Berulang kali kamu menyakiti saya namun saya selalu memberikan maaf untuk kamu, namun jika sudah sampai di titik lelah maka tidak akan pernah ada kata maaf untuk kamu lagi.
Azka Watson.
●●●●●
Jasmine dan Ayana kini tengah sibuk menyelesaikan tugas kuliah mereka di salah satu cafe yang letaknya tidak jauh dari kampus. Namun suasana kali ini tidak seperti biasanya. Jasmine dan Ayana tidak ada mengeluarkan pembicaraan atau lebih tepatnya Jasmine yang sangat enggan mengobrol dengan sahabatnya.
"Selesai," ucap Ayana menutup bukunya.
Jasmine tersenyum lega, akhirnya tugas-tugas yang telah menyita isi kepala serta waktunya dapat terselesaikan dengan baik.
"Mau gue antar pulang?"
"Gak perlu, Na. Gue bisa pulang sendiri."
Ayana memperhatikan wajah Jasmine yang tanpak judes kepadanya. "Gue ada salah ya sama lo?"
Jasmine menggeleng. Gadis itu malah sibuk memasukan buku-bukunya ke dalam tas.
"Terus kenapa lo cuekin gue?"
"Nyuekin gimana? Bukannya dari tadi gue udah jawab pertanyaan lo,"jawab Jasmine.
Ayana menarik napas dan menghembuskannya dengan gusar. "Di rumah mas Azka marah sama gue dan di sini lo pun ikut marah sama gue," ujar Ayana. "Jadi bukan salah gue kan kalau gue nyarik kenyamanan sama Dimas."
Jasmine mengerutkan dahinya. Ia melirik Ayana lalu kekehan kecil keluar dari bibir kecil Jasmine. "Justru sumber kenyamanan lo itu yang jadi masalah utamanya, Na."
Ayana terpaku beberapa detik. Ia belum mengerti kemana arah pembicaraan Jasmine. Ntahlah, sungguh beneran tidak tahu atau pura-pura tidak tahu.
"Lo nyadar gak apa kesalahan lo sampe kak Azka bisa marah kayak gitu?" tanya Jasmine.
"Gue gak tau. Mas Azka gak ada bilang apa-apa."
"Seharusnya lo yang lebih peka, Na. Karena ini kesalahan lo sendiri. Lo udah bohongin suami lo," ujar Jasmine menyentak harga diri Ayana. "Lo gak lupa, kan?"
"Lo udah bohongin kak Azka soal Dimas. Gak ada orang yang suka dibohongin, Na. Lo harus sadar akan hal itu," papar Jasmine bangkit dari duduknya.
"Gue gak pernah mau ikut campur urusan orang lain. Tapi lo..." Jasmine menjeda ucapannya, ia menatap Ayana yang tengah menatap ke arahnya juga. Ada sorot kemarahan di antara keduanya yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. "Lo udah keterlaluan, Na."
"Sekarang lo merasa bebas dan aman. Tapi lo gak akan pernah tau kapan waktunya dunia gak berpihak sama lo."
●●●●●
"Rumah tangga lo dalam keadaan baik, kan?"
Azka yang tengah fokus dengan berkas-berkad di tangannya tampak tidak memperdulikan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Iqbal.
"Gue nanya, Ka. Gue perhatiin dari kemarin lo terlalu sok sibuk. Bahkan kerjaan yang bukan tugas lo tapi malah lo yang nyelesaikan," lanjut Iqbal lagi. "Gue tau lo lagi nyarik kesibukan biar lo lupa sama masalah yang sedang lo hadapin."
Iqbal mendengus kasar ketika Azka tidak membuka mulut. Cowo itu masih sibuk dengan apa yang ada di depan matanya bahkan dia sama sekali tidak menoleh ke arah Iqbal.
"Lama-lama lo bisa strees kalau lo mendam masalah sendiri."
Lagi, tidak ada balasan dari Azka.
"Ayana, lo ngapain ke sini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...