26

21.6K 832 6
                                    

Jangan biarkan masa lalu kembali mengusik hidupmu, karena kamu sudah berjuang keras untuk melangkah sampai di titik ini.

Azka Watson.

●●●●●●

Ayana, Ana dan Bram saling pandang. Mereka bertiga sedang memperhatikan Azka yang dari tadi hanya diam. Tidak mengeluarkan satu kata pun, seperti ada yang mengusik pikiran laki-laki itu.

Ayana jadi bertanya-tanya sendiri,apa Azka masih memikirkan soal anak sehingga membuat suaminya itu tampak gelisah?

"Ka," panggil Bram namun Azka tidak menyahut.

"Azka." Bram memanggil ulang Azka, tapi tetap sama. Tidak ada sahutan dari cowo itu.

Bram menghela napas, dia melirik Ayana melalui ekor matanya. Meminta Ayana untuk memanggil Azka dengan menggoyangkan pergelangan tangannya.

"Mas Azka," panggil Ayana.

"Mas..."

Azka tersentak saat Ayana menggerakan tangannya ke sana kemari. Dia melirik Ayana dengan pandangan.... terganggu.

"Kenapa, Na?"

Ayana sempat terhenyak di tempatnya. Nada suara dan pandangan yang diberikan Azka kepadanya saat ini sangat jauh berbeda dengan yang biasanya selalu Ayana dengar dan lihat.

"Na, ada apa?"

"Ah, itu. Gak ada apa-apa kok. Cuma tadi mas Azka diam terus sampai Papa panggilin lho," jawab Ayana.

Azka menoleh menatap Bram. "Papa panggil saya?"

Bram mengangguk. "Iya, kamu lagi ada masalah? Papa perhatiin kok muka kamu kusut sekali."

Azka menggeleng. Dia juga menatap Ana yang saat ini sedang menatapnya seolah menunggu jawaban apa yang akan dia berikan. "Gak kenapa-kenapa, Pa. Saya cuma sedang memikirkan sesuatu tapi itu tidak terlalu penting."

"Kalau tidak penting gak mungkin sampai membuat kamu melamun kayak gini, Ka." Ana tersenyum tipis. "Kamu dari awal kita sarapan udah diam terus, bahkan kamu terkesan melamun. Lihat, nasi kamu aja belum ada tersentuh sedikit pun."

Azka melihat piring yang ada di depan matanya. Benar, Azka belum ada makan dari tadi. Astaga, apa yang telah dia lakukan? Tidak biasanya Azka seperti ini.

"Maaf, Ma."

"Gak pa-pa," jawab Ana. "Lebih baik kamu segera selesaikan apa yang mengganggu pikiran kamu."

Azka termenung. Menyelesaikannya? Bagaimana mungkin. Dari tadi dia memikirkan Aluna, apa yang harus dia lakukan sekarang?

"Mas Azka baik-baik aja?" tanya Ayana, khawatir.

Azka tersenyum tulus. Dia mengelus lembut puncak kepala Ayana. "Saya baik-baik aja, Na. Kamu jangan khawatir. Saya tidak apa-apa."

Tapi Ayana tidak yakin mendengar jawaban suaminya. Dia merasa Azka sedang menutupi sesuatu darinya.

"Jadi seperti ini rasanya menyimpan sebuah rahasia?" batin Ayana.

Azka tidak mau membohongi dirinya sendiri, tapi ia merasa tidak tenang setelah memimpikan Aluna.

Azka merasa.... takut.

●●●●●●

"Lo mau kuliah?"

Dimas mengangguk dengan membawa tas di pundak kirinya. "Iya, kenapa?"

"Gak kenapa. Gue nanya aja."

"Ada apa?" tanya Dimas.

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang