Kamu membuat saya merasakan perasaan baru yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.
Dari Jasmine, untuk Iqbal.
●●●●●●●
Ayana menunduk, jari-jari tangannya saling bertautan. Dia dan Azka masih belum tidur padahal malam sudah semakin larut. Azka menatap tajam Ayana, dia tidak melepaskan sedikit pun pandangannya dari Ayana. Azka ingin tau kenapa gelang Ayana bisa tertinggal di dalam mobil Dimas.
"Jelasin, Na. Saya minta kamu untuk bicara bukan untuk diam."
Suara bariton Azka menguar di dalam kamar. Ayana semakin merinding dibuatnya.
"Mas Azka...."
"Jelain sama saya," titah Azka tak terbantah. "Saya cuma mau dengar kejujuran kamu, Na. Bukan permintaan maaf atau apapun alasan kamu."
Ayana menarik napas, dia menghembuskannya dengan perlahan. Mencoba mencari kebaranian di dalam dirinya.
"Aku lihat mas Azka di restaurant kemarin sama Dimas. Kita pergi makan siang di sana. Aku---"
Azka terkekeh, suara tawa Azka membuat Ayana menghentikan kalimatnya.
"Jadi kamu lihat aku sama Aluna kemarin di saat kamu juga lagi berduaan sama laki-laki itu tanpa sepengetahuan dan izin dari aku, iya?"
Ayana mengangguk.
Lagi, Azka kembali tertawa. Namun ada kesedihan yang terdengar di balik suara tawa Azka.
"Padahal aku udah merasa bersalah banget sama kamu, Na. Tapi ternyata di belakang aku kamu justru bersikap kayak gitu," parau Azka. "Sampai detik ini aku gak pernah tau sebenarnya ada hubungan apa kamu sama Dimas."
"Aku sama Dimas gak ada hubungan apa-apa. Kita cuma sebatas teman kampus," ujar Ayana mencoba membela dirinya.
"Oh, iya? Teman kampus?" tanya Azka tidak yakin. "Terus kenapa dia datang ke sini untuk mengembalikan gelang kamu. Emangnya gak ada hari besok?"
"Aku gak tau mas Azka. Mungkin aja Dimas habis pergi terus lewat jalan rumah kita makanya dia singgahin ke sini," balas Ayana. Dada gadis itu naik turun. Dia tidak tahu kenapa tapi Ayana merasa perdebatan mereka kali ini tampak sangat berbeda.
"Kamu belain dia?"
"Aku gak bela Dimas!" Ayana lepas kendali. Gadis itu membentak Azka.
"Maaf, Mas Azka. Aku gak bermaksud," sesal Ayana setelah melihat ekspresi wajah Azka yang sangat terkejut mendengar suara Ayana yang meninggi.
Azka melirik jam di atas nakas. Sudah hampir pagi, dan mereka masih belum ada tidur.
"Tidur, kita bicarain masalah ini besok."
Ayana menahan pergelangan tangan Azka. "Gak mau. Masalahnya harus selesai sekarang. Mas Azka sendiri yang bilang sama aku kan kalau masalah gak boleh dibawa tidur dan Mama juga udah ngasih kita peringatan supaya gak larut sama masalah," ujar Ayana mengingatkan Azka.
Azka menghela napas lelah. "Saya capek harus terus berantem sama kamu hanya karena masalah dan orang yang sama."
Kerutan di dahi Ayana mulai terlihat. Gadis itu menaikan kedua alisnya. Menunggu kata-kata apa yang akan dilontarkan Azka kepadanya.
"Kamu memang berbeda sama Aluna." Tanpa Azka sadarin, kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya.
Ayana tersenyum tipis mendengar apa yang barusan Azka ucapkan. Dia mengangguk mengerti. Sekarang Ayana paham kenapa suasana perdebatan mereka kali ini tampak berbeda. Karena ada sosok Aluna yang mulai hadir di antara mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...