18

21.8K 969 19
                                    

Saya lebih senang kamu berkata jujur dari pada kamu membohongi saya seperti ini.

Azka Watson.

●●●●●

Dimas yang melihat Ayana hampir masuk ke dalam kelasnya langsung menarik kasar pergelangan Ayana, tidak peduli tanggapan teman-teman Ayana yang ada di dalam kelas tersebut.

"Aku mau bicara sama kamu. Ikut aku sebentar," Dimas membawa Ayana tanpa menerima persetujuan dari gadis itu.

"Aku ada kelas, Dim. Sebentar lagi masuk." Ayana terus memberontak meskipun nada bicaranya sangat pelan karena Ayana tidak mau orang-orang di kampus menilainya dengan tidak baik meskipun hal itu sudah hampir terjadi.

"Kamu ngapain ajak aku ke sini? Sebentar lagi jam masuk," dumel Ayana. Ia benar-benar kesal, sungguh.

Dimas tidak peduli dengan segala penolakan dan perkataan Ayana. Cowo itu menatap datar Ayana yang tampak enggan melihatnya.

"Kamu udah gak sayang sama aku?"

Pertanyaan yang dilontarkan Dimas sanggup membuat Ayana tidak berkutik.

"Jawab, Na. Jangan cuma diam."

Dimaa masih terus menunggu Ayana membuka mulutnya. Ia bahkan tidak peduli jika harus lama-lama berada di sini, tepatnya di belakang gedung tempat menyimpanan barang-barang tidak terpakai.

"Aku sayang kamu," jawab Ayana pada akhirnya.

"Tapi aku gak bisa terus-terusan kayak gini sama kamu, Dim. Ini salah, aku tau aku gak cinta sama mas Azka tapi bukan berarti aku bisa nyakitin dia," lanjut Ayana.

"Lagian aku selalu berpikir, kenapa baru sekarang kamu suka sama aku? Dulu di saat aku suka sama kamu gak pernah sekalipun kamu melihat ke arah aku. Dan sekarang tiba-tiba kamu balas perasaan aku di saat aku udah menikah. Ada apa Dim?" Ayana mengatakan semua itu tanpa ada rasa takut di dalam dirinya. Ayana sudah bertekad untuk berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik, apalagi dalam beberapa hari ke depan orangtuanya akan tiba di rumah Azka dan ia sama sekali tidak mau membuat keributan apapun pada suaminya.

Dimas menggertakan giginya, ia sama sekali tidak terima dengan jawaban yang diberikan Ayana.

"Kamu berani macem-macem sama aku, Na?" Perubahan nada suara  Dimas sangat berhasil membuat Ayana merasa takut dan tidak berdaya di tempatnya berdiri apalagi saat ini mereka berada jauh dari para mahasiswa dan mahasiswi lainnya.

"Aku... mau ke kelas." Ayana membalikan badannya, berniat meninggalkan Dimas.

Tapi tidak semudah itu untuk lepas dari Dimas, cowo itu merapatkan Ayana ke dinding yang warnanya sudah memudar.

"Dimas..." cicit Ayana. "Jangan macem-macem ini kampus," peringat Ayana.

"Kenapa? Takut?" sarkas Dimas semakin merapatkan dirinya hingga hidung mereka berdua saling bertemu.

"Gue bica aja berbuat yang gak baik sama lo di sini, Na. Tapi gue masih punya akal sehat. Kalau lo mau gue gak macemin lo sekarang lo harus nuruti permintaan gue."

"Gak, aku gak mau!" tolak Ayana.

Dimas terkekeh, ia mengeluarkan ponselnya pada Ayana. Memperlihatkan foto-foto kebersamaan mereka berdua.

"Dulu kita sering ke club bareng. Bukan hanya itu, kita sering pergi berdua dan lo sangat senang kalau moment itu gue abadikan. Kira-kira gimana pendapat suami lo ketika tau bahwa istrinya yang terlihat polos ini ternyata tidak benar-benar polos."

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang