Pacaran lama tidak menjadi jaminan bahwa hubungan itu akan berakhir di atas pelaminan, kan?
Aleta.
●●●●●●
Beberapa bulan sudah berlalu. Aluna dan Dimas tidak pernah menampakan wajah mereka lagi. Bahkan Dimas juga sudah tidak kuliah, ntah kemana cowo itu pergi.
Ayana menatap hampa papan tulis yang ada di depannya. Dia memikirkan nasib Dimas yang sudah absen selama berbulan-bulan.
"Na," panggil Jasmine. "Gak usah dipikirin lagi. Sekarang seharusnya lo senang karena selama mereka gak ada hubungan lo sama kak Azka semakin membaik dan romantis," ujarnya.
Ayana mengangguk setuju. Perkataan Jasmine sangat benar. Dia dan Azka semakin hari semakin lengket, mereka sering memasak bersama, dan selalu tertawa hampir setiap hari. Ayana juga sudah berjanji pada Azka jika dia sudah menyelesaikan kuliahnya nanti dia akan memilih untuk menjadi Ibu rumah tangga, meskipun masih lama lagi, Ayana mendapat gelar S1 tapi tetap saja Ayana sudah jenuh memikirkannya. Bukan apa-apa, Ayana hanya merasa tidak berguna dia kuliah jika berakhir di dalam rumah bukan di sebuah perusahaan.
"Selamat pagi," sapaan yang begitu khas berhasil membuat seluruh orang yang ada di dalam kelas terdiam.
"Dosen Mark," bisik Jasmine. "Makin cakep aja," tambahnya.
Ayana terkekeh kecil. Dia menatap Dosen yang sedang berdiri menjulang tinggi di depan sana.
"Gimana rencananya?" tanya Ayana dengan memelankan volume suaranya.
Jasmine mengacungkan 2 jari jempol kehadapan Ayana. "Aman, lo tenang aja. Tinggal tunggu kabar baiknya sebentar lagi."
Dosen muda itu tersenyum tipis saat netranya menangkap dua muridnya yang sedang berbicara berbisik-bisik. Ayana yang menutup wajahnya dengan satu buku tulis, dan Jasmine yang membalas ucapan Ayana secara terang-terangan.
"Jasmine, Ayana. Kalau masih ingin mengobrol lebih baik kalian keluar dari sini," titah Mark. "Lanjutkan pembicaraan kalian berdua di luar," usirnya.
Jasmine tidak takut, cewe itu justru terkesan menantang dengan mengedipkan sebelah matanya. Ayana yang melihat itu hanya bisa melongo, terkadang dia tidak habis pikir dengan apa yang ada di dalam kepala teman perempuannya itu.
"Udah gila," cetus Ayana.
Mark hanya bisa geleng-geleng kepala melihat respon yang diberikan anak didiknya. Sebenarnya dia ingin menghukum Jasmine tapi mengingat ada jasa yang harus dia bayar pada gadis itu membuat Mark mengabaikannya.
"Buka buku kalian halaman 308, kerjakan itu sekarang juga dan kumpul sebelum bel berbunyi," ujar Mark memerintah lalu duduk di kursi kebesarannya.
Jasmine menatap horor soal-soal yang ada di bukunya. "Tuh Dosen punya dendam kesumat apasih sama seisi kelas ini. Ngasih soal kok gak mikir," cibirnya.
Ayana yang semula sedang fokus mengerjakan soal tiba-tiba meremat kuat perutnya. Gadis itu merasa ada yang sedang memutar isi perutnya, sakit dan nyeri.
Jasmine langsung menolehkan kepalanya ketika mendengar suara rintihan Ayana. Gadis itu dengan sigap bersimpuh di samping Ayana yang masih duduk.
"Na, lo kenapa? Apa yang sakit?" panik Jasmine.
"Bawa ke uks aja, Mine," celutuk seorang pria yang duduk di belakang Ayana.
Mark langsung beranjak dari duduknya, menghampiri Ayana yang sudah mulai pucat dan Jasmine yang raut wajahnya sudah sangat khawatir.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...