288-k792093.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...